Ch.27 Responsibility

58.8K 5.8K 176
                                    

"Sejak kapan kamu balik ngerokok?"

Aku berbalik dan mendapati Mikha berdiri di pintu kaca yang membatasi koridor dengan area merokok. Di tangannya ada segelas kopi. Sepertinya dia baru selesai membeli kopi dan mendapatiku di area merokok yang ada di gedung perkantoran ini.

Dulu aku merokok. Namun, belakangan aku mulai mengurangi kebiasaan itu. Hanya sesekali, saat merasa stres dan membutuhkan pelampiasan.

Mikha menghampiriku, membuatku refleks membuang rokok yang tinggal setengah. Melihatku yang salah tingkah, Mikha hanya tertawa.

"Biasa aja. Aku enggak masalah kamu ngerokok, cuma heran aja karena sudah lama aku enggak lihat kamu merokok," sahutnya sambil duduk di kursi yang ada di sana.

Mikha memang tidak pernah mempermasalahkan kebiasaanku ini. Dulu, sebelum kami pacaran, dia sering ikut nongkrong di sini, sekalipun dia tidak merokok. Baginya, lebih baik terjebak kepulan asap di sini ketimbang stres di ruangannya memikirkan revisian yang enggak ada habisnya.

"Mau kopi," ujarku, tidak membalas ucapannya.

Mikha menyodorkan cangkir kopi itu, dan aku langsung meneguknya. Kopi Mikha berbeda dengan kopi favoritku, karena dia suka kopi yang sedikit manis.

"Kamu sendirian?"

Mikha mengangguk. "Lisa lagi tidur sore."

Jika ada waktu kosong, Lisa sering memanfaatkannya untuk tidur. Bagiku itu bukan masalah, karena dia membutuhkannya. Yang penting, pekerjaannya tidak pernah terganggu.

"Nanti malam aku mau ketemu Chris. Kalau enggak aku anterin pulang, kamu enggak apa-apa?"

Mikha mengangguk. "Sebenarnya aku bisa pulang sendiri, kamu aja yang enggak ngizinin."

"Kan kamu tanggung jawabku."

Mikha menopang dagunya hingga dia bisa menatap lurus ke arahku. "Setahu aku kita masih pacaran, dan kamu enggak seharusnya punya tanggung jawab sebesar itu."

Aku kembali meneguk kopi miliknya, sekalipun kopi itu terasa asing di tenggorokanku karena terlalu manis.

"Tidak masalah. Walaupun status kita pacaran, kamu tetap tanggung jawabku."

"So sweet," bisiknya. "Tapi, aku penasaran. Akhir-akhir ini kamu sering banget ketemu Chris. Kalian ada urusan apa? Bukan soal main futsal kan?"

Aku memperkenalkan Mikha kepada Chris sewaktu kami main futsal bareng. Sesekali, Mikha menemaniku main futsal sepulang bekerja, sebelum aku mengantarnya pulang.

Sejujurnya, aku tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu secepat ini. Otakku kembali memainkan peringatan dari Lisa. Jika aku tidak ingin cari masalah, sebaiknya aku memberitahu Mikha.

"Kamu mau ikut aku ketemu Chris?"

"Kalau main futsal, mending aku nunggu di café mana gitu."

Aku tertawa kecil. "Bukan. Aku ada urusan dengan Chris, dan aku harus ngasih tahu kamu."

Mikha menegakkan tubuhnya dan menatapku tajam. "Urusan serius?"

Aku mengangguk.

"Apa?"

"Nanti, ikut aku ketemu Chris, ya?"

Mikha membuka mulut, sepertinya masih ada yang ingin disuarakannya. Namun, dia mengurungkan niat dan mengangguk.

**

"Oke, info singkat sebelum kita ketemu Chris. Nanti juga ada temanku yang lain, namanya Mila. Dia teman SMA-ku."

[COMPLETE] Playing with FireWhere stories live. Discover now