52 - Sunny Bad Day

184 53 10
                                    

Hai, masih dengan Arsa di sini.

Waktu cepat sekali berlalu, tak terasa sudah memasuki semester terakhir putih abu-abu. Saat yang tepat untuk mulai merana karena akan pisah. Juga saat yang pas untuk mulai membangun komitmen dengan pasangan.

Atau opsi lain, untuk memutuskan hubungan lewat kalimat; Maaf, kita fokus ujian dulu.

Aku tentu tidak memerlukan kalimat itu. Karena jujur saja hubunganku masih di ambang ketidakpastian. Sama seperti kalian.

Oke, ralat. Beberapa dari kalian.

Di hari pertama ini, tidak ada lagi yang melompat dalam jalurku menyusuri koridor. Tidak ada lagi senyum cerah menawan yang sanggup memikatku di pertemuan pertama. Tidak ada lagi penampakan hoodie kuning di sekitarku. Tidak ada. Sekolah jadi terasa sepi walau nyatanya seruan datang bersahut-sahutan antar kelas.

Sekali lagi, aku kembali ke mode hemat daya. Persis seperti waktu kelas sebelas.

"Upacara akan segera dimulai. Harap tenang dan berbaris rapi. Siswa yang terlambat dimohon segera masuk ke barisan."

Suara dari speaker lapangan. Petugas upacara sudah siap di tempat. Guru-guru juga sama. Aku pun telah menempatkan diri di barisan kelasku sejak beberapa menit lalu. Berbeda dengan seorang gadis di barisan XII-A 5 yang baru saja sampai dengan napas tersendat-sendat.

Hmm ... tumben sekali dia berangkat mepet bel masuk.

Upacara resmi dilaksanakan. Aku tidak terlalu memperhatikan karena pikiranku sibuk memahami satu hal. Tentang pesan di ponsel Tifani saat liburan kemarin.

Dari situ, dapat disimpulkan bahwa sang penyebar rumor adalah salah satu murid di kelasnya Tifani.

Tapi....

Dia tau dari mana?

Apa iya Key mengkhianati Zee?

Atau itu hanya gosip belaka?

Pasti ada yang tidak beres. Pertemanan mereka tampak baik-baik saja saat terakhir kali kulihat.

Pandanganku mengedar, mencari sosok gadis yang katanya telah membocorkan identitas asli Zee.

"Ada yang gak masuk, ya?" tanyaku setengah berbisik.

Rio yang berdiri di sebelah lantas menjawab, "Iya, Key sama Amanda."

"Amanda mah telat," sahut Delia di depanku. "Noh liat!" Dia lalu menunjuk ke barisan para pelanggar tata tertib di dekat tempat guru.

Rio meringis. "O iya, berarti cuma Key doang, Sa."

Oh panjang menjadi tanggapanku setelahnya. Aih, kebiasaan banget temen Zee yang satu ini! Ada masalah apa dia dengan hari pertama masuk? Di semester kemarin juga dia bolos sampai Zee harus menitipkan surat izin palsu ... eh?

Kepalaku menoleh lagi ke arah Rio. "Ada surat izinnya gak?"

"Ada."

"Yang ngasih siapa?"

"Gue."

Aku dan Rio sontak meluruskan pandang ke depan, menatap Delia yang lagi-lagi menyerobot percakapan.

"Sekali lagi kalian ngobrol, gue jitak lo berdua!" imbuh Delia.

"Iya, weh. Diem lo pada! Yang berisik satu-dua orang, yang kena hukum sekelas. Capek tau!" Nasta yang berdiri di sebelah Delia pun ikut nimbrung.

"Ya elu ngomongnya juga jangan keras-keras, anjir!" sengit Rio.

"Lo juga keras bege!" timpalku sembari mengetuk kepala cowok itu.

ZenithWhere stories live. Discover now