-008-

3.3K 77 0
                                    

Amarlic, apakah kau tidak memperhatikan nenek dan kakek mu, sampai-sampai mereka rindu denganku? Tak mungkin nenek dan kakek rindu denganku, jika kau memperhatikan mereka dengan baik. Jangan bilang kau dingin dengan semua orang termasuk keluarga mu. Aku berjanji akan menjadi kehangatan mu Amarlic. Aku janji akan mengubah sifat mu yang dingin menjadi hangat dengan semua orang termasuk aku. Meskipun aku tidak akan menjadi bagian hidupmu sedikit pun. I'm promise, don't forget say me, batin Erlina.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Amarlic membuat Erlina tersadar dari lamunannya.

"Ah, maaf. Tadi kau bicara apa?" sahut Erlina. Amarlic pun memejamkan matanya sejenak, mencoba menahan amarahnya. "Tadi, aku bertanya apakah kau bersedia ke mansion ku bersamaku?" tanya Amarlic dengan nada malasnya.

"Aku akan kesana," tekad Erlina. Amarlic menganggukkan kepalanya mengerti, "baiklah, aku pergi," pamit Amarlic. Lalu, melenggang pergi meninggalkan Erlina tanpa ada kata terima kasih sedikit pun.

Apa boleh buat, jika untuk calon suami apapun dilakukan, pikir Erlina. Tanpa disadari, ia pun tersenyum sendiri.

Tak lama Amarlic pergi, Erlina juga pergi untuk mencari Endless. Endless selalu menghilang dari Erlina. "Mengapa tidak dari tadi saja ku telepon?" protesnya.

Erlina pun mengambil ponselnya di slin bagnya, eits ponselku, apa?, ponselku? Ponselku ada di Amarlic, oh my god apalagi ini, teriak Erlina dalam hati.

🗽🗽🗽

Oh iya, ponsel Erlina aku lupa mengembalikannya. Apa dia masih berada di perpustakaan? Baiklah, aku akan ke sana untuk mengeceknya, batin Amarlic ketika melihat ponsel Erlina berada di saku celananya.

Amarlic sudah berada di tempat ia dan Erlina berbicara tadi. Namun, Erlina sudah tidak ada, di mana aku harus mencari nya, pikir Amarlic.

Amarlic berjalan sepanjang koridor, tiba-tiba ia melihat sesorang wanita yang tak asing lagi dilihat, ya itu adalah Endless, sahabat Erlina.

"Endless," panggil Amarlic seraya menghampiri Endless dan seorang laki laki di sampingnya.

"Why, kau memanggilku, Amarlic?" tanya Endless tak percaya. Ia pun memberhentikan langkah kakinya yang diikuti laki-laki di sampingnya.

"Ya, aku memanggilmu. Aku ingin bertanya," imbuh Amarlic. Tunggu, itu kan Steven untuk apa dia di sini? Oh, dia kekasinhya Endless, batin Amarlic ketika melihat dengan jelas wajah laki-laki itu.

"Aku baru tahu kau bisa bicara, ingin bertanya apa?" ledek Endless.  "Di mana Erlina?, aku ingin mengembalikan ponsel nya, mungkin dia melupakannya tadi," alibi Amarlic.

"Mana kutahu, kau tidak lihat aku sedang apa dan kau menggangguku kau tahu itu. Jika kau ingin mengecek ponselnya, katakan saja tak perlu mencari alasan. Akan ku beritahu kata sandinya, tidak perlu berbohong dan berkata kau menemui ponselnya. Kata sandinya itu nama pria yang dia suka dari SMA," sarkas Endless panjang lebar.

Ternyata sahabatnya Erlina tidak mudah dibohongi walaupun terlihat bodoh. Namun, aku memang tidak berniat mengecek ponselnya sedikit pun, pikir Amarlic.

"Sebaiknya kau cari tahu, siapa nama laki-laki itu, Lic. Siapa tahu kau akan terkejut," timpal Steven. Ya, Steven tahu jika Erlina menyukai tetangganya itu.

"Baiklah, aku dan kekasihku duluan," ucap Endless. Mereka berdua pun melenggang pergi entah kemana.

Hufft ..., Erlina kau ternyata sangat sabar bersahabat dengannya. Namun, mengapa aku menjadi penasaran dengan pin-nya, siapa lelaki yang Erlina sukai, batin Amarlic seraya memandangi ponsel Erlina.

Amarlic melirik arloji hitamnya yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Sedikit lagi lomba akan selesai, Amarlic memutuskan untuk pergi ke lapangan untuk melihat lomba saja. Ia duduk di kursi paling belakang. Amarlic menjadi sangat penasaran dengan kata sandi yang dipasang di ponselnya Erlina. Amarlic pun memutuskan untuk mencobanya.


Pertama, Amarlic mengetikkan nama, 'Fransisco Tueson." Hmm ... salah, ya, pikir Amarlic.

"Keduanya siapa? Mengapa aku menjadi bingung seperti ini. Mana mungkin namaku dijadikan kata sandi olehnya," gumam Amarlic.  "Coba saja dahulu, Amarlic. Siapa tahu bisa terbuka," timpal seseorang yang duduk di sampingnya. Ya, dia adalah Rihanna. Salah seorang Dosen di kampus ini.

Amarlic pun mencobanya dengan mengetikkan nama, 'Amarlic Baldwin.' Semoga tidak bisa, batin Amarlic

Amarlic membelalakan kedua matanya ketika ponsel Erlina berhasil terbuka. "Tuh, kan benar. Bagaimana bisa, kau tidak tahu kata sandi ponsel kekasihmu sendiri?" tanya Rihanna yang sedari tadi memperhatikan apa yang dilakukan oleh Amarlic.

"Erlina bukan kekasih saya," tukas Amarlic. "Namun, mengapa kau mengetik nama laki-laki lain di kata sandi ponselnya?" tanya Rihanna penasaran.

"Ya, karena sahabat Erlina mengatakan. Jika, kata sandinya adalah laki-laki yang Erlina sukai," terang Amarlic.  "Oh, hebat. Berarti kau itu laki-laki yang dimaksud." Amarlic tampak terdiam sejenak. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Saya permisi," pamit Amarlic. Ia pun melenggang pergi meninggalkan Rihanna yang sedang menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum.

🗽🗽🗽

"Michell," panggil seseorang dari belakang. Erlina pun menoleh, ternyata yang memanggil adalah kakak sambungnya, yaitu Steven.

"Ya, ada apa, Kak?" tanya Erlina. "Mengapa kau bertanya seperti itu? Mari, kita pulang bersama. Sudah selesai juga kan perlombaannya," terang Steven.

"Hmm ..., Kak. Aku harus ke rumah temanku dahulu. Aku ingin menjenguknya, ia sedang sakit," jelas Erlina. "Namun, ini sudah malam, Chell. Ini sudah pukul tujuh malam. Nanti kakak dimarahi oleh mamah," protes Steven.

"Na---namun, Kak. Seperti ini saja, Kak. Kakak pulang duluan saja, aku nanti izin dengan ibu lewat telepon," desak Erlina.

Steven memperhatikan Erlina sejenak. "Hmm ... yasudahlah, tetapi hati-hati ya di jalan. Jangan pulang di atas pukul sembilan, ya!" pesan Steven membuat Erlina mengembangkan senyumnya.

"Makasih, Kak Steven. Aku sayang, Kakak." Erlina memeluk Steven. "Iya-iya," sahut Steven seraya membalas pelukan Erlina.

Erlina melerai pelukannya. "Sudah, hati-hati adikku sayang. Kakak duluan, ya," ucap Steven seraya menaiki motor ninjanya itu.

Erlina pun mengangguk sebagai jawaban. "Hati-hati juga, Kak." Erlina memandangi Steven yang semakin jauh semakin menghilang dari indra penglihatan nya. Seseorang yang menjulang tinggi pun berdiri di samping Erlina. Membuat Erlina  menoleh ke sampingnya ...




#Hai guys gimana nih kabar kalian
Semoga baik-baik saja ya biar setia baca cerita aku :)

#jangan lupa vote and coment ya🙏😘

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now