-023-

708 38 2
                                    

Amarlic membawa Erlina ke ruangannya yang di sana sudah ada Karina. Amarlic menyuruh Erlina duduk di sofa bersebelahan dengan Karina. Sedangkan, Amarlic duduk bersandar di hadapan Karina dan Erlina.

"Karina, apa kau mengenal dia?" tanya Amarlic seraya menunjuk Erlina menggunakan dagunya.

Karina dan Erlina pun saling berpandangan memperhatikan apakah mereka saling mengenal?, ah tidak pastinya. Karina pun mengalihkan pandangannya lagi ke Amarlic. "Aku tidak mengenalnya, Amarlic,"  jawab Karina dengan suara lembutnya.

Sepertinya suaraku kalah lembut dengan Karina, pikir Erlina.

"Dan kau, Erlina?, apakah kau mengenal kekasihku?" tanya Amarlic seraya menatap tajam Erlina. "Of Course not, melihatnya saja tidak pernah bagaimana mengenalnya," sarkas Erlina. Ia pun tidak tahu mengapa ia merasa berani seperti ini. Aku cemburu, Amarlic!!!, teriak Erlina di dalam hati. Ia menyipitkan kedua matanya ke arah Amarlic dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Mengapa wajahmu seperti itu?" tanya Amarlic menatap Erlina heran dan karina pun ikut memperhatikan Erlina. "Apa kau ada masalah, Ms. Alexander?" tanya Karina.

"Tidak ada, Karina," jawab Erlina. "Karina kau tidak mengenal dia? Dia Erlina, adik kelasmu dan teman seangkatanku," jelas Amarlic. "Be---benarkah?" Karina memasang wajah terkejutnya.

"Erlina, kau harus membantuku, katakan pada Karina jika aku hanya membantumu ketika kau jatuh terpeleset di tangga lima tahun yang lalu," ucap Amarlic datar.

"A---aku?" tanya Erlina seraya menunjuk dirinya sendiri. "Ya, kau. Cepat jelaskan!" Titah Amarlic seraya menegakkan posisi duduknya.

"Baiklah, Karina. Hmm, Amarlic benar. Ia hanya membawaku ke UKS dan memijat sebentar kaki ku yang terkilir. Percayalah," terang Erlina. Dan sebagai laki-laki pertama yang mengecup pipiku, lanjut Erlina di dalam hati. Ia pun tersenyum pada Karina yang sedang memperhatikannya.

"Namun, Amarlic aku menunggumu untuk membawakan ku minum. Dan saat kau datang kau tak membawa apa-apa, yang kau bawa hanya minuman bekas mu saja," imbuh Karina tidak mengerti.  "Itu aku hen ... "

"Maafkan aku, Karina, itu salahku. Jika saja aku tidak jatuh. Amarlic pasti tidak akan menyuruhku untuk meminum minuman yang ternyata untukmu. Kumohon maafkan aku, dan Amarlic tidak salah apapun di sini. Aku akan lakukan apapun agar kau percaya padaku," jelas Erlina. Dan agar Amarlic bahagia, tambah Erlina di dalam hati. Ia menggenggam tangan Karina.

"Ah, iya, aku percaya padamu. Jangan salahkan dirimu. Ini semua sudah takdir Tuhan," timpal Karina seraya tersenyum hangat. "Dia pantas disalahkan, Karina. Dia yang menghancurkan hubungan kita," tukas Amarlic seraya menatap Erlina tidak suka.

"Amarlic, don't say that. Yang terpenting kita sudah bersama lagi," ucap Karina memperingati. "Yes, everything that he said is right. Sekalipun ini sudah takdir dari Tuhan, aku memang selalu salah di mata kekasihmu, if you want know, Karina," tutur Erlina dengan mata yang berkaca-kaca. Ia pun bangkit dari duduknya.

Karina pun berdiri, memperhatikan raut wajah Erlina yang tampak sedih. Mengapa aku ikut merasakan kesedihan, Erlina? Namun, ini memang salahnya juga, bukan?, pikir Karina.

"Ms. Alexander, kau tak apa?" tanya Karina khawatir seraya menyentuh lengan Erlina. "Tid ... "

"Tidak perlu memanggilnya Ms,  Karina! Sebenarnya ia tidak pantas disebut seperti itu, jika bukan hanya karena posisinya," celetuk Amarlic menyela ucapan Erlina.

"Again and again you so true Mr. Chatillon. Memang seharusnya ini bukan pekerjaanku, dan aku tak pantas untuk posisiku saat ini. Namun, saya mohon pada anda Mr. Chatillon, belajarlah untuk menghargai seseorang," tegas Erlina mencoba menutupi hati yang penuh luka di dalamnya.

"Saya permisi," pamit Erlina. Ia pun melenggang pergi meninggalkan ruangan. "Amarlic, apa yang kau lakukan padanya?" tanya Karina panik ketika melihat Erlina pergi dengan kondisi hati yang rapuh.

"Memang apa yang aku lakukan, aku hanya mengatakan yang sebenarnya," jawab Amarlic seraya bersandar di sofa. "Namun,kau baru saja menyakitinya, aku akan meminta maaf padanya," ucap Karina hendak mengejar Erlina.

"Dengarkan aku Karina, dia butuh waktu untuk sendiri!!" Bentak Amarlic membuat Karina mengurungkan niatnya. Amarlic menghampiri Karina yang berdiam diri di ambang pintu.

"Maaf, aku telah membentak mu. Mari, kita makan siang," ucap Amarlic. Ia mengambil tangan lembut Karina dan menggenggamnya erat. Karina pun melukis senyum di wajahnya.

Mereka berdua pergi untuk makan siang yang terlambat. Sedangkan di seberang sana, ada seseorang yang sedang memecahkan tangisnya di dalam mobil. Erlina menjalankan mobilnya menuju kantornya, biarkan kali ini saja ia melupakan makan siangnya. Ya, orang itu adalah Erlina.  "Amarlic, sebesar itukah kau membenciku? Aku sudah melakukan apapun yang kau mau dan itu demi kebahagiaanmu. Apa kau tak sadar mengapa aku selalu melakukan apapun untukmu? Itu karena aku mencintaimu bodoh!!" Jerit Erlina.

Kau bodoh Amarlic ...," lirih Erlina. Apa aku harus berhenti mencintai, Amarlic? Dan membuka hati untuk laki-laki lain?, batin Erlina. Ia menatap ke arah stir dengan tatapan kosong.

"Dia pantas disalahkan, Karina. Dia yang menghancurkan hubungan kita."

"Tidak perlu memanggilnya Ms, Karina. Sebenarnya ia tidak pantas disebut seperti itu, jika bukan hanya karena posisinya."

Perkataan Amarlic yang menghina dirinya selalu terngiang-ngiang di pikiran perempuan malang itu.  Biarkan aku istirahat sebentar dari rasa sakit ini, Tuhan, batin Erlina.

Erlina  Menambah kecepatan mobilnya, membelah jalanan yang sepi di kota Las Vegas. Air mata tak bersuara pun mengalir di pipi Erlina. Perih, itulah yang dirasakan hatinya.

Brakk ...

Pening pun terasa di kepala Erlina, tubuhnya melemas, rasa sakit menjalar di tubuhnya begitu cepat. Darah mengalir di dahi serta hidungnya

Drrt ... drrt ...

Ponsel Erlina yang berada di dashboard mobil pun bergetar. Tangannya dengan susah payah mencoba meraihnya. Meskipun tubuhnya sudah tidak sanggup bergerak. Ketika sudah berhasil meraih ponselnya, Erlina mengangkatnya.

"Halo Ms. Alexander."

" ... "

"Ms, anda di mana sekarang? Akan ada meeting dengan Marvelino group,"  jelas seseorang dari seberang sana dengan perasaan yang sudah tidak enak.

" ... "

"Ms, kau tak apa?, kau di mana?" Viola semakin cemas ketika tak ada jawaban dari Erlina.

"Viola ...," lirih Erlina.

"Ms. Alexander, kau baik-baik saja?"

"Viola, jika sesuatu terjadi denganku. Kumohon padamu jangan beritahukan keadaanku pada siapapun ya kumohon."

"Ms ... Ms, kau di mana? Biar aku yang menjemputmu."

"I want alone."

"Ms. Alexander ... Oh, Tuhan apa yang terjadi ... "

Tut .. tut ...

Panggilan pun terputus.

Tuhan ternyata mendengar doa Erlina. Erlina tidak sadar jika d idepannya adalah persimpangan jalan, dan ada truk yang berlawanan arah dengan mobilnya. Mobil Erlina pun tergeser lumayan jauh dari posisi semula. Suara riuh yang asing terdengar samar-samar di telinga Erlina. Sepertinya semakin mendekat ke arahnya dan saat itu juga Erlina menutup matanya.

Terima kasih, Tuhan. Engkau sudah mengabulkan doaku saat ini.  Papah, Mamah, tunggu Erlina, air mata terakhir pun meluncur dari kedua sudut mata Erlina yang terpejam.

END


Tapi bohong....
Hehehe..
Aku benci Amarlic💘

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now