39 - Looks Blue, But It's Brown

1K 120 9
                                    

Aku tidak tau apakah harapanku yang terkabul, manteranya yang sudah hilang, atau Zee yang mendengar batinanku sehingga dia sengaja merealisasikannya.

Karena nyatanya hampir seminggu ini aku tidak melihat dia muncul. Seperti hilang dari peradaban manusia dan pergi ke dunia penyihir--eh.

Sebenarnya sampai detik ini pun aku masih tidak percaya kalau Zee bisa sebegitu sesat. Tapi apa boleh buat, gen penyihirnya mungkin sangat menuntut dia untuk bersikap seperti itu.

Jam istirahat telah berlangsung sejak beberapa menit yang lalu dan selama itu pula aku tidak melihat sosok Zee ataupun Keira di sini. Itu bagus, karena aku sendiri juga mulai tidak yakin bisa mengabaikannya jika sampai bertemu.

"Gue nggak lihat Zee akhir-akhir ini." ucap Damar di sela-sela kunyahannya. "Lo nggak lagi berantem 'kan, sama dia?"

Aku berdeham, "Gak, gue gak berantem sama dia. Cuma lagi jaga jarak aja."

"Kenapa?"

"Gue gak mau dia diapa-apain fans fanatik gue."

"Halah, gaya lo!" cibir Rio sembari memukul pelan wajah sebelah kananku.

Setelah bel masuk berbunyi, aku dan Damar langsung ngacir ke kelas masing-masing sedangkan Rio masih duduk manis di kantin--berniat untuk bolos pelajaran.

Saat dengan santai berjalan di koridor atas, aku melihatnya. Zee, yang bertumpu tangan di pagar. Rambut ikal terurainya nampak kabur tersapu angin lembut. Dia masih belum menoleh meskipun aku tau dia menyadari keberadaanku.

Seindah itukah lamunannya?

Namun akhirnya Zee menoleh juga, dengan gerakan kepala pelan tapi pasti. Mulutnya terkatup datar, alisnya melengkung santai, dan kelopak mata yang tidak sepenuhnya terbuka. Raut itu jelas menunjukkan kelelahan atas sesuatu.

Lebih daripada itu, tatapan sayunya sempat membuatku terpaku. Entah aku terlalu melibatkan perasaan atau bagaimana, tapi mata itu benar-benar memancarkan aura kesedihan yang amat kentara.


・ • • ━━━♦️━━━ • • ・

ZenithWhere stories live. Discover now