Exstra Part -001-

1.9K 48 0
                                    

MY HUSBAND CONGLOMERATE

❤COME BACK AGAIN❤























🎀🎁Kejutan🎁🎀

"Tuhan, mengapa rasa bersalahku tidak pernah hilang, meskipun kejadian itu sudah lama berlalu ...," gumam pria itu. Ia menitikkan air matanya, sembari memandang langit dari balkon kamarnya. "Amarlic ... " Seseorang pun memanggilnya, dan tak lama, ia merasakan ada yang memeluknya dari belakang. Amarlic pun cepat-cepat menghapus sisa air matanya, sebelum membalikkan tubuhnya.

"Ada apa?" tanya Amarlic. Ia memeluk pinggang wanita yang berstatus istrinya sekarang. "Anak kita sepertinya menginginkan daddy nya menciumnya," jawabnya. Ia menyentuh perutnya yang membesar.

"Oh, baiklah, aku akan menuruti keinginannya." Amarlic bersimpuh di hadapan sang istri, kemudia mencium perut besarnya itu. "Apakah kau merasakan sesuatu?" tanyanya seraya mengusap-usap rambut hitam Amarlic.

"Iya, aku merasakannya sayang. Apakah ia senang aku menciumnya?" tanya Amarlic, ketika merasakan tendangan Sang bayi.  "Hehe, kau ini. Anak kita pasti senang, dan terlebih lagi ia memang seharusnya sudah dapat menendang di usianya yang sudah lima bulan," jawabnya.

Amarlic berdiri menghadap wanita yang ia cintai. "Ada apa, Amarlic? Kau terlihat sedih. Apa ada masalah denganmu?, kau bisa menceritakannya padaku. Apa kau lapar?, atau ... "

"Syuttt ..., cukup, Erlina." Amarlic menempelkan jari telunjuknya di bibir istrinya, yaitu Erlina.

Flashback on.

Four years ago.

"Baiklah, Sayang. Papah dan mamah akan membawamu pergi dan membuatmu bahagia," ucap Andrew, membuat Erlina mengembangkan senyumnya.

"Ayo, kita pergi." Anatasya, Andrew dan Erlina pun bangkit dari duduknya. Mereka pun pergi.

"Selamat tinggal, Mah, Pah, Kak, Frans, Endless, Mamih, Papih dan selamat tinggal Amarlic ..., suamiku." Erlina tersenyum dan menoleh ke belakang sebelum tubuhnya menghilang dari balik cahaya.

"Maaf, Nak. Kau pergilah! Kami hanya mengantarkanmu sampai sini. Selamat tinggal, Nak." Andrew mendorong Erlina agar masuk ke dalam cahaya. Erlina pun terkejut dan menatap kedua orang tuanya dengan tatapan kecewa, sebelum ia benar-benar menghilang.

"Maafkankan kami, Nak. Kami yakin Tuhan akan memberikanmu titik kebahagiaan setelah ini," ucap Anatasya.

Nit ... Nit ... Nit

Mesin monitor pendeteksi jantung pun berbunyi dan kembali menampilkan gelombangnya. Seketika Amarlic, Damietta, dan Christian pun terkejut dengan apa yang dilihatnya. Christian langsung memanggil dokter, Damietta menjelaskan apa yang terjadi kepada Ameera, Jordan, Steven, Endless, Fransisco, dan Viola. Sedangkan Amarlic, ia menemani Erlina dan menggenggam tangannya. Berharap Erlina cepat sadar.

Dokter akhirnya datang. Amarlic disuruh untuk menunggu diluar. Ia menghampiri Damietta untuk menanyakan sesuatu yang sempat tertunda.

"Mih, aku ingin berbicara padamu," ucap Amarlic. "Bicara saja Amarlic," sahut Damietta yang tetap duduk di tempatnya.

"Mengapa mamih mengambil foto aku dan Erlina ketika terjatuh, dan mengapa Erlina bisa tahu jika mamih pelakunya?" tanya Amarlic, membuat semua orang memasang telinganya baik-baik.

"Hmm, seperti ini, Amarlic. Kau tahu kan mamih melakukan itu karena apa, ya karena mamih membenci Karina. Hanya cara itu yang dapat mamih lakukan untuk menyingkirkan Karina. Lihat saja sekarang, Karina bukan perempuan baik seperti yang kau lihat. Dan Erlina, mamih memberitahu semua yang mamih lakukan. Meskipun Erlina pertama-tama nya kecewa dengan mamih, tetapi akhirnya ia memaafkan perbuatan mamih. Mamih kira ia akan menceritakan perbuatan mamih padamu. Namun, baru sekarang Erlina memberitahunya," jelas Damietta.

"Shit, ternyata mamih yang membuat hubunganku hancur dengan Karina. Namun, mengapa mamih diam saja ketika Karina menampar Erlina dan menuduh Erlina menyuruh seseorang untuk mengambil foto kita ketika terjatuh?" tanya Amarlic lagi. "Mamih takut kau membenci mamih atas apa yang mamih perbuat." Damietta bangkit dari duduknya.

"Itu pasti, Mih. Mamih membuatku menuduh Erlina," ketus Amarlic. Damietta menyentuh pipi Amarlic,"maafkan mamih, Nak."

"Ini sudah terjadi, Mih." Amarlic menyingkirkan tangan Damietta dari pipinya. Amarlic mendekati pintu ruangan operasi. Berharap dokter cepat-cepat keluar dan membawa kabar baik.

Beberapa lama kemudian, dokter pun keluar dengan beberapa suster yang mendorong ranjang di mana Erlina terbaring dan masih memejamkan matanya. Semua yang menunggu pun bangkit dari duduknya, mendengarkan apa yang dokter katakan. "Kami akan memindahkan Erlina ke kamar rawatnya. Jika, kalian ingin menjenguknya di sana saja," terang pria paruh baya bernama Alvin.

"Bagaimana kondisi istri saya, Dok? Mengapa ini bisa terjadi?" tanya Amarlic penasaran. "Hmm, mungkin ini dapat dikatakan keajaiban Tuhan. Sehingga, Nyonya Erlina mengalami mati suri. Saya sendiri pun terkejut melihat kejadian ini. Kondisi jantung nyonya Erlina masih lemah, dan ia masih dibawah efek obat biusnya. Sehingga, kita harus menunggunya sadar, mungkin sekitar  satu atau dua jam lagi," jelas Alvin.

"Terima kasih, Dok. Kami akan menunggunya," ucap Amarlic. Dokter itu pun menganggukkan kepalanya. “Saya permisi," pamit Alvin.

🗽🗽🗽

Satu jam pun berlalu. Di ruangan Erlina, hanya ada Amarlic yang duduk di kursi dekat ranjang, ada Ameera dan Damietta yang duduk di sofa sembari memainkan ponselnya. Sedangkan, yang lain ada yang menunggu di luar ataupun keluar untuk mencari makan. Mereka semua tidak ada yang ingin pulang sebelum Erlina sadarkan diri.

"Eunghh ...," erang Erlina yang masih memejamkan matanya. Amarlic pun langsung memperhatikan pergerakan mata Erlina yang hendak membuka matanya, tetapi sepertinya terasa berat.

"Mih, Mah. Erlina sadar," panggil Amarlic, membuat Damietta dan Ameera langsung menghampirinya. "Erlina sayang, kau sadar. Ini mamah, Nak," ucap Ameera ketika Erlina sadar dan masih mencerna apa yang terjadi dengannya.

"Ma ..., mah." Erlina menatap sayu Ameera. "Iya, ini mamah, Nak. Mamah akan memelukmu, seperti apa yang kau inginkan waktu itu, Nak." Ameera hendak memeluk Erlina, jika Erlina menahan bahu Ameera dengan kedua tangannya. Ameera pun merasa bersalah. "Aku tidak ingin memelukmu sekarang, yang aku inginkan kau memelukku di saat aku membutuhkan kehangatan dari seorang ibu. Dan sekarang aku tidak membutuhkan itu lagi darimu." Erlina memalingkan wajahnya dari Ameera.

"Erlina, mamah minta maaf, Nak. Mamah tidak tahu jika anak mamah sed ... "

"Aku bukan anakmu lagi! Itu sudah berlaku ketika kau mengatakan jika mengangkatku anak adalah kesalahan di dalam hidupmu. Lagipula, aku sudah memiliki mamih Damietta, yang lebih menyayangiku daripada dirimu," tukas Erlina. Membuat Ameera menatap Damietta dengan ekspresi yang tidak terbaca. Ameera pun keluar dari ruangan Erlina dengan perasaan menyesal.

"Erlina, seharusnya kau tidak berbicara seperti itu dengan mamahmu," ucap Damietta, memperingati Erlina. "Dia bukan mamahku, jika kau membelanya. Lebih baik kau keluar, aku tidak ingin memperpanjang masalah," balas Erlina, membuat Damietta bingung. Mengapa sikap Erlina berubah? "Baiklah, mamih akan keluar. Bicaralah dengan Amarlic." Damietta mengusap kepala Erlina sebelum keluar.

"Erlina, apa yang kau rasakan sekarang? Apakah ada yang sakit?" tanya Amarlic seraya menatap wajah pucat Erlina. "Ada," jawab Erlina. Hatiku terluka sangat dalam, Amarlic, lanjut Erlina di dalam hati.

"Di mana?, apakah bekas op ... "

"Tidak perlu basa-basi, Amarlic! Aku tidak membutuhkan belas kasihanmu!" Erlina menepis tangan Amarlic yang hendak menyentuh kepalanya.

"Hufft ... baiklah, Erlina. Aku tahu kau marah padaku. Aku minta maaf atas kesalahanku selama ini padamu, Erlina. Kumohon maafkan aku," ucap Amarlic memohon. Ia mencium tangan Erlina yang bebas dari selang infus.

"Tidak semudah itu, Amarlic ... " Erlina memalingkan wajahnya dari Amarlic. "Aku tahu, Erlina. Aku tahu itu tidak mudah untukmu. Namun, bisakah kau memberiku satu kesempatan lagi?" tanya Amarlic.

"Aku lelah, Amarlic. Aku tidak ingin membahas masalah ini terus. Yang pada akhirnya aku juga yang harus berkorban dan tersakiti. Aku ingin sendiri, biarkan aku istirahat. Aku tidak ingin diganggu saat ini, biarkan aku bebas satu hari saja dari rasa sakit hati ini, Amarlic, keluar dari ruanganku Amarlic!" Seru Erlina, menarik tangannya yang digenggam oleh suaminya itu.

"Maafkan aku dahulu, Erlina. Bar ... " 

"Keluar, Amarlic! kubilang keluar! Apa kau tuli?, aku bilang keluar! Kumohon, Amarlic ... Hiks ..." isak Erlina. Amarlic pun pasrah dan keluar.

Setelah Amarlic keluar, dokter yang dipanggil oleh Steven pun menyuntikkan obat penenang pada Erlina. Tak butuh waktu lama, sang dokter pun keluar.  "Nyonya Erlina mengalami trauma psikologis. Di mana ia pernah mengalami peristiwa yang tidak dapat ia lupakan, seperti kecelakaan, kekerasan, dan kekecewaan terhadap seseorang contohnya. Dan mungkin, Nyonya Erlina mengalami stres yang berkepanjangan. Sehingga, ia mudah emosi, menarik diri dari keramaian atau lebih suka menyendiri. Kalian tidak dapat mendekatinya secara tergesa-gesa, penyembuhan trauma ini membutuhkan proses dengan perlahan-lahan. Jika tidak, ia akan merasa tertekan dan dapat menyebabkan gangguan kejiwaan," jelas Alvin. Membuat yang mendengarnya pun terkejut.

"Baiklah, Dok. Kami akan mendekatinya secara perlahan," timpal Steven. "Oke, untuk hari ini. Lebih baik kalian tidak mengganggunya. Biarkan ia menenangi pikirannya sebentar. Baiklah, saya ppermisi." Alvin pun melenggang pergi.

"Erlinaa ..., maafkan aku ..." Itulah yang ada di dalam hati mereka. Menyesal, menyesal, dan menyesal.

🗽🗽🗽


Keesokkan harinya, wajah Erlina sudah tampak lebih berwarna tidak seperti kemarin yang sangat pucat. Ketika Erlina sedang memakan sarapan yang sudah disiapkan pihak rumah sakit. Fransisco pun datang bersama Viola. Erlina yang melihat itu pun menaruh nampan yang berisi makanannya di atas nakas di samping ranjang.

"Erlina, lanjutkan saja makannya," ucap Fransisco, ketika melihat Erlina berhenti makan. "Aku tidak suka diganggu," celetuk Erlina membuat Viola dan Fransisco tersenyum tipis.

Mereka berdua menghampiri Erlina. Fransisco duduk di kursi dekat ranjang. Sedangkan, Viola berdiri di samping Fransisco. "Erlina, aku minta maaf, ya. Sudah membuat Fransisco melupakanmu," ucap Viola dengan menundukkan wajahnya. "Tidak perlu minta maaf, Viola. Kau tidak salah. Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Sudah berhasil membuat Frans bisa melupakan perasaannya padaku." Viola tersenyum dan mengangkat wajahnya.

"Apa kau mau memaafkan aku juga, Erlina?" tanya Fransisco, dengan tatapan memohon. "Aku hanya sedikit kecewa denganmu, Frans. Kau berjanji padaku, kau akan selalu menjadi sahabat terbaikku terus. Namun, hufft ..."  Erlina tidak mampu berkata-kata lagi.

Fransisco menggenggam erat tangan Erlina. "Erlina, kumohon maafkan aku. Kau tahukan jika aku sangat mencintaimu. Sebab itulah, aku harus menjauhimu dahulu untuk melupakanmu."

"Cinta tidak perlu dijadikan alasan untuk menghancurkan sebuah persahabatan, Frans. Aku menyuruhmu untuk melupakan perasaan cintamu padaku dan carilah kebahagiaanmu. Bukan menyuruhmu melupakan aku sebagai sahabatmu ...," lirih Erlina. Ia menatap kosong lantai dingin rumah sakit. "Erlina, tolong maafkan aku, apa yang harus aku lakukan agar kau memaafkan aku, Erlina?" tanya Fransisco.

" ... " Erlina terdiam tampak berpikir, membuat Fransisco dan Viola menatap Erlina penasaran. "Suapi aku." Fransisco pun tercengang. "Ha---hanya itu?" tanya Fransisco hati-hati. Erlina pun menganggukkan kepalanya.

"Apa kau tidak ingin aku maafkan?" sarkas Erlina. Fransisco cepat-cepat mengambil nampan diatas nakas. "Ah, baiklah. Aku akan menyuapimu makan. Ayo, makan."

Viola pun mengenmbangkan senyumnya melihat kebersamaan sepasang sahabat itu. Fransisco dan Erlina terlihat serasi, tetapi jika sudah urusan hati, kita bisa apa?

🗽🗽🗽

"Mih, a---apakah kau tahu Amarlic kemana?" tanya Erlina. "Dia sedang pergi ke Amsterdam, Nak. Ia harus menstabilkan perusahaan papihnya di sana," jawab Damietta yang sedang membaca majalah disofa.

"Sejak kapan?" tanya Erlina lagi. "Kemarin, mengapa? Kau merindukannya?" goda Damietta.
"Ah, tidak! Untuk apa aku merindukannya." Erlina mengelak.

"Hehe, Erlina ini ada surat dari Jesicca. Ia minta maaf tidak bisa memberinya langsung. Jesicca sudah pergi ke Jepang untuk melanjutkan kuliahnya di sana. Dan mamih keluar sebentar, ya." Erlina pun menganggukkan kepalanya, serta menerima surat yang diberi Damietta.

From: Jesicca.
To: Kak Erlina.

Kak Erlina, maafkan aku, ya. Aku sangat keterlaluan denganmu, tetapi kenapa kau tidak membongkar kejahatanku selama ini pada kakakku Amarlic. Jika, aku yang membuatmu jatuh dari kursi waktu itu. Maafkan aku, Kak. Aku baru sadar kau pantas disayangi semua orang. Aku melakukan itu, hanya karena aku iri denganmu yang selalu mendapat perhatian keluargaku. Aku telah dibutakan oleh keegoisanku sendiri. Dengan teganya, aku membuat nenekku sendiri meninggal. Hatimu sangat baik, Kak. Semoga kau mau memaafkan aku ya, Kak. Dan semoga kau dengan kakakku selalu bahagia.

Your sister.

"Aku memaafkanmu, Jesicca." Erlina, menutup surat itu. Lalu, menyimpannya di dalam laci nakas. "Erlina, kau sudah baik, 'kan?" tanya Steven, yang baru saja datang bersama Endless. Ia pun duduk di kursi dekat ranjang. Sedangkan, Endless berdiri di samping Steven.

"Sudah, Kak, apa kau membawa pesananku?" tanya Erlina. Tadi pagi memang Steven menghubungi Erlina, jika ia dan Endless akan datang. Dan memberitahu Erlina jika Endless ingin meminta maaf. Erlina sekalian saja meminta dibelikan makanan kesukaannya.

"Pasti sayang, ini makanlah." Steven memberikan Erlina sebungkus Nom-nom burger. "Terima kasih," ucap Erlina, setelah menerima makanannya.

"Endless, cepatlah katakan," bisik Steven di telinga istrinya. "Ah i---iya." Endless gugup. Steven pun menyuruh istrinya duduk dan ia berdiri.

"Erlina, kau masih marah ya padaku?" tanya Endless, menundukkan wajahnya. "Hmm" Erlina menggigit Nom-nom burgernya. "Aku ..., aku minta maaf padamu. Aku tidak sengaja mengatakan itu. Aku sedang cemburu ketika kau menghubungi Steven malam itu ... "

"Hehe, kau cemburu dengan adik suamimu?!" Sarkas Erlina. Ia memberhentikan kegiatan makannya. "Kau berbeda Erlina." Endless, meninggikan suaranya. Steven pun menatap tajam Endless, membuat Endless menundukkan wajahnya lagi.

"Ah, maaf, maksudku kau berbeda, Erlina. Kau tidak ada hubungan darah dengan Steven. Aku takut Steven belum bisa melupakanmu ...," lirih Endless seraya meremas jari-jemarinya. "Aku mint ... "

"Aku merasakan apa yang kau rasakan, Endless. Terkadang, cemburu membuat kita melakukan yang tidak seharusnya kita lakukan." Erlina menyela ucapan Endless. "Lalu, kau mau memaafkan aku?" tanya Endless yang dibalas anggukkan oleh Erlina.

"Terima kasih, Erlina ...," ucap Endless kegirangan dan memeluk Erlina."Kak, ayo kita berpelukan. Sekali-kali menjadi teletubbies" ucap Erlina. Steven pun terkekeh dan ikut memeluk Erlina dan Endless.

🗽🗽🗽

"Sayang, apakah Erlina akan memaafkan aku? Sepertinya, aku sudah sangat keterlaluan padanya ...," lirih Ameera yang berdiri di depan pintu ruangan Erlina bersama Erlina.

"Erlina anak yang baik hati, Ameera. Apalagi kau seseorang yang sudah merawatnya. Pasti Erlina mau memaafkanmu," ucap Jordan meyakinkan istrinya. "Hufft, semoga."

Ameera dan Jordan pun masuk keruangan Erlina. Membuat Steven, Erlina dan Endless yang sedang berpelukan mengarahkan pandangannya pada mereka berdua. Steven dan Endless pun melerai pelukannya. Sedangkan Erlina, ia melanjutkan makan Nom-nom burgernya.

"Nak, apa kau masih marah pada mamah?" tanya Ameera ketika menghampiri Erlina yang sedang menunduk sembari makan.

"Aku tidak marah, tetapi aku kecewa pada mamah. Mengapa mamah mengatakan jika menerimaku adalah kesalahan?" tanya Erlina. Ameera pun mengusap kepala Erlina. "Sayang, maafkan mamah, Nak. Mamah sengaja mengatakan itu, agar kau membenci mamah dan menjauh dari kami. Karena ... "

"Karena mamah takut jika Casley dan Charles akan celaka. Itu tidak adil, aku tahu aku anak angkat, hanya orang asing di dalam hidup mamah. Namun, aku juga seorang anak yang membutuhkan kasih sayang. Mamah tahu, ketika mamah menyuruhku menjauhi mamah. Aku sangat rapuh saat itu, aku merasa tidak ada yang menerimaku di dunia ini. Dan aku membenci diriku sendiri, mengapa aku sangat lemah?..., " lirih Erlina. Ia meneteskan air matanya.

Ameera pun memperhatikan Erlina dengan tatapan sendunya."Erlina, maafkan mamah. Sungguh, mamah sangat menyesal dengan apa yang mamah lakukan. Mamah pun tersiksa melihatmu seperti ini," sahut Ameera memohon.

"Bolehkah aku meminta kau memelukku?" tanya Erlina, membuat Ameera terseenyum."Boleh, Sayang. Sangat boleh." Dengan cepat, Ameera langsung membawa Erlina ke dalam dekapannya.

"Mengapa kau mau memaafkan mamah, Nk?" tanya Ameera. "Karena, aku tidak bisa menolak permintaan maaf dari orang yang aku sayang," jawab Erlina. "Terima kasih, Sayang."

🗽🗽🗽

Hari ini Erlina menyuruh semua keluarganya berkumpul. Ia ingin memberitahu suatu hal yang sangat penting. "Erlina, kapan kau memberitahu pada kami?" tanya Fransisco yang sedang duduk disofa. "Sebentar lagi datang. Albert mengirimkan pesan jika ia sudah ada di parkiran," jawab Erlina.

Tok ..., tok ...

Seketika Ameera, Jordan, Damietta, Christian, Fransisco, Viola, Steven, dan Endless pun penasaran. Masuklah Albert bersama seorang perempuan yang tak lain adalah Karina.

"Karina, mengapa dia ada di sini? Erlina, apakah orang ini yang kau maksud?" tanya Damietta."Iya, aku menyuruh Albert untuk mengajak Karina ke sini," sahut Erlina santai. Membuat keluarganya bertambah bingung.

Karina menghampiri Erlina. "Erlina, aku sangat berterima kasih padamu. Maafkan aku, Erlina. Kau benar, kau adalah adik kandungku."

"Kau ..., kau percaya padaku?" tanya Erlina ragu-ragu. "Iya, Erlina. Paman mendatangiku ke penjara waktu itu. Dan ia menceritakan semuanya padaku, ia memberitahuku alasan mengapa ia memisahkan kita," jawab Karina.

"Apa?" tanya Erlina. "Alasannya, ia membenci papah kita karena papah kita lebih sukses dari pada paman. Akhirnya, ia memanfaatkan kematian kedua orang tua kita untuk memisahkan kita. Ia memberitahuku jika aku anak kandungnya sedangkan kau hanya dianggap keponakannya. Dari situlah paman Marvelo menghasutku untuk menghancurkan hidupmu dengan alasan kau yang membuat ia kehilangan kakaknya, yaitu papah kita. Maafkan aku, Erlina. Aku tidak tahu jika kau adikku," jelas Karina. "Aku memaafkanmu, Kak. Akhirnya aku masih memiliki seorang kakak kandung," ucap Erlina. Membuat Karina memeluk Erlina.

"Bagaimana paman sekarang?" tanya Erlina seraya melerai pelukkan Karina. "Ia sekarang dipenjara, karena penggelapan uang perusahaannya dan tidak memberi gaji yang seharusnya pada karyawan," jawab Albert.

"Hmm, akhirnya hidupku tidak serumit dahulu lagi," ucap Erlina, membuat semuanya tersenyum bahagia.








Seneng gak?,  ini tuh part yang bikin aku semangat nulis. Because, Amarlic udah sadar, udah tobat dia. But, kita tuker sifat mereka😁😁

Cooming soon ....

Jangan lupa vote, comment, and share.
Follow akun aku juga, soalnya ada rencana buat cerita lagi.

Makasih😘😘

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now