24 - Slow Motion with Emotion

935 107 19
                                    

Perlahan kubuka mataku. Sepi sekali.. Apa Zee sudah pulang? Mengucek mata sebentar, kulihat jam dinding putih yang tergantung di atas televisi.

Pukul empat sore.

Pantas saja sudah sepi.

Padahal tadi aku sudah tidur, bisa-bisanya ketiduran lagi setelah minum obat siang. Hufft.. Curiga, jangan-jangan ada obat tidur di racikan itu.

Aku duduk, tapi tanpa bersandar ke kepala ranjang seperti tadi. Memutar kepala guna meregangkan otot, aku kemudian menurunkan kaki sehingga posisi dudukku juga ikut berubah.

Badanku sudah enak, tinggal tenggorokannya saja yang terasa kering. Kulihat ke nakas, air di gelas hanya tinggal sedikit. Lalu pandanganku justru melihat sesuatu yang menarik di samping gelas. Dan saat itu akupun tau darimana wangi familiar ini berasal.

Dari lilin berwarna ungu muda yang ditempatkan ke mangkuk besi bermotif geometri. Pasti ini lilin aromaterapi dari Zee.

Coba kudeskripsikan bagaimana rupanya.

Ada taburan glitter di sekitar sumbu serta kelopak bunga ungu kecil disusun membentuk bulan sabit di pinggirnya. Tapi yang membuatku bingung adalah; Kenapa dia meletakkan batu akik ungu di ujung bulan sabit itu?

Tanganku bergerak mengambil gelas tadi dan meneguk habis airnya. Belum lega, masih kurang, maka kuputuskan untuk mengisinya sendiri.

Tidak sopan 'kan jika menyuruh orang tua?

Baru saja aku membuka pintu, pemandangan di ruang tamu membuatku mematung di tempat.

"So if by the time the bar closes 🎶"

"🎶 And you feel like falling down"

"🎶 I'll carry you home 🎶"


Mamah dan Zee saling memandang di lirik terakhir. Kemudian secara berbarengan melempar topi pantai yang mereka kenakan saat mulai melantunkan kata pertama refrein:

"🎶 Tonight~ 🎶"

"🎶 We are young 🎶"

"🎶 So let's set the world on fire 🎶"

"🎶 We can burn brighter 🎶"

"🎶 Than the sun.. 🎶"


Aku menganga. Apa ini? Kenapa mataku menambahkan efek slow motion saat mereka menyanyikan bagian ini?

Mereka kelihatan seperti kakak-adik ketimbang ibu-anak. Melihat mereka bernyanyi saja aku bisa turut merasakan seberapa besar semangatnya.

Dan aku baru sadar kalau ada Tifani, dia duduk di sofa samping menghadap kedua penyanyi kita.

Zee menyadari keberadaanku yang masih terheran-heran di depan pintu. Memiringkan mic, dia berkata, "Eh, Arsa udah bangun!" membuat semua orang di ruang tamu juga ikut menoleh.

"Gimana sayang badannya? Udah sembuh dong, kan ditemenin sama cewek-cewek cantik." goda mamah.

Zee menaikkan kacamata jelly orangenya ke atas kepala. Kalung manik besar berwarna merah menyala juga tergantung di lehernya. Sedangkan mamah juga memakai kalung yang sama tapi berkacamata hitam. Astaga ... ABG darimana ini?

"Ya, ya, ya ... udah sembuh kok. Cuma tenggorokannya aja yang masih kering," jawabku.

Tifani berdiri, "Aku ambilin, Sa!" Dia mengambil gelas yang kubawa, "Kamu duduk aja," dan Tifani langsung pergi ke dapur sebelum kujawab.

ZenithWhere stories live. Discover now