26 - Sore Bersamanya

846 99 15
                                    

Satu tugasku sudah selesai. Kini tinggal mengantar Zee. Kami berjalan berdampingan di trotoar menuju lingkungan tempat tinggal Zee. Di perjalanan hanya terjadi percakapan biasa seperti ini:

Aku: "Harusnya kita naik motor, Zee. Aku lupa kalo rumah kita jauhan."

Zee: "Nggak usah, aku suka kok jalan kaki, lebih sehat. Trus juga jadi makin lama berduaan sama kamu,"

Aku: (menghela napas pelan) "Tifani udah gak ada, kamu bisa berhenti sekarang."

Zee: "Hm? Kamu kira aku ceplas-ceplos itu karena mau bikin Tifani cemburu?"

Aku: "Ya ... kamu kan doyan kalo masalah begituan."

Zee: (diam sebentar) "Kalo omonganku tadi cuma buat manasin Tifani, kamu nggak penasaran sama perasaanku yang sebenernya?"

Aku: "Enggak, paling juga sama."

Zee: (menggeleng) "Mulut sama hati itu jarang sejalan, Sa! Tifani, contohnya."

Aku: (tertawa kecil) "Kenapa kamu nyeplos banget, sih!"

Zee: (meringis sebentar) "Btw, dia kasian juga loh. Udah perasaannya nggak terbalas, kejebak friendzone, dibully pula sama Brianda!"

Aku: "Hah? Dibully?"

Zee: "Ya. Emangnya kamu pikir kenapa Tifani nutupin perasaannya? Dia diancem sama Brianda, nggak boleh nunjukin kalo dia suka sama kamu."

Aku: "Kok Brianda berubah gitu, ya? Padahal dulu dia baik, loh!"

Zee: "Pencitraan. Brianda itu pembully, penglabrak. Karna dia suka sama kamu, jadi dia jaga image. Jangan sampe kamu tau sisi jeleknya,"

Aku: "Kamu tau darimana?"

Zee: "Brianda sendiri yang bilang. Awalnya dia juga ngancem aku, terus aku pancing. Dia bilang semuanya. Katanya, semua cewek yang suka kamu udah dia peringatin."

Aku: "Diperingatin dengan cara ngelabrak?"

Zee: "Iyalah,"

Aku: (mengangguk) "Ngomong-ngomong kamu udah akrab, ya, sama Tifani? Dia sampe mau curhat gitu,"

Zee: (tertawa ngakak) "Tifani? Curhat? Nggak mungkin banget, dia kan tertutup rapat!"

Dan karma pun datang.

Zee terlalu seru mengakak hingga langkahnya jadi tidak lurus. Dia pun menabrak tiang iklan di pinggir trotoar.

Zee: "Hih, siapa sih yang masang tiang disini?!" (mendongak) "Alfamart 300 meter. Ohh ... jadi si Alfa yang masang?! Dasar, ya! Aku—"

Aku: (menarik tangan Zee) "Sini kamu, malu-maluin!"

Zee: (mengusap wajah bagian kiri) "Sakit, loh!"

Aku: "Makanya jangan ngejek orang!"

Zee: "Itu fakta, bukan ejekan."

Aku: "Semua ejekan itu fakta, Zee!"

Zee: "Oh iya ya, Tifani contohnya."

Aku: "Eh, bentar, deh. Kalo Tifani gak cerita, kamu tau darimana dia suka sama aku?"

Zee: "Dari Rio. Katanya Tifani itu saingan beratku,"

Fuck you, Yo!

Aku: "Tapi Rio kan gak tau kalo Tifani dibully, terus kamu tau darimana?"

ZenithWhere stories live. Discover now