Ch.4 Nice Guy

83.1K 8K 240
                                    

"Mas Donny itu gimana sih mbak orangnya?"

Aku hampir keselek dimsum yang kumakan saat Mya tiba-tiba datang dan menanyakan hal itu. Aku mendelik menatapnya, dan si anak magang itu malah memasang tampang penasaran.

Mya baru dua bulan bekerja di sini. Dia salah satu anak magang yang berada di divisiku serta langsung disupervisi oleh Donny. Sejak awal, aku sudah sering melihat dia bersikap berlebihan terhadap Donny.

Mya bukan yang pertama. Tidak ada yang bisa menyalahkan Donny jika dirinya seperti memiliki magnet untuk menarik perhatian semua cewek. Di samping wajahnya yang terlihat rough tapi juga manis dan body-nya yang bikin siapa pun meneteskan air liur, sikapnya yang super baik itulah yang seringkali membuat cewek-cewek blingsatan hingga lupa diri dan menaruh harapan tinggi kepadanya. Aku sudah cukup menjadi saksi cewek-cewek yang merasa dikecewakan oleh Donny, sementara Donny tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Gue cuma bersikap baik." Itu selalu yang menjadi alasannya.

Aku menatap Lisa dan menggeleng. Lisa lebih dulu bekerja di sini, dan dia sudah sangat mengenal Donny mengingat Donny dulu seniornya saat kuliah. Dibanding aku, Lisa lebih berpengalaman menghadapi cewek-cewek yang merasa dikecewakan sepihak oleh Donny.

Seperti kali ini. Dia meminggirkan piring makanannya dan menatap Mya serius. "Kamu kenapa?"

Mya menghela napas panjang. Dia menyibakkan rambutnya yang dicat hijau terang dan membuatnya menjadi sorotan. Jangan lupa, dada 34C yang menjadi andalannya dan seringkali dipamerin, membuat pemilik dada rata sepertiku hanya bisa menelan ludah karena iri.

"Soalnya Mas Donny itu baik banget sama aku. Dia beberapa kali anterin aku pulang, karena menurut dia bahaya aja aku naik taksi sendirian malam-malam. Dia juga enggak pernah complain kalau aku nanya-nanya apa pun, malah seringnya dia yang nanya aku punya kesulitan atau enggak. Dia juga kalau dicurhatin mau-mau aja." Mya menyerocos tanpa hati. "Dia suka sama aku enggak Mbak kira-kira?"

Aku tersedak untuk kedua kalinya sementara Lisa hanya tertawa.

"Selain nanyain keadaan kamu, anterin kamu pulang, dengerin curhat kamu, dia pernah ngapain lagi?" cecar Lisa.

"Maksud Mbak?"

"Dia pegang tangan kamu kalau lagi jalan? Dia cium kamu pas nganterin kamu pulang?"

Mya menggeleng dan menatap Lisa dengan tatapan horor.

"Donny itu emang baik ke semua orang. Tapi kalau dia udah ada hati, dia lebih sering main fisik."

Bukan Mya yang merasa tertampar dengan jawaban Lisa, melainkan aku.

"Jadi, kalau dia belum pernah cium lo atau sekadar megang tangan lo aja enggak, itu artinya perhatian dia masih sebatas teman atau dalam kasus lo, senior ke junior. Lagipula lo kan masih magang, butuh banyak bimbingan. Donny cuma ngelakuin apa yang jadi tanggungjawab dia," cecar Lisa lagi.

Mya masih mencecar Lisa dengan pertanyaan tentang Donny, sementara aku malah sibuk berkutat dengan pemikiranku sendiri.

Kepadaku, Donny sudah bertindak jauh dari sekadar ciuman.

"One more girl." Lisa tertawa sambil menyikutku, mengembalikanku ke masa sekarang.

"By the way, yang lo bilang tadi benar?"

Lisa menatapku dengan mata membola. "Yang mana?"

"Donny kalau udah suka sama seseorang."

Lisa mengangkat bahu. "Dia pernah bilang gitu, dulu banget. Waktu gue baru kerja di sini. Namun, gue jarang lihat dia benar-benar dekat sama cewek, kecuali cewek yang suka salah paham karena dia."

"Lo belum pernah lihat dia sama siapa pun?"

Lisa menggeleng. "Selama gue kenal dia, nope. Nada. Zilch."

Aku tidak ingin seperti Mya atau cewek lainnya yang menyalahartikan sikap Donny. Namun, aku juga tidak sama seperti Mya atau cewek lainnya.

"Dia itu sopan banget. Dia perhatian, tapi enggak pernah bermaksud memberi harapan. Kalau aja gue enggak kenal dia, mungkin gue bakal ikut salah paham." Lisa terkekeh dan menatapku. "Untung lo langsung temenan sama gue, jadi bisa selamat dari kesalahpahaman soal Donny. Jangan sampai lo jadi kayak cewek-cewek itu yang nangis di depan gue karena merasa jadi korban PHP."

Aku tertawa kering, dan masih memikirkan apa yang terjadi antara aku dan Donny.

"Tapi, siapa pun yang nanti end up sama dia, she's very lucky. Donny itu sayang banget sama ibu dan adik perempuannya. Efek cowok satu-satunya di keluarga, jadi dia ngerti banget gimana perlakuin cewek. Dia pernah bilang, dia enggak bakal nyakitin cewek manapun dengan sengaja karena dia enggak bisa ngebayangin jika ada yang nyakitin ibu atau adiknya."

Aku menatap nanar ke arah pintu ruangan Donny yang tertutup. Aku mengamini perkataan Lisa, membiarkan harapan berkembang di hatiku bahwa akulah perempuan yang diinginkan Donny.

[COMPLETE] Playing with FireOù les histoires vivent. Découvrez maintenant