-034-

776 36 2
                                    

"Apa maksudmu pagi tadi mengatakan jika aku memaksamu melakukan itu?" tanya Amarlic ketus ketika Erlina baru saja keluar dari kamar mandi.

"Aku hanya membalasmu karena, sudah memfitnahku jika aku agresif." Erlina duduk di tepi ranjang. "Membalasku?" tanya Amarlic.

"Itu memang kebenarannya. Semalam kau memaksaku, Amarlic." Erlina memberanikan diri untuk membalas tatapan Amarlic yang duduk di sebelahnya.

"Kau berbohong," sarkas Amarlic serata mengalihkan pandangannya. "Terserah jika kau tidak percaya. Aku hanya memberitahumu kalau kau bukan menyebut namaku, melainkan Karina. Bahkan kau sangat kasar, dan kau memaksaku padahal aku tidak ingin melakukannya saat kau mabuk. Aku merasa dilecehkan, Amarlic. Apakah aku serendah itu di matamu, Amarlic?" Erlina terisak, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Amarlic tertegun mendengar perkataan Erlina. Ada sedikit nyeri di hatinya melihat Erlina menangis. Namun, tetap saja ia mencintai Karina. Sebenarnya ini bukan penuh kesalahannya.

Flashback on

07.00 PM

Amarlic memutuskan mencari udara segar di luar untuk menenangkan pikirannya yang kalut jika ia harus menerima kenyataan pahit di dalam hidupnya. Menikah dengan wanita yang tidak kita cintai itu memang tidak mudah.

Amarlic memainkan ponselnya di taman dekat rumahnya yang sudah sepi. Dan tanpa diketahui olehnya, ada seseorang yang mendekatinya. Amarlic pun mengangkat wajahnya ketika merasa ada yang berjalan ke arahnya. Amarlic membelalakan matanya terkejut. "Karina." Karina pun tersenyum.

"Ya, aku, are you okay?" tanya Karina lalu duduk di sebelah Amarlic.

"Hmm ..., sedang apa kau di sini, Karina? Ini sudah malam, tidak aman untuk mu berpergian?" tanya Amarlic. "Aku baru saja pulang dari rumah temanku. Tunggu, seharusnya aku yang bertanya padamu Amarlic," sahut Karina.

"Aku sedang ingin di sini," ucap Amarlic datar. "Oh, baiklah, tetapi ini first nightmu dengan istrimu."

"Jangan membuatku kesal, Karina. Kau sudah mendukungku untuk menikahinya. Lalu, sekarang kau menyuruhku melakukan itu dengannya. Kau merusak moodku, Karina, sudah jelas aku hanya mencintaimu. Apa kau tidak mengerti juga?" sarkas Amarlic seraya bangkit dari duduknya dan hendak pergi jika Karina tidak memeluknya dari belakang.

"Maafkan aku, Amarlic, aku percaya jika kau sangat mencintaku dari kau melakukan apapun yang kusuruh. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu, aku hanya ingin kau memberi kewajibanmu sebagai suami pada Erlina. Dia pasti sedih melihat suaminya sangat dingin dengannya ...," lirih Karina.

Amarlic  melepaskan pelukan Karina. Ia membalikkan tubuhnya menghadap Karina, kedua tangan Amarlic pun beralih memeluk Karina.

"Jangan menangis, Karina. Aku sedih jika melihatmu sedih." Amarlic mencium puncak kepala Karina.

Lihatkan Erlina sepupuku, suamimu tidak dapat melupakanku, batin Karina dengan senyuman miringnya.

"Amarlic, aku mohon padamu. Jadilah suami yang baik, maka dari itu kau dapat menemuiku setiap waktu yang kau mau." Karina mendongak untuk melihat wajah tampan Amarlic. "Ide bagus, Karina. Aku akan menemuimu di setiap waktu senggangku," balas Amarlic.

"Maukah kau menemaniku ke klub sebentar saja?" tanya Karina memohon. Amarlic pun tampak berpikir. "Jika, kau tidak ma ... "

"Untukmu, Karina," sela Amarlic. Karina pun tersenyum. Sepertinya berhasil, pikir Karina.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang