Ch.23 Feeling

75.4K 6.6K 333
                                    

"Morning, Mikha Mouse."

Aku membalas sapaan Donny dengan wajah cemberut. Namun, Donny malah cengengesan di depanku.

Ketika mendapati aku suka memakai kaus Mickey Mouse, entah setan apa yang merasuki pikiran Donny dan membuat sapaan itu. Terdengar sangat kekanak-kanakan. Tahu kalau aku tidak menyukainya, Donny malah semakin sering memanggilku dengan sebutan itu.

Masalahnya, aku tidak bisa marah lama-lama kepadanya.

Terbukti, ketika setelahnya dia mengecup pipiku, rasa kesal itu langsung hilang. Aku menunduk, menahan diri untuk tidak tersenyum. Namun, sangat sulit. Aku malah menyentuh pipiku yang masih terasa panas karena kecupan Donny.

Aku bangkit berdiri. Sepagi ini aku belum mendapat asupan kopi, sehingga aku butuh kopi untuk memulai hari.

Di pantry, aku mendapati Donny sudah lebih dulu menyeduh kopi. Ada dua cangkir di hadapannya dan aku tahu, salah satu cangkir itu ditujukan untukku.

Refleks, aku tertawa. Teringat saat aku hampir saja melakukan hal paling memalukan di meja pantry bersama Donny.

"Jangan kasih aku ide ya," ujarnya sambil menyerahkan secangkir kopi kepadaku.

"Ide apa?"

"I almost fuck you here." Dia menjawab santai, tapi efek yang ditimbulkannya tidaklah sesantai itu.

Donny berdiri dengan jarak yang sangat dekat denganku. Aku sengaja menyibukkan diri dengan meminum kopi karena tidak sanggup membalas tatapannya. Seminggu berlalu semenjak aku menyerahkan diriku kepadanya, dan sejak saat itu, sikap Donny berubah. Dia semakin perhatian kepadaku, membuatku mempertanyakan hubungan macam apa yang tengah kujalani saat ini?

Hanya ada kata sayang yang terucap dari bibirku dan Donny. Hanya sebatas itu.

"Come on guys, get a room."

Suara melengking Lisa membuatku terlompat mundur dan menjauh dari Donny. Dia hanya geleng-geleng kepala dan mengambil gelas, lalu meninggalkan kami.

Kali pertama Lisa memergokiku dengan Donny, aku merasa sangat canggung. Waktu itu, dia melihat Donny dan aku berciuman di mobil di parkiran. Dia langsung menodongku untuk bercerita keesokan harinya sehingga aku pun terpaksa membeberkan hubunganku dengan Donny kepadanya. Sesuai dugaanku, Lisa tidak percaya. Namun, dia sama sekali tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang dimilikinya untuk meledek kami.

Seperti kali ini.

Dia menunjuk aku dan Donny berganti-gantian. "Kalian boleh pacaran di mana aja, tapi jangan di kantor, terutama di ruangan lo, ya, Don. Gue enggak bisa ngebayangin lagi meeting di bekas tempat lo dan Mikha bertukar cairan."

Aku tersedak kopi yang kuminum. "Bahasa lo, ya."

Lisa hanya terkekeh dan meninggalkan kami berdua.

Aku melirik Donny yang ikut tertawa. Dia mengerling ke arahku. "Masih mau nyoba meja ini enggak?"

Refleks aku memukul lengannya dan meninggalkannya sambil tertawa.

**

"I'll take you home." Donny merangkul pundakku.

"Tapi, Don..."

Donny melepaskan rangkulannya dan memegang dadanya. Dia memasang ekspresi kesakitan. "You hurt me when you said no."

Mau tidak mau aku tertawa melihat aksinya. Aku baru tahu kalau dia punya bakat menjadi drama king.

"Aku tuh cuma kasihan sama kamu harus jauh-jauh anterin aku." Aku mencoba beralasan.

[COMPLETE] Playing with FireWhere stories live. Discover now