Ch. 35 The Past

54.8K 5.2K 107
                                    

"Kamu ngomong apa aja sama Bayu?"

Mikha berusaha untuk terdengar santai, tapi aku bisa menangkap amarah di balik ucapannya. Apalagi ketika dia menyebut nama Bayu.

"Nothing special. Ngancem kalau dia macam-macam, aku bikin tuh burungnya enggak berfungsi lagi."

Mikha menyemburkan minumannya ketika mendengarkan jawabanku. Dia menatapku dengan wajah melongo sebelum kemudian tertawa.

Aku ikut tertawa bersamanya sambil mengelap wajahku yang menerima semburan air minumnya.

"Makasih, lho."

"Sudah jadi tanggung jawabku buat menjaga kamu."

Mikha menunduk, dengan pipi yang bersemu merah. Melihatnya yang tersipu malu seperti ini membuatnya tampak menggemaskan. Dia selalu menunjukkan sisi perempuan kuat yang mandiri, dan terkadang sifatnya itu membuatnya terlihat intimidatif. Namun, di saat tertentu, dia malah bertingkah seperti bocah remaja yang tersipu-sipu, membuatku semakin geregetan.

Cuma manusia super tolol yang tega menyakiti perempuan seperti Mikha. Sialnya, aku malah bertemu manusia super tolol itu beberapa jam yang lalu.

"Semua pacar kamu sebelum aku juga dianggap sebagai tanggung jawab?" tanya Mikha. Dia menatapku dengan tatapan menyelidik, membuatku mau tak mau harus menjawab jujur.

Lagipula, tidak ada yang perlu aku sembunyikan.

"Enggak. Kamu pacar serius di usia dewasaku."

Mikha mencibir. Dia mengangkat kakinya hingga duduk bersila, membuat gaun yang dipakainya tersingkap dan menampakkan pahanya.

Aku menyentuh paha itu, membentuk bulatan-bulatan di sana dengan ujung jari. Mikha tidak menolak, malah semakin mendekatkan dirinya kepadaku.

Setelah semua gangguan yang ditimbulkan oleh laki-laki tolol satu itu, aku takut Mikha jadi kembali menjaga jarak seperti dulu. Dia sudah berusaha sejauh ini, dan aku tidak ingin pertemuan tidak sengaja itu malah membuatnya kembali mengurung diri di mimpi buruknya itu.

Menyadari Mikha tidak menyingkirkan tanganku yang menyentuhnya, aku menarik napas lega. Setidaknya, dia hanya mengalami shock sesaat dan tidak mengizinkan dirinya berlama-lama dipengaruhi oleh si brengsek sialan itu.

Tinggal aku yang masih kesulitan menahan emosi untuk tidak menghajar laki-laki tolol itu.

"Aku pengin tahu mantan pacar kamu siapa aja."

Dahiku berkerut mendengar pernyataan yang keluar dari mulutnya. "Buat apa dicari tahu?"

"For my reference." Mikha menatapku tegas. "Who was your first girlfriend?"

"Itu udah belasan tahun lalu, Mikhayla. Buat apa diceritain sekarang?"

Jika sudah menginginkan sesuatu, tidak akan ada yang bisa menggoyahkan keinginan Mikha. Dia hanya mengangkat bahu, tanpa suara mendesakku untuk memberikannya jawaban.

"Kakak kelasku. Aku kelas satu, dia kelas tiga."

Mikha tergelak. "Ngelunjak juga kamu, berani macarin kakak kelas."

Aku terkekeh. "Gini-gini aku dulu populer di sekolah, makanya itu kakak kelas ngedeketin aku."

Pacar pertamaku dulu memang lebih tua. Namanya Rena, dia mendekatiku begitu selesai masa orientasi. Tadinya dia salah satu kakak kelas yang suka marah-marah sewaktu MOS. Setelah MOS selesai, dia ternyata ramah juga. Alasanku menerimanya waktu itu demi status sosial dan benar saja, menjadi pacar Rena membuatku langsung jadi cowok populer.

[COMPLETE] Playing with FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang