-038-

988 37 6
                                    

"Erlina, mengapa kau sering pergi minggu-minggu ini?" tanya Amarlic menyelidik. Erlina membalas tatapan Amarlic, "Ah, itu aku ..., aku." Ia gugup seketika. "Pergi menemui klienku," lanjut Erlina. Memfokuskan kembali dirinya pada laptop.

"Dan siapa laki-laki yang selalu bersamamu?" tanya Amarlic seraya memperhatikan gerak-gerik Erlina. "Itu Albert, mantan bosku sekaligus klienku saat ini," terang Erlina.

Erlina menoleh ke samping di mana Amarlic berada, "bagaimana kabar kehamilan Karina?"

"Baik, usia kehamilannya sudah tiga minggu," jawab Amarlic. Dan kehamilanku sudah satu bulan satu minggu, Amarlic, batin Erlina.

"Sepertinya aku akan pergi sebentar." Erlina menutup laptopnya. "Kemana?" tanya Amarlic penasaran. "Menemui temanku," jawab Erlina, ia mengambil tasnya.

"Malam-malam seperti ini?" Erlina pun menganggukkan kepalanya. "Aku akan mengantarmu," ucap Amarlic seraya mengambil kunci mobilnya di atas meja.

"Tidak perlu, Amarlic. Aku bisa sendiri," tolak Erlina. "Yasudah, pergilah!" Sarkas Amarlic. Ia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang.

Ini untukmu juga, Amarlic. Maafkan aku mengecewakanmu. Aku tidak ingin kau terbebani dengan kehamilan Karina, yang aku yakin itu bukan anakmu, batin Erlina, memandangi punggung Amarlic.

"Aku pergi dahulu," pamit Erlina sebelum menghilang dari balik pintu.

Lakukan apa yang kau inginkan, Erlina. Aku tahu kau memiliki hubungan dengan Albert, batin Amarlic. Bukankah sikap Amarlic seperti seseorang yang sedang cemburu? Entahlah, author pun bingung. Hihi ...

Erlina menjalankan mobilnya, membelah kota Las Vegas yang ramai dengan lampu-lampu cantik di setiap pinggir jalan. Ia membawa mobilnya menuju apartemen kakak kandungnya. Ya, Karina, siapa lagi.

Sesampainya di sana, Erlina langsung turun dari mobilnya dan memasuki halaman apartemen Karina.

Tok ... tok ...

"Karina, keluarlah! aku tahu kau berada di dalam." Erlina menggedor-gedor pintu. "Kar ... "

"Berisik sekali kau, benar-benar tidak memiliki adab," sarkas Karina setelah membuka pintunya. "Mengapa kau melakukan ini padaku?!" Seru Erlina, ia mencengkeram kerah kemeja Karina.

"Melakukan apa maksudmu, hah?" Karina tersenyum licik. "Aku tahu kau tidak hamil, Karina. Jawab aku!" Desak Erlina. Karina pun menghempaskan kedua tangan Erlina yang berada di kerah kemejanya.

"Jangan berani menyentuhku, Bodoh! Aku memang tidak hamil, suamimu saja yang sangat teramat bodoh," ucap Karina seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Apa kau belum puas menyakitiku terus, hidupku sudah hancur karenamu, Karina," ucap Erlina lemah. "Bagus jika hidupmu hancur, dan aku belum puas jika Amarlic dan kau belum mati," sarkas Karina.

"Kau boleh lakukan apa saja padaku, Karina. Namun, kumohon jangan sakiti Amarlic dan keluarganya." Erlina memohon dengan wajah melasnya.  "Tidak bisa, aku akan menyingkirkan semua orang yang berada di dekatmu, Erlina. Termasuk Amarlic," sahut Karina.

"Kumohon jangan lakukan itu, Karina," mohon Erlina. "Khe ..., kau memohon padaku?" Karina mengusap pipi Erlina, "kasihan sekali ... " Erlina menahan emosinya yang mulai memuncak. "Aku akan mengabulkan permintaanmu, tetapi ada syaratnya. Jangan mengatakan kepada siapapun, jika aku berpura-pura hamil. Kau mengerti?" Bentak Karina sembari mencengkeram dagu Erlina kuat.

"Dan satu lagi, jika kau berani membongkar rahasia ini. Aku tidak segan-segan membunuh janinmu," ancam Karina. Erlina pun membelalakan kedua matanya tidak percaya.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now