-016-

1.5K 51 2
                                    

01 Desember 2021.

Baru kemarin malam Ameera dan Jordan take off ke London untuk Honeymoon. Dan sekarang Steven dan Erlina hanya berdiam diri di mansionnya.

"Kak Steven, mamah dan ayah apa tidak kelamaan berbulan madunya sampai satu bulan?" tanya Erlina yang sedang berbaring di sofa dengan menjadikan paha Steven sebagai bantalan. "Hehe, mungkin tidak," tebak Steven terkekeh.

"Mengapa kakak tertawa?" tanya Erlina. Ia mendongak ke atas memandang wajah Steven. "Tidak apa, hanya saja sedikit lucu mendengar pertanyaanmu," sahut Steven seraya mengusap-usap pipi halus Erlina.

"Kak, bagaimana kekasih kakak?" tanya Erlina lagi. "Mengapa menanyakan itu?"
sahut Steven, tangannya beralih mengusap- usap rambut Erlina.

"Aku hanya ingin tahu saja, apa kakak masih berhubungan dengan dia atau tidak," ketus Erlina. Ia pun mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kakak masih berhubungan dengan dia, tetapi ya begitulah, Chell. Kakak tidak begitu menyukainya," ungkap Steven datar.

"Apa?, kakak tak menyukainya? Mengapa kakak mengencaninya, dasar bodoh," sarkas Erlina. "Kau yang bodoh, Michelle Erlina Baldquin ... " lirih Steven dengan penuh penekanan. Steven pun menundukkan wajahnya.

"Kok, aku sih yang bodoh. Kakak seharusnya mengencani seseorang yang kakak sukai," celetuk Erlina. Kau bodoh tidak menyadari jika aku mencintaimu, teriak Steven di dalam hati.

"Kakak hanya mencintai satu perempuan, Chell, dia selalu membuat kakak terpana hanya dengan senyumannya, bahkan sangat bahagia melihat tingkahnya. Meskipun terkadang dia sungguh menyebalkan bagi kakak dan pastinya bukan kekasih kakak sekarang ini ..." lirih Steven dengan tatapannya yang kosong.

"Shit," umpat Steven ketika air matanya keluar begitu saja. Ia pun langsung menepisnya dengan kasar.  "Kak Steven, maaf, maafkan aku. A---aku tak bermaksud membuat kakak sedih seperti ini," tutur Erlina.

"Tak apa, maafkan kakak sudah mengatai kamu bodoh. Hehe ... " Steven terkekeh, tetapi tidak dengan hatinya yang terdapat luka yang begitu dalam.

"Namun, mengapa kakak tidak mengencani perempuan itu?" tanya Erlina penasaran. "Hehe." Steven pun terkekeh miris.

"karena ... perempuan itu sudah memiliki seseorang dihatinya, meskipun seseorang itu tidak pernah memandang cinta si perempuan sama sekali," jelas Steven terisak, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Steven malu, sangat teramat malu, bisa bisanya ia menangis dihadapan perempuan. Ya, perempuan yang sangat tidak peka jika ia mencintainya.

"Kurasa nasib perempuan itu sama denganku," gumam Erlina yang tidak dapat di dengar oleh Steven.

"Mengapa kakak masih bertahan?" tanya Erlina melembut. Erlina pun menggeser duduknya mendekati Steven, menurunkan tangan Steven dari wajahnya.

"Karena, kakak sangat mencintainya, dan kakak sangat siap menjadi sandarannya di saat ia menangis, sekalipun kakak sedang tidak ada di sampingnya kakak akan pergi menghampiri dia, Chell," terang Steven.

"Hiks ... hiks ... kakak bodoh, sangat bodoh ... hiks ..." Erlina memukuli lengan kakaknya itu. Steven pun membawa Erlina ke dalam dekapannya

"Ya, Michell. Kau benar, kakak itu lelaki terbodoh, bodoh tidak bisa membuat perempuan itu tersenyum, kakak bodoh tidak dapat mengambil hatinya bahkan menggenggam tangannya saja kakak merasa sangat sulit. Only because one a reason," imbuh Steven dengan nada lemahnya ketika mengucapkan kalimat terakhir.

"Apa?" tanya Erlina mendongak. "Nanti juga kau akan tahu," jawab Steven seraya mencubit hidung Erlina.

"Cie, adik kakak menangis," ledek Steven, membuat Erlina melerai pelukannya. "Ishh, ini juga kan karena kakak," celetuk Erlina. Tangannya pun terangkat untuk memukul dada bidang Steven dengan pelan.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now