Ch.40 The Ring

56K 5.5K 154
                                    

"Ada ya orang mau resign bukannya sedih malah kelihatan riang banget," godaku.

Mikha, yang sedang mengelilingi ruang kerjaku, hanya melirik dari balik pundaknya sambil tertawa. "Kamu juga senang, kan, sebentar lagi sekantor sama aku?" godanya.

She's right. Namun, bukan itu yang membuatku cengengesan sepanjang hari. Ada hal lain yang membuatku jauh lebih berbahagia ketimbang fakta kalau Mikha akan bekerja di tempatku.

Aku berdiri bersandar di meja. "Kha," panggilku.

Mikha berbalik. Senyumnya terkembang ketika dia menghampiriku. "What? Do you want to ask me to make love to you here?" godanya sambil mengalungkan tangannya di leherku.

"That would be great tapi Mya atau Mila bisa muncul tiba-tiba. Enggak lucu kalau dia dateng waktu I'm banging you," timpalku. Namun, aku tidak urung menciumnya. "But, a little kiss won't hurt."

"Seems like you're in a good mood. Udah enggak sabar aku mulai kerja di sini so you can banging me all the time?" Mikha menaikkan sebelah alisnya, cara andalannya dalam menggodaku.

Aku terkekeh. "I think you have to prepare yourself before your first day. You'll be under me, you know."

Mikha menelengkan kepalanya. "It's okay. It's nice to be under you. Here ..." Dia menunjuk ke sekeliling ruangan. "Or at your bed."

Aku merangkul pinggangnya dan menariknya hingga menempel erat ke tubuhku. Mikha tahu kelemahanku, dan dia selalu memanfaatkan kesempatan itu untuk menggodaku.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau aku akan selemah ini di hadapan perempuan. But she's different. Keberaniannya mengungkapkan apa pun yang dipikirkannya membuatku selalu bertekuk lutut di hadapannya.

Dan aku rela seumur hidup dihabiskan dengan bersamanya.

"Ngomong-ngomong kamu udah nyiapin kado apa buat ulang tahunku?"

"Kamu mau apa?" Bukannya menjawab, aku malah balik bertanya.

Mikha tampak berpikir sebentar sebelum sebaris senyum usil menghiasi wajahnya. "You. With big ribbon at your head. Wearing nothing but that ribbon, lying at your bed waiting for me with your hard-on."

See, gimana aku tidak kesulitan mengontrol nafsuku jika dia tidak pernah mengontrol kata-katanya seperti ini?

"Naked, yes. Ribbon, no," bantahku. Aku menyorongkan wajah ke telinganya dan berbisik pelan. "With my hard-on, waiting for you to suck me."

Mikha tertawa pelan. "You make me wet," bisiknya.

"I love that," balasku sambil berbisik. Aku menggigit kupingnya pelan, membuat Mikha bergidik di dalam pelukanku. "I want to take you to my bed now."

Seharusnya aku tahu untuk tidak pernah menantang Mikha. Dia tidak menyadari sisi kompetitif yang dimilikinya sehingga selalu meladeni setiap tantangan yang kuajukan. Jangan penah menantang Mikha karena aku tidak akan pernah menang.

"I'm craving now, so take me."

Aku menenggelamkan wajah di pundaknya untuk meredam tawa. Seharusnya aku bersikap profesional di jam kerja seperti ini, bukannya bermesraan bersama Mikha. Namun, aku tidak bisa menahan diri. Apalagi jika Mikha malah menantangku terang-terangan seperti ini, membuatku semakin kesulitan mengontrol diri.

Anggap saja ini sama seperti kuliah dulu, ketika aku sering bolos karena malas berada di kelas dan lebih suka nongkrong di kantin. Bedanya, sekarang aku malas berkutat dengan revisi dan lebih memilih untuk bercinta dengan Mikha.

[COMPLETE] Playing with FireWhere stories live. Discover now