-039-

1K 28 2
                                    

"Tuhan, mengapa hidupku selalu merasakan kehilangan? Mengapa kau tidak menyelamatkan nenekku, ia orang yang baik. Dan hanya dia yang mengerti perasaanku, Tuhan. Lagi-lagi aku ditinggalkan oleh orang yang kusayang ...," lirih Erlina seraya memandangi langit yang sedang menangis.

"Nenek, semoga kau tenang di sana." Ya, langit menurunkan rintikan hujan ketika mereka sudah pulang dari pemakaman Rebecca. Lagi-lagi keluarga Chatillon berduka. Christian pun merasa terpuruk atas kepergian kedua orang tuanya.

"Siapa yang berani meracuni mamahku!" Teriak Christian dari bawah.  Erlina yang mendengar itu pun, bergegas turun untuk melihat apa yang sedang terjadi. "Pih, tenanglah." Damietta menenangkan suaminya.

"Kau dengarkan apa yang dikatakan dokter kemarin malam? Mamahku keracunan makanan, dan tidak mungkin jika tidak ada yang meracuninya!" Sarkas Christian dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Mungkin Erlina, Pih," ucap Amarlic, membuat Erlina membelalakan matanya. "Erlina, apakah kau yang melakukan ini, hah? Mengapa kau tega melakukan ini?" Bentak Christian, membuat Erlina menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Pih, aku tidak melakukan apapun. Aku pun merasa kehilangan atas kepergian nenek. Hiks ..., aku tidak mungkin melakukan ini padanya ...," lirih Erlina, membuat Alexsha menatapnya iba. "Bisa saja kau membenciku dan akhirnya kau meracuni ... "

"Aku yang meracuni nenek, Tuan," ucap Alexsha menyela ucapan Amarlic. Tubuhnya bergemetar. Yang mendengar pengakuan Alexsha pun terkejut tidak percaya. "Mengapa kau melakukan itu, Alexsha?" Bentak Christian. Ia mendekati Alexsha yang sudah terisak.

"Hiks ..., karena saya membenci nenek tua itu. Dia sangat merepotkan bagiku!" Jawab Alexsha dengan berteriak.  "Dia wanita yang melahirkanku, astaga kau jahat sekali, Alexsha!" Christian histeris, tubuhnya merosot ke lantai. Ia harus kehilangan ibunya bukan pada waktunya.

"Jesicca, ambilkan minum untuk papihmu!" Suruh Damietta. Jesicca pun langsung menuju dapur. "Aku akan memasukkanmu ke dalam penjara, Alexsha!" Sarkas Christian.

"Kumohon, Tuan, jangan melaporkanku ke polisi." Alexsha memohon. Christian tidak menghiraukan nya. "Damietta, antar aku ke kamar," ucap Christian. "Baiklah, Pih." Damietta  pun mengantar Christian untuk beristirahat.

"Aku akan menghubungi pihak kepolisian," ucap Amarlic. Ia hendak menelepon pihak kepolisian jika tidak dihentikan oleh Erlina. "Amarlic, jangan laporkan Alexsha ke polisi. Ia masih muda untuk itu. Apa kau tidak menanyakan apa alasan dia melakukan itu terlebih dahulu?"  Amarlic tetap menghubungi Polisi. Erlina merebut ponsel milik Amarlic ketika Amarlic sudah selesai berbicara.

"Apa yang kau lakukan, Erlina? Kembalikan ponselku!" Bentak Amarlic. "Kita dengarkan Alexsha dahulu," ucap Erlina. Ia menaruh ponsel Amarlic di saku kemejanya.

"Itu bukan urusanku, Erlina. Itu urusan polisi," sarkas Amarlic. Hendak mengambil ponselnya disaku kemeja Erlina, tetapi menimbang-nimbang. "Ada apa?, ambil saja jika kau berani," tantang Erlina.

Amarlic mengambil ponselnya begitu saja, membuat Erlina membelalakan matanya. "Kau masih istriku. Jadi, aku boleh menyentuh apapun yang ada pada dirimu," ketus  Amarlic.

Erlina tidak menggubris perkataan Amarlic, ia malah menghampiri Alexsha yang berdiam diri. "Alexsha, aku yakin kau tidak melakukan ini. Kau gadis yang baik, dan selama ada nenek, kau terlihat menyayanginya." Alexsha menyela air matanya, "Namun, aku sudah meracuni makanannya, Kak. Dan aku yang melakukan itu, biarkan saja aku dipenjara. Aku pantas mendapatkan itu." Alexsha menundukkan wajahnya.

"Jujurlah padaku, Alexsha." Erlina memohon, Alexsha rasanya ingin jujur, tetapi bibirnya seakan membisu.

"Di mana pelakunya, Mr?" tanya salah satu polisi yang baru saja datang bersama Amarlic. "Ini, dia yang meracuni nenekku." Amarlic menunjuk Alexsha. "Ayo ikut kami, kau harus menjelaskannya di kantor polisi." Alexsha pun sudah pasrah.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now