-037-

799 34 1
                                    

Ting ..., tong ...

Ameera  membuka pintu, melihat siapa yang datang ke mansionnya siang-siang seperti ini.
Ameera hendak menutup pintunya lagi jika tidak ditahan oleh Erlina. Ya, Erlina memutuskan datang ke mansion mamahnya untuk meminta sesuatu.

"Mah, kumohon, aku ingin bicara padamu sekali saja. Ini penting, Mah." Ameera terdiam. "Hufft ..., baiklah. Ayo, masuk." Ameera pun mengajak Erlina untuk duduk di sofa.

"Bagaimana kabar mamah dan ayah?" tanya Erlina. "Baik," ketus Ameera. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Charles dan Casley bagaimana?" tanya Erlina membuat Ameera geram."Tidak perlu basa-basi, Erlina! Cepatlah bicara!"

"Hmm, seperti ini, Mah. Apa mamah masih menyimpan nomor ponsel seseorang yang mengancam mamah waktu itu?" tanya Erlina hati-hati. "Masih, untuk apa?"

"U---untuk aku cari tahu, Mah." Ameera tersenyum meremehkan, "seperti detektif saja." Erlina hanya bisa tersenyum tipis. Ameera mengeluarkan ponselnya, dan mencarinya. "Ini nomornya." Ameera memberikan ponselnya. Erlina langsung mencatatnya di ponselnya.

"Terima kasih, Mah," ucap Erlina. Ia beranjak dari duduknya. "Jangan membuat ketentraman keluargaku terusik lagi dengan ulahmu itu," sindir Ameera.

Erlina mengembangkan senyuman manisnya.  "Aku akan berusaha. Ah, iya ..." Ameere mengernyitkan dahinya, "apa lagi?" tanyanya ketus. " ... bolehkah aku memelukmu?" Erlina menatap Ameera dengan tatapan memohonnya.

"Kau lupa, ketika kau memelukku di hari pernikahanmu . Kau mengatakan, jika itu pelukan terakhir untukmu. Sudahlah, sana pergi. Jangan lama-lama di sini," ucap Ameera, ia mendorong Erlina sampai keluar.

"Baiklah, aku pergi, Mah. Jaga dirimu baik-baik!" Pesan Erlina ketika Ameera sudah menutup pintu mansionnya rapat-rapat.

"Kau tampak kurus, Nak. Apakah kau bahagia dengannya? ...," lirih Ameera dari balik pintu.

Sesampainya di mansion, Erlina memikirkan bagaimana caranya ia menyelesaikan teka-teki permasalahan ini. Ia memperhatikan suasana mansion. Sepi, inilah keadaan mansion sekarang. Damietta sedang pergi arisan bersama teman-temannya. Christian, ia sedang beristirahat di kamarnya, semenjak kepergian Sang papah, Christian memutuskan pensiun dari perusahaannya. Jesicca dan Alexsha sedang kuliah. Sedangkan Amarlic, ia masih berkutat dengan berkas-berkasnya di kantor.

Erlina mencoba menghubungi nomor yang tadi ia simpan. Aktif, tetapi tidak diangkat. Apa orang ini sibuk?, pikir Erlina. Ia mencoba sekali lagi dan berhasil, ia berhasil tersambung dengan pengancam itu.

"Halo, ini siapa?" tanya seseorang dari seberang sana.

" ... " Erlina hanya diam, ia menetralkan jantungnya yang berdetak lebih kencang.

"Hei, kau bisu, ya?"

" ... " Erlina mengenal suara ini.

"Mengganggu saja!"

Panggilan pun dimatikan sepihak oleh seseorang dari sana. Erlina menelan salivanya susah payah. Ia tidak menyangka jika orang yang dahulu ia sayangi sekarang menjadi orang yang menghancurkan hidupnya. "Kau jahat sekali," ucap Erlina.


🗽🗽🗽


Amarlic sudah pulang bekerja, semuanya pun sedang berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam selesai. Erlina bersiap-siap untuk pergi ke apartemen di mana orang yang menghancurkan keluarganya berada. Ia menuruni anak tangga, seketika keluarganya pun melihat Erlina yang sudah rapi.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now