Ch.8 The Secret

83.3K 7.5K 138
                                    

Seharusnya aku datang ke acara ini bersama Lisa, tapi sampai sekarang batang hidungnya masih belum kelihatan. Tadinya aku menawarkan diri untuk menjemputnya, tapi Lisa menolak dan berjanji akan bertemu di lobi hotel.

Namun, sampai acara dimulai, dia masih belum terlihat. Parahnya, dia tidak mengangkat teleponku. Membuatku jadi gelisah sejak tadi.

Sekali lagi, aku mencoba menghubungi Lisa. Beruntung kali ini teleponku diangkat, tapi aku malah curiga dia tidak jadi datang karena nada suaranya terdengar biasa-biasa saja.

"Di rumah?" seruku, sangat tidak mempercayai apa yang baru saja kudengar. Bukankah seharusnya Lisa ada di sini sejak setengah jam yang lalu? Bisa-bisanya dia terdengar sangat tenang di seberang sana.

Seakan ingin mengonfirmasi ucapannya, sayup-sayup aku mendengar suara Ralph di seberang telepon. Lisa pun meninggalkanku untuk berbicara dengan suaminya itu perihal makan malam.

"Hei, sorry lo masih di sana?" tanya Lisa.

"Ya jelaslah. Kan seharusnya kita ke soft opening hotel ini bareng, sekalian mengecek hasil kerja kita," jelasku.

"Donny enggak ngasih tahu lo?"

Donny? Apa hubungannya dengan Donny?

"Kemarin Donny nawarin diri buat gantiin gue. Berhubung gue jadi makin mager sejak hamil gini, jadinya gue enggak nolak. Gue pikir dia udah ngasih tahu lo, makanya gue diam aja. Dia belum datang?"

Penjelasan Lisa membuatku seperti dihantam segerobak penuh pasir, membuatku gelagapan dan sulit menghela napas.

Pasalnya, semenjak malam ketika aku lembur berdua dengan Donny, dan lagi-lagi aku meninggalkannya di tengah makeout, aku belum lagi berhadapan dengannya. Beruntung dia disibukkan oleh hal lain sehingga jarang berada di kantor. Sekalinya ada di kantor, ada Lisa atau temanku yang lain di sekitar kami, sehingga aku bisa menjaga jarak dengannya.

Meskipun begitu, aku masih bisa menangkap tatapan tajam Donny yang tertuju kepadaku setiap kali kita berada di ruangan yang sama. Aku tidak mengerti arti tatapan itu, tapi aku bisa memahami kekesalannya karena kutinggalkan begitu saja.

Dua kali.

"Mikha."

Aku tersentak dan berbalik ketika mendengar ada yang memanggil namaku. Aku masih belum mempersiapkan diri untuk bertemu dengannya, dan tiba-tiba saja jantungku berdetak dua kali lebih cepat dibanding yang seharusnya di saat aku bersitatap dengannya.

"Ini dia baru datang." Terbata-bata aku membalas pertanyaan Lisa di telepon.

"Alright, enjoy your night. Bye!!!"

Aku sudah membuka mulut untuk melancarkan sumpah serapah kepada Lisa, tapi dia keburu menutup telepon. Terpaksa aku pun harus berhadapan dengan Donny.

"Sorry telat." Donny berdiri tepat di sampingku. "Acaranya belum dimulai, kan?"

Aku menggeleng. Seharusnya aku meminimalisir pembicaraan malam ini, karena aku pasti akan sangat gagu di depannya jika meladeninya bicara.

Save by the MC karena aku tidak harus berbasa basi dengan Donny karena acaranya dimulai. Setidaknya untuk sementara aku bisa memutar otak mencari bahan obrolan yang aman dengannya, tanpa menyinggung pertemuan terakhirku dengannya beberapa hari yang lalu. Namun rasanya sungguh sulit. Terlebih, he's so damn gorgeous tonight. Sehari-hari melihat Donny dalam tampilan kasual saja sudah membuat dia jadi pusat sorotan, apalagi malam ini? Untuk pertama kalinya aku melihatnya tampil rapi dalam balutan suit yang sangat pas membalut tubuhnya.

Donny dianugrahi tubuh tinggi dengan berat proporsional yang membuatnya bisa terlihat menarik ketika memakai pakaian apa pun. Tidak terkecuali setelan suit yang biasanya terlihat membosankan. Apalagi warna jas hitam itu sangat pas dengan kulitnya yang sedikit gelap.

[COMPLETE] Playing with FireWhere stories live. Discover now