-010-

2.5K 79 3
                                    

"Tidak perlu, Nek. Aku izin pulang, ya," pamit Erlina yang lagi-lagi tak dihiraukan oleh Rebecca dan Amarlic.

"Ayo," ajak amarlic yang sudah pergi lebih dahulu. Erlina pun tampak terdiam yang pada akhirnya, ia pun pasrah. Dan mengikuti Amarlic dari belakang.

"Mami pulang!!" Teriak seorang wanita paruh baya yang penampilannya mengalahkan anak muda. Siapa lagi, kalau bukan Damietta Chatillon, maminya Amarlic.

Amarlic dan Erlina memberhentikan langkahnya di anak tangga keempat. Mereka berdua pun membalikkan tubuhnya. "Mami mu sudah pulang, Amarlic. Lebih baik, aku juga pulang, ya," ucap Erlina yang berada di samping Amarlic.

Amarlic hanya diam tanpa berniat mengeluarkan suaranya sama sekali. Seperti biasa, tatapannya datar tanpa ekspresi.

"Amarlic bagaimana keadaanmu, Sayang?" tanya Damietta seraya mengecup pipi kanan dan kirinya Amarlic. "Seperti yang mami lihat," jawab Amarlic membuat Erlina tercengang mendengarnya.

Apakah amarlic dingin kepada semua orang termasuk maminya sendiri?, batin Erlina.

"Ini siapa?" tanya Damietta seraya menatap Erlina dengan tatapan mengintimidasinya. "Dia temanku," sahut Amarlic. Sedangkan Erlina hanya tersenyum pada Damietta.

"Mami mau istirahat, duluan ya, Lic," ucap Damietta. Ia pun menaiki tangga dan berjalan di tengah-tengah Erlina dan Amarlic. Dengan sengaja, Damietta menyenggol Erlina dengan bahunya.

"Aaaaa ...," teriak Erlina yang hendak  terjungkal ke belakang. Ia hampir saja jatuh, jika Amarlic tidak melingkarkan tangannya di pinggang Erlina dan menarik tangan Erlina secara spontan.

Oh tuhan kepalaku tenggelam di dada bidang Amarlic, dan apa? Aku dipeluk Amarlic. A---apa aku mimpi? Tidak, aku tidak mimpi. Ini memang benar-benar nyata, sungguh nyata. Terima kasih, Tuhan, batin Erlina.

"Kau tak apa?" tanya Amarlic dengan nada datarnya. "Tidak apa-apa," jawab Erlina seraya menjauhkan dirinya  dari Amarlic, "terima kasih banyak," tambah Erlina ketika Amarlic tak sengaja membalas tatapan Erlina.

Amarlic memutuskan kontak matanya begitu saja denganku. Dia langsung melengos pergi menaiki tangga menuju  ke kamarnya. Erlina pun mengekorinya.

🗽🗽🗽

"Masuk," titah Amarlic ketika melihat Erlina yang hanya berdiam diri seperti patung di ambang pintu.

Erlina mengangguk sebagai jawaban. Ia pun memasuki kamar yang bernuansa putih dan abu-abu itu. "Hmm ..., Amarlic. Aku tidak usah mengganti pakaianku, ya?" tanya Erlina dengan tatapannya yang beralih untuk memandangi wajah tampan lelaki yang sedang duduk santai di sofa seraya membaca buku.

"Terserah, jika kau mau melihatku dimarahi oleh nenek," cetus Amarlic tanpa menoleh sedikit pun ke Erlina.

"Amarlic, di mana pak---"

"Ambilah sendiri di sana," sela Amarlic seraya menunjukkan sebuah pintu yang berada di pojok. Ruangan apa itu?, batin Erlina.

Erlina menghampiri pintu itu. Ia pun membukanya dengan perlahan. Walk in closet semewah ini? Amarlic, kau sangat beruntung. Memiliki kedua orang tua yang menyayangimu, hingga hidup yang bergelimangan harta seperti ini, batin Erlina. Mengapa hatinya terasa nyeri, jika mengingat kedua orang tuanya?

Erlina menghampiri Amarlic dengan sweter biru muda yang ada di tangannya. Ia berdiri di hadapan Amarlic yang sedang menonton televisi. Amarlic yang merasa diganggu pun menyipitkan kedua matanya pada Erlina.

"Amarlic, apakah sweter ini boleh ku pinjam?" tanya Erlina seraya melebarkan sweter itu.

"Hmm," jawab Amarlic, membuat Erlina mengulas senyum tipis. Erlina pun pergi dari hadapan Amarlic. Dan bergegas ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

Lima belas menit kemudian, ia pun keluar dengan sweter biru yang over size jika dia yang mengenakan. Cermin besar memantulkan dirinya, Tidak terlalu buruk, pikir Erlina.

Kedua matanya mencari seseorang yang tadi sedang menonton televisi. Ya, Amarlic, ia tidak ada di kamarnya. Erlina melirik arloji hitamnya yang telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Itu artinya ia harus pulang secepatnya.

Kedua kakinya pun berayun menuju pintu. Tangannya pun terangkat untuk memutar handle pintu jika pintu itu tidak terbuka lebih dahulu. Amarlic, membuatku terkejut saja, batin Erlina.

Tanpa disengaja kedua mata mereka pun bertemu. Amarlic memalingkan wajahnya, ia melengos melewati Erlina begitu saja. Membuat Erlina tersenyum tipis. Ia membalikkan tubuhnya.

"Amarlic, aku pulang, ya. Aku naik taksi saja. Dan akanku kembalikan pakaianmu besok," terang Erlina pada Amarlic yang sibuk dengan ponselnya. Merasa tak ada jawaban, Erlina hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar, "aku pulang, ya. Jaga dirimu baik-baik," tambah Erlina.

"Tunggu." Seketika tubuh Erlina pun membeku mendengar instruksi dari Amarlic. Terdengarlah suara langkah kaki Amarlic yang menghampiri Erlina.

Bruk ...

Erlina membelalakan kedua matanya ketika Amarlic menutup pintunya. Amarlic berdiri menyandar di pintu dengan kedua tangannya yang di silangkan di depan dada. Tak lupa tatapan menyelidik nya. "Aku ingin bertanya padamu," ucap Amarlic.

"A---ah tanyakan saja, tetapi cepat, ya.  Aku harus pulang,"  sahut Erlina seraya melihat-lihat sekitarnya.  "Erlina, sudah kubilang jika ada yang sedang berbicara ..."

"Tatap lah matanya," sela Erlina yang diiringi membalas tatapan dari Amarlic. Oh, Tuhan kuatkan aku, batin Erlina. Ia menundukkan wajahnya kembali.

"Apa kau mencintaiku?" tanya Amarlic. Pertanyaan konyol apa ini? Dari mana ia tahu?, pikir Erlina.

"Ah, pertanyaan yang tak masuk akal. Kau tahu darimana?" tukas Erlina. "Aku butuh jawaban, bukan pertanyaan," sarkas Amarlic.

Ada apa dengannya? Dia sangat serius, aku harus mengakhiri ini semua, pikir Erlina. Tangan Erlina terulur untuk memutar handle pintu, tetapi ini aneh handle nya ..., oh, Tuhan pintunya dikunci, batin Erlina.

Amarlic pun mengulas senyum miringnya ketika melihat hal itu. "Amarlic, aku harus pergi. Nanti aku dimarahi oleh ibuku," imbuh Erlina dengan keringat yang sudah bercucuran di pelipisnya.

"Jawab dahulu!!" Titah Amarlic. " Big no, I don't even like you, moreover I love you. You are very confident," sarkas Erlina.

"Mari kita buktikan," celetuk Amarlic seraya menarik tangan Erlina dan menjatuhinya di ...

*Follow akun author 🍇
Ig: @au_thorsecret.
Fb: Rain.

Jangan lupa tinggalin jejak juga👣
Vote, comment, and share.
Terima kasih😘💕

My Conglomerate Husband (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang