33 - Lingkaran Silver atau Merah?

821 98 6
                                    

Sibuk sekali dia sampai kalender tahun depan saja sudah dilingkar-lingkari dengan berbagai warna dan simbol.

Bulan Januari. Padat sekali kegiatannya. Apa dia tidak capek? Apa yang warna hijau muda ini semacam acara mingguan?

Lalu mataku terhenti pada tanggal 30 yang dilingkari dengan warna silver dengan simbol mahkota miring. Yahh ... dia sudah punya acara di hari ulang tahunku.

Keduluan itu sakit, ya, ternyata?

Hmm ... kurasa ini acara penting, karena lingkaran yang berwarna silver hanya satu.

Kubuka lembaran Januari ini hingga menampakkan si bulan kasih sayang, Februari. Sama padatnya dengan Januari, namun yang ini tidak ada satupun lingkaran silver.

Membukanya lagi, dan say hello to Maret. Tidak sepadat dua bulan sebelumnya, tapi ada dua lingkaran silver. Tanggal 7 dan 26.

Saat itu aku menyadari kalau semua acaranya hanya sampai tanggal 26. Setelah tanggal itu, tidak ada lagi lingkaran warna-warni.

"Kamu bilang sesuatu, dong!" rengek Zee setelah menyiapkan camilan di dapur. "Biasanya kamu sering nanya-nanya."

"Masa aku terus yang nanya. Gantian!"

"Aku kan pinter memahami segala hal, jadi nggak perlu nanya." balas Zee menampakkan cengiran khasnya.

Karena aku masih diam melihat kalender dinding ini, Zee pun harus kembali buka mulut, "Wah, Maret! Bulan lahirku, nih."

Aku tak menggubrisnya.

"Tebak, dong, Sa! Ulang tahunku tanggal berapa?"

Maksa banget, sih, ngodenya!

Aku memilih diam karena memang tak berniat untuk menjawab.

"Ayo, dong, Arsa! Tebakk.." desaknya sembari menggoyang-goyangkan sebelah bahuku.

"Iya, iya! Sabar, dong!" Aku melihat deretan angka-angka ini. Mencari petunjuk seperti simbol yang berkaitan dengan ulang tahun. "Tanggal 24?" jawabku. Tanggal itu dilingkari warna merah dengan gambar pita di atasnya.

Selain itu, sehari sebelumnya ditulisi 'having fun!' dengan warna merah muda. Mungkin semacam H-1, gitu? Kan banyak tuh yang sehari sebelum ulang tahun udah pada geregetan, atau seneng-seneng dekorasi rumah buat pesta.

"Salah!" ujar Zee, dia lalu memberitahuku jawaban yang benar, "Ulang tahunku tanggal 26, Sa. Makanya setelah itu tanggalannya masih bersih, aku pengen istirahat. Kan pasti capek banget, tuh!"

"Itu delapan belas tahun?"

"Iya, tapi aku bakal jadi anak 17 tahun terus."

Aku mengernyit menatapnya, "Kenapa?"

"Karna aku masih imut-imut, Arsa! Kamu lupa, ya?" candanya seraya tertawa bangga.

Sedangkan aku sudah mulai memutar bola mata malas sambil menghela napas saat dia mengucapkan kata 'imut'.

Ya, dia akan selalu kelihatan imut karena kedua lesung pipinya itu!

Ah ... anehkah jika seorang laki-laki yang lagi jaga jarak dengan perempuan malah ingin mencubit pipi perempuan itu? Karena jika tidak, maka akan kucubit dia sekarang juga!

"Terus tanggal 24 ini apa?" tanyaku.

Zee melihat cukup lama tanggal yang sekarang kutunjuk ini. Apa? Dia lupa dengan wacananya sendiri?

"Harusnya kamu nanyain yang ini dulu." Zee menggeser jari telunjukku ke tanggal 23 yang ada tulisan merah mudanya. "Ini kan hari sabtu, nah malemnya kita seneng-seneng. Makanya aku tulisin 'having fun!'."

Menaikkan sebelah alisku, "Kamu ngajakin malem mingguan?"

Dia menghela napas dengan muka datarnya.

"Apa? Yang tadi kamu keceplosan, ya?" godaku tersenyum lebar.

Zee menoleh padaku, "Nggak mau, yaudah." lalu kembali ke kalender di depan kami. "Terus tanggal 24-nya kan minggu, nah gantian, kamu yang apel ke rumahku!"

"Dih, ngarep!"

"Ih, emang bener kok. Kan kamu kalo minggu emang selalu kesini."

"Gak, siapa—"

"Tapi sekarang hari minggu, tuh?"

O iya, bener!

・ • • ━━━♦️━━━ • • ・

ZenithOnde histórias criam vida. Descubra agora