Ch.11 Burning

112K 7K 189
                                    

"Pantai!!!" Aku bersorak seperti anak kecil yang diajak jalan-jalan ketika libur kenaikan kelas. Aku membuka sandal dan membiarkan kakiku menjejak pasir yang terasa hangat akibat terpapar sinar matahari.

Di belakangku, Donny berjalan santai sambil bersiul. Dia tampak puas dengan pantai pilihannya.

Semula aku memang agak skeptis, tapi berhubung aku hanya mengandalkan hasil pencarian di Google, perlahan aku mulai memercayai perkataan Donny. Donny memberitahuku namanya, Echo Beach, di daerah Canggu dan aku tidak punya waktu untuk mencari tahu lebih banyak soal pantai ini.

Ketika motor yang dikendarai Donny mulai menuju ke arah pantai, aku bisa merasakan embusan angin pantai yang menyegarkan. Kami melewati beberapa café yang sebagian masih tutup di sore ini, hingga akhirnya Donny mengarahkan motornya ke bagian pantai yang sedikit lebih sepi.

Pantai ini jauh berbeda dari pantai di daerah Seminyak atau Kuta yang kudatangi beberapa hari terakhir. Di sini lebih sepi. Sejauh mata memandang, aku hanya menangkap beberapa orang saja. Sebagian besar perempuan asing yang sibuk sunbathing, juga beberapa pria dengan body menggiurkan menenteng papan selancar.

Setelah menelusuri bibir pantai, aku menemukan spot yang tepat. Aku meletakkan sepatu dan tas di pasir, lalu mengeluarkan kain Bali yang sengaja kubawa sejak pagi, untuk berjaga-jaga jika aku akan ke pantai dan memerlukannya. Akhirnya, aku bisa memakai kain itu.

"Prepare banget, lo." Celetukan Donny menyapu pendengaranku. Aku melirik sekilas dan mencibir.

Dari dalam tas, aku mengeluarkan dua kaleng bir dan menyodorkannya kepada Donny. Hanya di Bali aku bisa minum alkohol sepuasnya, bahkan di siang hari seperti ini.

Donny menerima bir itu dan merebahkan tubuhnya di atas kain yang baru saja kuhamparkan. Sementara aku sibuk mengaduk tas mencari sunblock. Meskipun suka pantai, aku tidak ingin kulitku terbakar.

Setelah memastikan kulitku terlindungi, aku membuka pakaian yang kupakai sehingga hanya mengenakan bikini saja. Finally, aku bisa memakai bikini di laut, setelah beberapa hari terakhir hanya menjadikannya sebagai pakaian dalam.

"Yuk." Aku mengajak Donny.

Dia membuka sebelah mata. "Ke mana?"

"Main air."

Tawa Donny tersembur. "Lo kayak bocah. Asli, deh." Dia membuka kedua matanya dan menatapku lekat-lekat. "Oke, gue ralat. Enggak ada bocah punya body kayak lo."

Aku melempar kaos yang tadi kupakai ke wajahnya sambil tertawa. Tanpa mengindahkan Donny, aku bangkit berdiri dan berlalu menuju pantai.

Ombak yang menyapu kakiku terasa dingin, sangat kontras dengan pasir yang terasa hangat. Aku terus melangkah ke tengah laut, merasakan air laut memeluk tubuhku kian dalam. Rasanya sangat menyenangkan.

Tidak peduli umur, aku membungkukkan tubuh dan menyipratkan air dengan kedua tangan, lalu tertawa sendiri. Aku berbalik dan mendapati Donny tidak lagi berbaring. Dia duduk sambil memeluk lutut di pantai dan menertawakanku.

Aku melambaikan tangan memanggilnya dan dijawab Donny dengan gelengan.

Tidak mengindahkan Donny, aku terus melangkah ke tengah laut, hingga air laut memeluk pinggangku.

Aku terlalu larut dalam suasana magis yang dipersembahkan pantai ini, sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Donny di belakangku. Aku terperanjat kaget ketika berbalik dan mendapatinya sudah berdiri di depanku. Refleks tubuhku terhuyung ke belakang. Ditambah dengan pasir yang tidak begitu solid saat diinjak, aku hampir terjatuh. Beruntung Donny lebih dulu menangkapku, sebelum aku terjatuh dan membahayakan diriku.

[COMPLETE] Playing with FireWhere stories live. Discover now