-033-

821 35 0
                                    

Dengan gagahnya Amarlic berdiri dihadapan semua orang dengan tuxedo hitamnya. Dia menunggu Erlina yang tak kunjung datang. Seketika semua tamu pun menoleh ke belakang, melihat siapa yang baru saja tiba. Perempuan cantik nan anggun dengan gaun putihnya yang indah sedang berjalan di atas karpet merah menghampiri Amarlic di dalam gandengan sang ayah.

Setelah sampai di hadapan Amarlic, Jordan melepaskan Erlina. Amarlic pun mengulurkan tangannya dan Erlina menyambutnya dengan senang hati. Inilah yang Erlina mimpikan, menikah dengan pria yang ia cintai, meskipun Amarlic tidak memiliki perasaan yang sama.

Amarlic dan Erlina berdiri dihadapan sang pendeta. Satu-persatu mereka mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Selalu bersama di dalam suka dan duka. Menjalankan kewajiban dan mendapatkan haknya sebagai sepasang suami istri. Setia dalam keadaan apapun. Apa mereka akan mengingkarinya?, atau hanya salah satu di antara mereka yang berkhianat?, itu semua hanya Tuhan yang tahu.

Selesai mengucapkan janji setia. Mereka melakukan acara pertukaran cincin. Pendeta pun menyuruh Amarlic mencium Erlina. Seketika Erlina pun merasakan wajahnya memerah. Amarlic menahan pinggang Erlina agar mendekat. Amarlic pun mendekatkan wajahnya pada Erlina. Lalu, ia mengecup puncak kepala Erlina singkat.

Tepukan tangan pun mendadak meriah ketika melihat sepasang suami-istri yang akan menempuh hidup baru bersama-sama. "Aku tidak kuat melihat ini. Erlina, semoga kau bahagia hidup bersamanya ...," lirih Fransisco.

"Aku akan mencari kebahagiaanku sendiri, Erlina, ketika kau sudah bahagia dengan laki-laki yang dapat membuatmu menjadi perempuan yang paling bahagia di dunia ini ... "

"Terima kasih, Frans, terima kasih banyak. Kumohon jangan tinggalkan aku, tetaplah di sampingku. Menjadi sahabat yang terbaik untukku ... "

"Aku akan pergi," ucap Fransisco, tetapi Viola menahannya. "Tidak seperti itu caranya, Frans. Kau harus merelakan Erlina. Kita harus mengucapkan selamat pada mereka," desak Viola.

"Namun, hatiku sakit, Viola. Aku tidak rela melepaskannya," ucap Fransisco seraya menautkan jari-jemarinya. "I know, Frans, lihatlah Erlina tampak bahagia sekali menikah dengan Amarlic. Apakah kau tidak bahagia melihatnya?" tanya Viola.

"Aku bahagia ketika Erlina bahagia," jawab Fransisco. Ia memperhatikan Erlina dan Amarlic yang sedang menyalami tamu-tamu.

"Ayo, kita ke sana." Viola menarik tangan besar Fransisco, tetapi Fransisco tak ada niat untuk bergerak dari posisinya sedikit pun. "Tunggu sampai Amarlic tidak berada di samping Erlina," ucap Fransisco menjawab kebingungan Viola.

Viola mengangguk mengiyakan, "hmm ..., baiklah." Amarlic pun tampak menjauh dari Erlina, sepertinya ia sedang mengangkat panggilan dari seseorang. "Ayo, ke sana," ajak Fransisco, dibalas anggukkan oleh Viola.

Mereka berdua menghampiri Erlina yang sedang meminum segelas jus jeruk yang ada ditangannya. Sedangkan Amarlic, ia tidak tahu keberadaannya sekarang ada di mana.

"Erlina, selamat untukmu. Kau sangat cantik hari ini, tetapi kau sudah menjadi istri orang lain," ucap Fransisco seraya menjabat tangan Erlina. "Terima kasih, Frans, tetaplah menjadi sahabatku. Kau sudah berjanji padaku, kau akan selalu berada di sampingku, jika aku membutuhkanmu," sahut Erlina, membuat Fransisco tersenyum mencoba menutupi luka di hatinya.

"Please, hug me, Erlina! Untuk terakhir kalinya. Mana mungkin aku dapat memelukmu setiap hari, jika kau nya saja sudah memiliki suami," rengek Fransisco. Erlina hanya bisa tersenyum tipis.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now