-036-

896 35 10
                                    

Erlina menepuk-nepuk lengan Amarlic, "Amarlic, bangunlah ini sudah pukul tujuh lewat."

"Eunghh ..., five minutes again, Erlina." Bukannya bangun, Amarlic malah menengkurapkan tubuhnya. "Baiklah, aku harus berangkat sekarang. Kau mandi dan jangan melupakan sarapanmu. Aku pergi dahulu," pamit Erlina.

"Biasanya kau berangkat pukul setengah delapan?" Erlina yang hendak membuka pintu pun menghentikan kegiatannya itu. Amarlic beranjak dari ranjangnya lalu, mengambil handuknya di lemari. "Ah i---itu, aku ada meeting," jawab Erlina yang dibalas anggukkan singkat oleh Amarlic.

"Aku hanya ingin memberitahumu jika aku diundang ke acara ulang tahun klienku nanti malam. Aku ingin mengajakmu datang. Tenang saja kita tidak hanya berdua ke sana," jelas Amarlic. "Apakah Jesicca juga ikut dengan kita?" tanya Erlina.

"Bukan Jesicca, tetapi Karina. Dia sekretarisku. So, dia harus ikut," jawab Amarlic santai. "Sepertinya, aku tidak perlu ikut. Kalian berdua saja yang datang, aku akan menemani Jesicca di mansion," ucap Erlina.

"Apakah kau ingin membuatku malu? Klienku memintaku membawamu ke sana, aku harus mengatakan apa pada mereka jika aku menikahi wanita malas sepertimu!" Sarkas Amarlic. Erlina menghampiri Amarlic. "Apa yang kau katakan Amarlic. Khe ..., kau menyebutku pemalas? ..." Erlina menggantung ucapannya. Amarlic pun menaikkan sebelah alisnya.

" ... benar, aku pemalas, Amarlic. Sehingga aku yang membuatkanmu sarapan, merapikan mansion jika Alexsha kuliah. Aku yang mencucikan pakaianmu, semuanya aku lakukan Amarlic. Itu semua kulalukan agar aku menjadi istimewa di matamu. Namun, aku sia-sia melakukan itu," tukas Erlina mengeluarkan semua emosinya.

"Itu kewajibanmu sebagai istri, kau tidak ikhlas?" tanya Amarlic. "Aku tahu, Amarlic, itu semua kewajiban seorang istri. Dan aku ikhlas, tetapi bisakah kau menghargai setiap usahaku? Aku lelah seperti ini, Amarlic. Bisakah kau mencintaiku sekali saja?...," lirih Erlina. Ia terduduk di tepi ranjang.

"Bisa," balas Amarlic, membuat Erlina menatap Amarlic. "Jika, dihadapan orang tuaku dan orang lain. Sudahlah, kau harus ikut nanti malam dan jangan membuatku malu." Amarlic pun melangkahkan kakinya ke kamar mandi setelah mengatakan ucapan yang menyakitkan itu.

Erlina menghapus air matanya kasar, dan melenggang pergi untuk berangkat ke kantor.

🗽🗽🗽

"Erlina, apakah kau menginginkan sesuatu?" tanya Albert menghampiri Erlina yang berada di ruangannya. "Ah, Mr. Alis ... "

"Albert saja, Erlina. Kita hanya berdua," sela Albert.
"Maaf," gumam Erlina. Ia menyandarkan tubuhnya disandaran kursi. Albert bersandar di meja. "Bagaimana, kau mengidam?"

"Aku ingin memakan coklat, dan tubuhku lemas sekali. Rasanya aku ingin berbaring di lantai," ucap Erlina seraya meregangkan otot-ototnya.

"Hehe, dasar bumil. Apakah kau ingin berjalan-jalan ke taman?" tanya Albert disela-sela kekehannya. "Aku mau, ayo!" Erlina beranjak dari dari duduknya, tidak lupa membawa tasnya.

Albert terkekeh pelan melihat tingkah sekretarisnya itu. Mereka pergi untuk berjalan-jalan di sekitar taman. Ia membelikan Erlina coklat untuk memenuhi keinginan ibu hamil yang satu ini. "Erlina kau seperti anak kecil," ucap Albert seraya memperhatikan bibir Erlina yang penuh coklat. Erlina, menoleh ke Albert. "Memangnya mengapa?"

"Hehe, sini aku bersihkan." Albert membersihkan bibir Erlina menggunakan tisu. Membuat sangat empu tersenyum canggung.

"Terima kasih," ucap Erlina. "Hmm, sama-sama. Kapan kau mengecek kandunganmu lagi?" tanya Albert.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora