17 - Cause I'm Your Iron Man

1K 138 14
                                    

Tok! Tok! Tok!

Pintu terbuka, menampilkan Zee selaku tuan rumah. Dia memakai kaos kuning motif garis dengan rambut digulung menggunakan tusuk rambut dari kayu.

"Arsa? Ngapain kesini?"

Nemenin kamu. Ini kan weekend, aku menyelamatkanmu dari kesepian. Ingin aku menjawab seperti itu, tapi yang keluar dari mulutku hanyalah, "Di rumah bosen, jadi aku main kesini. Boleh, 'kan?"

"Ohh ... boleh kok. Ayo masuk, Sa!" ajaknya sambil memberi jalan untukku masuk. Saat masuk rumahnya, lantunan lagu Moonlight dari Juice WRLD memenuhi penjuru ruang tamu. "Maaf, ya, nanti bakal sering kutinggal."

"Kamu mau kemana?"

"Bukan gitu, maksudnya aku tinggal bikin lilin. Jadi kita ngobrolnya enggak tatap muka. Gapapa, 'kan?"

"Ohh ... gapapa." responku santai. "Kamu dapet pesenan, ya?"

"Iya, 150 set lilin aromaterapi. Satu setnya ada 4 macem lilin."

"Wah, banyak banget, tuh!" aku melihat meja besar yang ia gunakan untuk membuat lilin, berantakan sekali. "Mau aku bantuin?"

Zee tersenyum lebar seperti anak kecil, "Mau!"

***

"Jadi yang dibutuhin cuma kulitnya aja?" tanyaku memastikan.

"Iya, dan jangan sampe kena yang bagian putihnya."

"Kenapa?"

"Nanti wanginya hilang."

Aku mengangguk-angguk seraya ber-oh ria. "Berarti jeruknya boleh dimakan?"

"Bolehlah, lagian itu kan emang suguhan buat kamu." dia terkekeh di akhir kalimat.

Lalu aku mulai memarut kulit jeruk tersebut dengan hati-hati. Parutan ini nantinya akan dijemur untuk membuat minyak esensial. Seratus lima puluh buah lilin, pasti membutuhkan banyak sekali minyak.

"Kenapa minyaknya gak beli aja, Zee? Kayaknya lumayan murah," tanyaku tanpa melihat padanya.

"Jangan, nanti untungnya tipis. Lagian kan aku punya bahannya,"

"Oooo ... gitu ya."

Kulihat Zee keluar membawa senampan penuh rajangan daun mint. Karena pintunya memang ia buka daritadi, aku jadi bisa melihatnya menjemur daun mint tersebut di dekat pohon jeruk --tapi tetap kena sinar matahari.

Ah, kenapa aku selalu memandangnya?

Ayo lanjut memarut.

Tak lama Zee duduk di depanku, menjatuhkan jeruk-jeruk yang ia dekap. Oh, jadi jeruk ini dia petik langsung dari pohonnya? Kukira beli.

"Daun mint, udah. Lavender, aku masih punya banyak. Citrusnya baru kamu parut. Nah, berarti, tinggal ngehalusin cengkehnya. Terus belanja bahan lilin. Kamu ikut, 'kan, Sa?"

"Boleh,"

Setelahnya Zee bangkit menuju dapur, dan kembali ke meja besar berantakannya dengan membawa seplastik cengkeh. Dia duduk di kursi dan mulai menghaluskan cengkeh tersebut sedikit demi sedikit dengan alu kecilnya.

Sekedar info, karena keterbatasan kursi jadi aku memilih untuk duduk bertongkak lutut di karpet. Lagi pula aku memang lebih suka lesehan daripada duduk di kursi.

Lagu dari speaker di pojokan ruang pun berganti. Kali ini aku tidak tau apa judulnya.

"Baby, take my hand 🎶"

ZenithWhere stories live. Discover now