Ch.31 Love Wins

58.5K 5.6K 100
                                    

"Lo yakin?" Aku menatap Lisa dengan mata menyipit. Dia mengangguk tegas, sambil menyodorkan bayinya ke arahku.

Gila apa aku disuruh gendong bayi? Seumur-umur aku enggak pernah berani menggendong bayi. Sosoknya yang kecil dan ringkih membuatku takut. Siapa tahu aku salah gendong atau melakukan sesuatu yang berujung celaka?

Apalagi bayi yang baru berumur beberapa hari seperti anak Lisa.

Di sampingku, Mikha tertawa puas. Berbanding terbalik denganku, dia dengan santai menggendong anak Lisa, seolah-olah sedang menggendong boneka. Aku yang melihatnya saja sampai menahan napas, tapi Mikha tampak santai. Katanya dia sudah cukup terlatih menggendong bayi kakak-kakaknya.

Saat dia menggendong Lena, anaknya Lisa, sosok Mikha yang manja dan kekanak-kanakan langsung hilang. Dia terlihat begitu damai dan menyatu dengan Lena. Dia begitu luwes dalam menggendong Lena, tidak khawatir tindakannya akan menyakiti Lena.

"Enggak apa-apa, gendong aja." Sekali lagi Lisa menyerahkan Lena kepadaku. Aku melirik suaminya, mencari bantuan. Siapa tahu Ralph keberatan anaknya digendong orang asing. Tapi bule itu hanya tertawa dan mendukung istrinya.

"Gimana mau jadi ayah kalau gendong bayi aja langsung kicep." Lisa meledekku.

Diejek seperti itu membuatku panas. Setelah menghela napas panjang, aku memberanikan diri.

Beruntung Lena sedang tidur, sehingga tubuh mungilnya tidak bergerak-gerak di gendonganku. Perlahan, Lisa meletakkan Lena di gendonganku dan baru melepaskanku setelah memastikan aku menggendongnya dengan erat. Dia tidak beranjak dari dekatku, mungkin ingin memastikan anaknya baik-baik saja di tangan orang sepertiku.

Mikha melirik Lena dari balik pundakku. "She's cute. Masih bayi aja hidungnya udah mancung begitu."

"Baguslah, enggak pesek kayak gue." Lisa terkekeh.

Lena menurunkan hidung mancung ayahnya, juga bola mata kelabu seperti milik suaminya Lisa. Kulitnya juga putih pucat, persis ayahnya. Aku menelitinya, mencoba mencari jejak keberadaan Lisa di sana.

"Anak lo enggak ada mirip-miripnya sama lo," ujarku sambil tertawa.

Di tempat tidurnya, Lisa mendengus. "Lo orang ke sekian yang bilang kayak gitu. Setelah gue perhatiin, memang enggak ada mirip-miripnya sama gue. Plek-plekan bapaknya." Lisa berseloroh. "Dilihat dari panjangnya pas lahir, gue yakin dia bakalan tinggi. Baguslah ngikutin bapaknya."

"Hati-hati, ntar kalau udah gede banyak yang deketin," godaku.

"Coba aja, paling enggak ada yang berani. Bodyguard dia ngeri," ujar Mikha sambil melirik Ralph yang sejak tadi hanya diam memerhatikan kami. Wajahnya tampak bertanya-tanya karena tidak ada satu pun yang dimengertinya.

"No, honey. We don't talk about you," ujar Lisa, menenangkan suaminya.

Aku memang tidak akrab dengan Ralph. Semula aku sering melihatnya karena kami bekerja di gedung yang sama. Aku baru tahu kalau dia salah satu klienku ketika dia menjalin hubungan dengan Lisa. Sedikit pun aku tidak menyangka kalau Lisa akan terjebak cinta lokasi dengan salah satu kliennya. Tapi, itu bagus untuknya, mengingat dia cukup patah hati ketika pernikahannya batal.

Ternyata, menggendong bayi tidak semenyeramkan yang aku duga. Lena tampak anteng di pelukanku. Pipinya yang gembil begitu menggemaskan.

Ketika aku mengalihkan pandangan kepada Mikha yang tengah asyik bercengkrama dengan Lisa, keinginan untuk membangun keluarga bersamanya jadi semakin menjadi-jadi.

"You should ask her, dude."

Aku menengok ke arah Ralph. Dia menunjuk Mikha dengan dagunya, untuk menegaskan ucapannya.

[COMPLETE] Playing with FireWhere stories live. Discover now