-012-

2.4K 73 6
                                    

Ting ... tong ...

Erlina menekan bel mansion nya beberapa kali, dan tak lama pun pintu terbuka. Keluarlah wanita paruh baya yang mengenakan pakaian khas pelayan. "Eh, Non Erlina, baru pulang, Non?" tanya Mijien yang membukakan pintu.

"Iya, Bi. Ibu mana?" sahut Erlina. "Sepertinya, sedang pergi. Non Erlina, ayo masuk. " Mijien membukakan pintu lebih lebar agar Erlina bisa masuk.

"Iya, sebentar, Bi." Mijien mengangguk mengiyakan. Ia pamit untuk ke kamarnya lagi. Sedangkan Erlina menghampiri Amarlic yang masih di dalam mobil yang terparkir di depan gerbang.

"Amarlic, kau pulang saja. Ibu sepertinya sedang pergi, terima kasih sudah mengantarku pulang," terang Erlina dari jendela mobil yang terbuka.

"Hmm," jawab Amarlic dingin dengan kedua matanya yang menatap Erlina datar.
"Yasudah sana pulang sepertinya akan turun hujan. Hati-hati, ya," pesan Erlina.

Erlina pun membalikkan tubuhnya, "Erlina," panggil Amarlic membuat Erlina memberhentikan langkahnya.

Erlina pun membalikkan tubuhnya kembali, "ada apa?" tanya Erlina

"Aku minta maaf soal tadi, ponselmu yang rusak, aku akan menggantikannya," terang Amarlic tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.

"Ah ,soal itu tidak apa-apa. Kau tenang saja," sahut Erlina seraya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

"Aku hanya tidak ingin ada seseorang yang memendam perasaan kepadaku, karena aku tidak ingin menyakiti orang itu hanya karena penolakan ku padanya. Jadi, jika ada temanmu atau siapapun yang mencintai aku, bahkan hanya menyukaiku saja tolong katakan pada mereka. Aku akan menolak keras perasaan mereka terhadapku, karena aku hanya mencintai satu perempuan di seumur hidupku," jelas Amarlic dengan tatapan kosong kosongnya, seakan sedang menerawang sosok perempuan yang sangat ia cintai.

"Ah, seperti itu, ya. Aku akan membantumu, menurutku itu hal yang mudah, hehe," ucap Erlina yang diakhiri kekehan. Mencoba menutupi goresan baru di hatinya.

"Thanks." Setelah mengatakan terima kasih, Amarlic menutup jendela mobilnya. Lalu, melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang begitu saja. Meninggalkan Erlina yang masih setia memandangi mobil Amarlic yang semakin jauh dan mulai menghilang dari pandangan Erlina.

Tes ... tes ...

Langit yang gelap pun mulai menitikkan air. Ya, langit gelap tak ada bintang, bulan pun tertutupi oleh awan hitam. Sama persis dengan hati Erlina yang lagi-lagi tergores dan tertusuk semakin dalam hanya karena seorang Amarlic Baldwin Chatillon.

"Tuhan, mengapa cinta terkadang menyenangkan dan terkadang menyakitkan secara bersamaan. Namun, mengapa lebih banyak menyakitkannya? Dan anehnya, meskipun hanya sedikit rasa senang yang dihasilkan cinta, itu bisa melupakan rasa sakit pada hati kita, hahaha." Erlina pun menangis di bawah guyuran derasnya hujan, lalu tertawa sendiri ketika mendengar ucapan sendirinya.

"Apakah aku bodoh, Tuhan? Mencintai lelaki yang memang pada nyatanya mencintai perempuan lain, mengapa sangat sesak? Hiks ... hiks ..." Erlina jatuh terduduk di jalanan depan mansionnya. Ia menyentuh dadanya lalu menekannya, merasakan sesak yang sangat teramat.

" ... kau benar, Amarlic. Seharusnya aku tidak mencintaimu ...," teriak Erlina. Ia mengadah kan wajahnya. Merasakan rintikan hujan yang menerpa wajahnya.

"Namun, apalah daya? Aku bukanlah Tuhan yang mengatur takdir seseorang termasuk mencintaimu ... " lirih Erlina seraya meremas aspal yang sudah basah.

Tin ... tin ...

"Siapa itu?" gumam seseorang dari dalam mobil, ia pun menjelaskan penglihatannya, "ya, Tuhan, Michell!!" teriak Ameera. Ya, orang itu adalah Ameera, ia baru pulang dari perkumpulan nya bersama teman-teman sosialita nya. Ameera pun turun dari mobil, ia menghampiri Erlina yang duduk di tengah jalanan itu.

"Michell, kau sedang apa, Nak?" tanya Ameera seraya membantu Erlina untuk berdiri. Tak peduli ia kehujanan ataupun kedinginan, yang terpenting sekarang adalah Erlina.

"Hiks ... bu ... sak---hit ...," jawab Erlina di sela-sela tangisannya. Erlina menekan dadanya berharap rasa sesaknya itu hilang.

"Ada apa, Michell?, mana yang sakit?" tanya Ameera cemas. "Di sini, Bu. Hiks ... sakit ... dan sesak, Bu," jawab Erlina seraya memukul-mukul dadanya.

"Stop it, Michell! Ayo, masuk ke mobil," ajak Ameera. Ia menahan kedua tangan Erlina yang masih memukul-mukul dadanya sendiri.

Erlina sudah lemas dan tak berdaya. Ia pasrah ketika Ameera membantunya masuk ke dalam mobil. Ameera pun mengitari mobil lalu masuk.

Tin ... tin ...

Ameera membunyikan klakson mobilnya, agar petugas keamanan membuka pagar penjaga mansion nya. Ameera pun memarkirkan mobilnya di pekarangan mansion nya. Ia pun menghubungi Steven untuk membantu membawa Erlina yang tak sadarkan diri.

Beberapa menit kemudian, Steven pun datang. Menggendong Erlina ala bridal style. Mereka berdua membawa Erlina masuk ke dalam mansion.

"Mah, mama ganti pakaian saja, ya. Biar aku saya yang membawa Erlina ke kamarnya," terang Steven yang masih menggendong Erlina.

"Kau tak apa, Nak?" tanya Ameera dibalas anggukkan oleh Steven. "Baiklah, mamah akan menyusul nanti," ucap Ameera. Setelah mengatakan itu, ia pun pergi ke kamarnya.


Steven pun membawa Erlina ke kamarnya. Sesampainya di sana, Steven membaringkan Erlina secara perlahan di ranjang. "Ada apa denganmu, Michell?" gumam Steven seraya mengusap kepala Erlina. Ia pun pergi menyuruh Mijien menggantikan pakaian untuk Erlina.


🗽🗽🗽


Tin ... tin ...

Suara klakson berbunyi di jalanan Las Vegas yang terguyur hujan sangat deras. "Awass!!" teriak Amarlic seraya mengerem mobilnya secara mendadak, ketika melihat seorang perempuan yang sedang menyeberang.

Amarlic pun keluar menghampiri perempuan yang terjatuh tepat di depan mobilnya. Amarlic berjongkok di hadapan perempuan itu dan memandang wajahnya yang tertutupi oleh helaian-helaian rambutnya.

"Kau tak apa?" tanya Amarlic seraya menyentuh bahu perempuan itu. "Ah, ya aku tidak apa-apa," jawab perempuan itu.

"Ayo, saya bantu." Amarlic menyentuh kedua bahu perempuan itu untuk membantunya berdiri. "Terima kasih, " ucapnya, lalu merapikan rambutnya yang berantakan dan basah.

" ... " Amarlic hanya memperhatikan wajah perempuan cantik itu, yang terlihat lebih tua dari pada Amarlic.

"Ekhem." Deheman perempuan itu berhasil membuyarkan lamunan Amarlic. "Ah, mau saya antar kerumah sakit?" Perempuan itu menggeleng sebagai jawaban.

"Atau mau saya antar pulang, hujannya sangat deras?" Perempuan itu diam sejenak tampak berpikir, yang pada akhirnya mengangguk.

"I---iya," jawab perempuan itu gemetar menahan dingin."Ayo, masuklah!" Mereka berdua pun masuk kedalam mobil.

Amarlic menoleh sekilas, "di mana rumahmu?" tanya Amarlic. "Di dekat sana," jawab perempuan itu seraya menunjuk rumah minimalis bercat putih itu.

Deg ...

Seketika Amarlic pun menegang








Jangan lupa VOTE, comment, and share😍

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now