6 - Will the Dream Come True?

1.6K 284 27
                                    

Tangan dinginku terkepal dalam saku jaket di sepanjang langkahku menyusuri koridor. Ini benar-benar definisi berangkat kepagian yang sesungguhnya! Lihat saja, sekolah masih sepi begini.

Aku tidak bisa tidur sejak pukul setengah dua dini hari tadi karena mimpi absurd tentang cewek yang hari jumat lalu memberiku tatapan sengit.

Iya, si hoodie kuning.


***

Setelah memarkirkan motorku, aku berniat untuk langsung pergi ke kelas. Akan tetapi, aku justru berhenti saat melewati taman. Kulihat si cewek hoodie kuning berjongkok disana, sedang memberi makan seekor kucing kecil.

Sebenarnya alasanku berhenti itu karena tadi kukira dia lemon raksasa.

Aku kemudian melanjutkan langkahku, namun semakin jauh aku berjalan semakin aku merasa bahwa ada yang mengikutiku. Mungkin orang lain, tapi mengingat belakangan ini aku terus bertemu orang yang sama, jadi tidak menutup kemungkinan kalau dia yang mengikutiku.

Mempercepat langkah, aku sengaja memilih pergi ke lorong yang jarang dilewati orang. Bersembunyi di salah satu ruangan disana, aku mengawasi siapa orang yang mengikutiku. Dan dugaanku benar!

Sementara dia celingukan, aku perlahan keluar dan berdiri kira-kira empat langkah di belakangnya.

"Cari siapa?" Pertanyaanku membuatnya refleks berbalik badan. Raut panik jelas terpampang di wajahnya.

"Kucing! Aku cari kucing."

"Masa? Bukan nyariin aku?"

"Bu-bukan lah, ngapain!" katanya terbata, mungkin karena tertangkap basah olehku. Dia kembali celingukan seraya berkata, "Puss ... pusss.. " untuk meyakinkanku bahwa dia memang mencari kucing.

"Apa kamu gak capek?"

Dia menoleh padaku, "Hah?"

"Aku tau loh, kamu ngikutin aku terus seminggu ini. Kamu gak capek? Aku aja capek liat kamu dimana-mana."

"Maaf, aku nggak ngerti kamu ngomong apa." elaknya dan kembali berlagak mencari kucing.

"Jangan bohong! Sesering-seringnya aku ketemu orang asing, gak pernah tuh sampe sesering ini. Ngaku aja deh, kamu stalker-in aku, 'kan?!"

Terjadi keheningan diantara kami. Dari belakang, bahunya perlahan menurun diiringi suara helaan napas. Kurasa dia mencoba merelakskan diri.

"Yah ... ketahuan deh!" ucapnya santai sembari berbalik menghadap diriku.

"Jadi kamu emang nge-stalk aku?"

Dia nyengir, "Ya,"

"Kenapa?"

"Karena aku suka kamu."

Hening lagi. Aku bingung merespon apa.

Dia berjalan mendekat, mengikis jarak diantara kami. "Kamu nggak denger? Aku suka kamu, Arsa! Bener-bener suka, tapi aku cewek, nggak senonoh kalo aku terang-terangan ngungkapin. Makanya aku stalking kamu, berharap kamu nyadar."

Semakin dekat dan terus mendekat, dia melanjutkan ucapannya, "Arsa Dipratama, absen pertama di kelas XII-S 2. Pintar ekonomi teori, tapi minus di perhitungan matematika. Ke sekolah naik Beat putih, helm juga putih. Tinggal di perumahan Megatri nomor 21 dan Genap 18 tahun besok bulan Januari."

Aku terkejut dengan penuturannya namun tetap diam.

"Aku tau semua tentang kamu. Hebat, 'kan? Mau kukasih tau yang lebih detail lagi?" tawarnya sambil tersenyum bangga. Lalu secara tak terduga, dia menangkup pipi kiriku dan berkata dengan nada halus, "Jadi gimana? Aku udah bilang apa yang aku rasain. Sekarang giliran kamu!"

Merinding. Meskipun aku tidak tau namanya, tetapi aku tau dia bukan tipikal cewek lembut. Itu sebabnya ini terasa aneh.

"A-anu..–"

"GRRRR..." Suara geraman itu mengambil alih atensi kami. Buku kudukku otomatis berdiri saat kulihat seekor serigala besar berjalan mendekati kami.

"AAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!"

***


Sangat absurd. Walaupun cuma mimpi, kan aneh kalau tiba-tiba ada serigala di sekolah. Tapi ... daripada itu, apa mimpi itu benar? Maksudku, apakah benar si hoodie kuning adalah stalker?

"Dear future husband 🎶"

"🎶 Here's a few things,"

"You'll need to know
if you wanna be 🎶"

"🎶 My one and only all my life.."

Suara nyanyian itu, siapa ya kira-kira? Mempercepat langkah, aku berusaha mencari sumber suara yang menurutku lumayan merdu ini.

Di belokkan dekat tangga, akhirnya aku menemukannya. Dia cewek di mimpiku. Seharusnya aku bisa menebaknya karena hanya dia yang selalu kutemui walau di tempat-tempat rahasia sekalipun.

Dengan earphone terpasang di kedua telinganya, dia bernyanyi dengan semangat sambil sesekali menari kecil di sela-sela langkahnya. Membuat dia terlihat seperti orang paling bahagia di dunia. Kenapa, ya? Padahal jumat kemarin dia kelihatan mendung.

Memutar badannya bak penari balet, dia pun menyadari keberadaanku di belakangnya.

"Eh, temennya Key, 'kan? Yang waktu itu aku titipin ijin?" tanyanya, masih memancarkan aura keceriaan. "Wah, tumben berangkat pagi!"

Entahlah itu pujian atau penghinaan.

Aku berusaha mensejajarkan langkah dengannya yang tengah melepas earphone, "Kamu sendiri ngapain dateng sepagi ini?"

"Aku kan emang selalu berangkat sepagi ini." jawabnya ringan.

Aku menanggapinya dengan oh panjang. "Tadi kamu keliatan seneng banget, emang nanti pulang cepet, ya?"

"Pengennya sih gitu, tapi nggak mungkin deh kayaknya."

"Terus kenapa kamu seneng gitu?"

Dia mengedikkan bahu, "Seneng aja!"

Seneng aja? Tanpa alasan? Cewek aneh. Tapi aku lebih aneh karena kepikiran cewek anonim sampe kebawa mimpi.

Ah, benar! Namanya!

"Oh iya–"

"Eh, ini hari Senin?" kagetnya ketika melihat ke layar handphone. "Aku duluan ya! Ada piket. Kamu juga buruan ke kelas! Piketmu hari Senin, 'kan?" Setelah mengatakan itu, dia langsung pergi meninggalkanku.

・ • • ━━━♦️━━━ • • ・

🎵: Meghan Trainor - Dear Future Husband

ZenithWhere stories live. Discover now