-007-

2.9K 90 0
                                    

"Dari mana kau tahu?" tanya Erlina dengan kedua pipinya yang sudah memerah seperti tomat. Pertanyaan apa itu? , cetus Erlina di dalam hati.

"Aku bertanya bukan ditanya," sarkas Amarlic yang berhasil membuat Erlina terdiam.  "Bukan urusanmu," jawab Erlina. Ia pun  melenggang pergi tanpa menoleh sedikit pun kearah Amarlic.

"Apa tadi itu aku? Kau bodoh Erlina, seharusnya kau jawab saja pertanyaan Amarlic. Bukankah itu kesempatan yang baik untukmu agar bisa mengobrol dengannya? Erlina, sungguh kau sangat bodoh," gumam Erlina dengan kedua tangannya yang saling meremas.

Flashback on

Six years ago.

"Terima kasih banyak, Frans"  ucap Erlina. Ia mengecup pipi Fransisco singkat. Namun, ketika Erlina hendak memundurkan wajahnya, Fransisco menahan tengkuk leher Erlina. Dan menatapnya dalam, membuat siapapun bisa menyelam dalam ketampanan seorang Fransisco.

"Sudah, Frans. Aku malu tahu," celetuk Erlina membuat Fransisco tercengang mendengarnya. "Aish, bukannya kamu yang  memulai," sarkas Fransisco.

"Memang aku yang selalu memulai kan?"  Setelah mengatakan itu, Erlina pun pergi dari hadapan Fransisco yang sedang tersenyum geli melihat tingkah Erlina.

Aku benci padamu Erlina, kau merusak hubunganku dengan gadis yang aku sayangi, batin Amarlic di seberang sana.

Flashback off.

Saat hari itu juga lah Amarlic membenci Erlina. Karena, jika ia tak membantu Erlina yang jatuh terpeleset ia tak akan kehilangan gadisnya yang ia sukai.

Drrrt ...

Ponsel Erlina bergetar dari dalam slin bag hitamnya. Ia pun langsung mengangkat telepon yang ternyata dari 'Fransisco Tueson.'

"Erlina, sepertinya aku tidak bisa datang."

"Memangnya kenapa?"

"Aku ada urusan di Meksiko, tetapi besok
aku akan pulang ke sini lagi."

"Baiklah."

"Kamu tidak marah, 'kan?"

"Don't worry."

"Oke."

Erlina pun mematikan panggilan dari Fransisco. "Huh, Endless di mana, ya?" gumam Erlina.

Erlina memutuskan untuk pergi ke perpustakaan saja. Sesampainya di sana, Erlina kembali pada niat awalnya, yaitu mencari buku jurusannya untuk ia pelajari.

"Ah, ini dia buku nya," ucap Erlina setelah menemukan buku tebal itu. 

"Ekhem." Erlina membalikkan tubuhnya ketika seseorang berdeham tepat di belakangnya. oh tuhan untuk apa dia ke sini? Apa dia membuntutiku dari tadi? Semoga saja aku tidak melakukan hal yang mempermalukan diriku sendiri, batin Erlina.

"A---ada apa, Amarlic?" tanya Erlina seraya berpura-pura membaca buku yang ia ambil tadi.  "Sedang apa kau di sini?" sahut Amarlic dengan tatapan curiganya pada Erlina.

"Ya, aku sedang mencari buku untuk dibaca. Memangnya apa yang akan dilakukan lagi jika di perpustakaan," jawab Erlina. Ia melengos melewati Amarlic begitu saja. Apa yang aku lakukan itu salah?, batin Erlina.

"Bisa saja pacaran," celetuk Amarlic seraya memandangi punggung Erlina yang tak jauh darinya.

Erlina yang mendengar itu pun memberhentikan langkahnya. Ia hendak membalikkan tubuhnya kembali, tetapi aku merasa tak ada gunanya jika harus berbicara dengan orang seperti Amarlic, batin Erlina. Akhirnya, ia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now