-013-

1.5K 56 1
                                    

Sepertinya aku pernah mengenal tempat ini, pikir Amarlic.

"Hmm, bolehkah saya berhenti di halte depan saja?" tanyanya dengan wajah yang ditundukkan. "Sedikit lagi rumahmu sampai, mengapa tidak di sana saja?" sahut Amarlic.

"Saya ingin pergi sebentar, Tuan. Lagipula hujannya sudah reda," ucap perempuan itu seraya meremas-remas tangannya sendiri.

"Namun, ini sudah malam, mau kemana kau malam-malam seperti ini?" tanya Amarlic dengan datarnya.  "Eh, i---itu, saya mau ke ... ke itu, ke warung, Tuan," jawabnya terbata-bata.

"Don't call me tuan, saya bukan majikan mu, panggil saya Amarlic," celetuk Amarlic. Ia menatap perempuan yang berada di sampingnya dengan sorotan tajam.

"Maaf, Amarlic," ucap perempuan itu.  Amarlic menepikan mobilnya di halte, "baiklah, silahkan turun," sahut Amarlic.

"Terima kasih banyak tu ... Amarlic," ucapnya  dengan senyum hangat  yang mampu membuat Amarlic runtuh dari pertahanannya. Mengapa, mengapa senyumnya begitu persis?, batin Amarlic.

Perempuan itu hendak turun jika tangannya tidak dicekal oleh Amarlic. Ia pun menoleh. "Siapa namamu?" tanya Amarlic. "Karina." Lagi-lagi perempuan itu tersenyum, membuat hati Amarlic sedikit demi sedikit menghangat.

"Yasudah, kau boleh turun," ucap Amarlic. Perempuan itu pun turun. "Ada apa ini?Mengapa hatiku menghangat melihat dia, bahkan hanya senyumannya.
Sepertinya aku pernah melihat senyuman itu, tetapi pada orang yang berbeda."

Sedangkan seseorang di seberang sana pun tersenyum miring. Mengingat apa yang baru saja terjadi. "Takdir mempertemukan kita kembali, Tuan Amarlic," ucapnya dengan bangga. Aku akan membuatmu seperti dahulu, batinnya seraya memandangi mobil Amarlic yang perlahan menghilang.

🗽🗽🗽


"Michell, kau sudah siuman? Syukurlah," ucap Ameera ketika melihat Erlina sedang memakan buah yang sudah dipotong-potong oleh Meiji. Tatapannya kosong entah menerawang apa.

"Michell, kau tidak boleh melamun terus seperti itu. Ibu sedih melihat keadaanmu saat ini," ucap Ameera yang lagi-lagi tak dihiraukan. Ia pun duduk di pinggir ranjang di sebelah Erlina.

Erlina meneteskan air matanya lagi, seakan tak mengenal kata berhenti. Walaupun matanya sudah sembap dan membengkak, hidungnya memerah, wajahnya pun pucat. "Michell, Sayang. Mengapa kau menang ... "

"Bu, mengapa mencintai Amarlic sangat menyakitkan bagiku?" sela Erlina. Ameera pun memasang wajah terkejutnya mendengar nama Amarlic, "Amarlic?" tanya Ameera seraya menaruh piring buah ke meja nakas di samping ranjang. Lalu mengangkat dagu Erlina dengan perlahan.

"Ya Amarlic, Bu. Ia mengatakan secara tidak langsung agar aku menghilangkan perasaanku padanya," terang Erlina Seraya  menatap mata Ameera dalam.

Ameera pun tersenyum, "memangnya seberapa banyak kau berkorban, Nak? Sampai-sampai kau sesakit ini?" tanya Ameera seraya menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Erlina.

"Tak terhitung, hingga Amarlic tidak tahu- menahu apa yang aku lakukan hanya untuknya," jawab Erlina menunduk. Ia hanya bisa meneteskan air matanya tanpa bersuara.

"Lalu, kau menyerah begitu saja, Nak?" tanya Ameera. Ia mengusap kepala Erlina. "Tidak, Bu. Sia-sia jika aku menyerah ketika  sudah terlanjur terjatuh sangat dalam," jawab Erlina. Ameera yang mendengar itu pun tersenyum bangga.

"Benar sekali, Nak. Ada saatnya kau berjuang, jika kau masih mampu. Ada saatnya kau menyerah jika lelah, dan ada saatnya juga kamu meninggalkan perjuangan kamu jika sosok yang kamu perjuangkan itu tidak tepat untukmu, Nak,"  terang Ameera. Erlina mulai menerbitkan senyum manisnya kembali.

"Michell, kau cantik. Banyak lelaki yang menginginkanmu," tambah Ameera seraya mengusap pipi Erlina.

Termasuk aku, batin seseorang dari balik pintu.

"Terima kasih, Bu." Erlina memeluk Ameera  membuat sangat ibu membalasnya tak kalah erat. Erlina melerai pelukannya.

"Yasudah ibu istirahat, ya. Jangan lupa diminum susunya, Good Night," ucap Ameera seraya mencium pipi dan kening Erlina.

"Aku harus pergi," gumam seseorang itu. Ia pun pergi ke kamarnya yang bersebelahan dengan Erlina.

Erlina melangkahkan kakinya mendekati jendela kamarnya, "semoga Amarlic sudah sampai, hujannya semakin deras aku, khawatir," gumam Erlina dengan kedua matanya yang memandangi langit malam yang berair. Satu tangannya terulur untuk merasakan rintikan hujan dan matanya terpejam, sangat meneduhkan hati, batin Erlina.

"Hmm ... " Seseorang memeluknya dari belakang dan menumpu an dagunya di pundah Erlina. "Eh, Kak Steven. Kakak sedang apa?" tanya Erlina terkejut.

"Syuut ... sebentar saja," ucap Steven dengan nafas hangatnya yang begitu terasa di ceruk leher Erlina. "Kakak sih jarang sekali di mansion, pergi terus dengan kekasih, Kakak." Erlina pun terkekeh.

"Cemburu, ya?" goda Steven seraya mengurai pelukannya dan membalikan tubuh Erlina. "Ih, untuk apa aku cemburu," tukas Erlina dengan memutar kedua bola matanya malas. Ia melangkahkan kedua kakinya untuk duduk di sofa.

Sakit juga, ya, batin Steven.

"Namun,aku cemburu juga, sih." Steven membelalakan kedua matanya tidak percaya. Ia duduk di sebelah Erlina, "mengapa cemburu adikku sayang?"

"Bagaimana tidak cemburu. Kakakku lebih full-time dengan kekasihnya dari pada dengan adiknya." Erlina mengerucutkan bibirnya. Steven pun hanya tersenyum, tersenyum miris maksudnya.  Adik dan kakak, ya?, pikir Steven.

CUP

Erlina masih diam tak bergeming, masih mencerna apa yang sudah dilakukan dengan kakaknya itu.

CUP

Erlina menoleh kearah Steven. "Hah, mengapa?" tanya Steven tanpa merasa bersalah. Erlina hanya diam, mengerjap-ngerjapkan matanya lucu.

"Terkejut, ya?" Erlina menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

CUP

"Agar tidak terkejut. Dadah, Adikku sayang." Setelah mengatakan itu, Steven pun langsung melenggang pergi, dia tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

"Kak Stevennn!!!" Teriak Erlina menggelegar. Tangannya pun terangkat untuk  menyentuh kening, pipi, dan terakhir adalah bibirnya. "Apa-apaan ini, awas saja nanti," ancam Erlina.

Tersenyumlah, Michell!, batin Steven.





#Dukung siapa nih kalian para readers.

#Erlina×Amarlic
#Erlina×Fransisco
#Erlina×Steven

My Conglomerate Husband (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang