15 - Seorang Heartbreaker

971 149 15
                                    

Selesai mengenakan jaket, aku keluar kelas hendak ke parkiran. Saat menuruni tangga, aku melihat si cewek hoodie kuning. Karena sudah kenal, maka kupanggil dia agar aku dapat menyesuaikan langkah dengannya.

"Zee!"

Dia tetap berjalan. Mungkin tidak dengar. Coba sekali lagi.

"Zee!"

Masih berjalan. Kenapa dia? Aku mempercepat langkah. Menepuk bahunya saat sudah sejajar, "Hei!"

Zee sedikit tersentak. "Kaget, Arsa!" keluhnya sambil memukul lenganku.

"Makanya jangan melamun. Aku panggil-panggil juga diem aja!"

"Maaf.."

Aku menaikkan sebelah alisku, "Kamu aneh, Zee. Lagi mikir apa sih?"

Zee menggeleng, "Bukan hal penting."

Tuh, kan, aneh. Aku mencoba menerka-nerka. "Masalah di kantin tadi, ya?"

Dia diam saja. Berarti memang itu yang sedang ia pikirkan. Wajar, sih. Sahabatnya dihina, dia pasti ikut sakit hati.

"Kok ada ya cowok model begitu?" akhirnya Zee mau mengungkapkannya, kukira akan dia pendam sendiri.

Aku mengedikkan bahu, "Nothing's impossible."

"Maksudku, apa untungnya mainin cewek kayak gitu?"

Perasaanku saja atau percakapan ini memang akan menjurus kesana?

Zee mulai bercerita, "Cowok di kantin tadi namanya Dio. Dia mantannya Key. Mereka putus semenjak Key tau kalau dia dijadiin bahan taruhan. Dio nggak terima diputusin, dia nyebar gosip kalau selama pacaran, Key mau dipegang-pegang. Dan Key jadi dicap murahan."

Cowoknya memang bangsat, guys!

"Parahnya lagi, Dio itu ternyata playboy. Ceweknya banyak, dan banyak juga yang dia jadiin mainan. Pacaran bagi dia cuma sebatas gaya-gayaan. Bener-bener murni tanpa perasaan. Aku sebel banget sama cowok heartbreaker kayak gini!" ujarnya.

Tenggorokanku seketika kering.

Tau tidak apa yang membuat lidahku kelu?

Kalimat terakhirnya.

"Oh iya, Zee, tadi aku denger percakapan kamu sama Keira pas di kelas. Hari ini kamu mau kemana?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Zee mengerutkan kening lalu ber-oh panjang, "Ke rumahnya Key, mau belajar main gitar sama abangnya."

"Abangnya?"

"Iya, kakaknya Key, namanya Keano."

Aku manggut-manggut mengerti. "Kenapa kamu tiba-tiba pengen belajar main gitar?"

"Akhir semester kan sekolah selalu ngadain classmeeting, nah ... aku pengen ikut lomba nyanyi-nya, Sa!"

"Widihhh ... bagus tuh! Anak IPA emang beda, ya? Kelasku aja harus ditunjuk wali kelas dulu baru mau maju lomba."

"Sebenernya sama, sih. Kelasku kalau enggak ditunjuk sama dipaksa-paksa juga nggak ada yang maju."

"Terus kenapa kamu sukarela ngajuin diri?"

Zee tersenyum simpul, "Karena aku nyanyi buat seseorang,"

"Siapa? Gebetan, ya?"

Senyumnya semakin melebar. Zee kemudian berlari kecil meninggalkanku. Aku mengejarnya sambil terus bertanya pertanyaan yang sama.

"Siapa orangnya?"

・ • • ━━━♦️━━━ • • ・

ZenithWhere stories live. Discover now