Chapter 6

33 5 0
                                    

" Kalila? Kalindra?"

Rahang Indra langsung mengeras saat tahu siapa yang datang. Dalam sekali tarik, Indra sudah menarik lengan Kalila agar berdiri. Indra tidak akan membiarkan dia bertemu Kalila.

" kita pulang" ucap Indra.

Keenan dan Jason hanya menatap mereka secara bergantian. Bingung dengan apa yang sedang terjadi. Lalu, siapa gadis ini?

Baru saja Indra menarik lengan Kalila, Kalila menahan dirinya agar tidak bergerak. Dia menatap gadis yang menghampirinya tadi. Tatapan penuh rindu dia lemparkan kesana.

" Kak Gladis " ucap Kalila bergetar.

Dia, atau lebih tepat disebut sebagai Kakak dari Kalila dan Indra. Kakak tertua mereka. Siapa yang sangka jika mereka bertemu disini? Padahal mereka sudah lama tidak bertemu.

Gladis menatap Kalila penuh kerinduan. Dia tidak menyangka jika akan bertemu Adik kesayangannya disini. Adik yang dia jaga dengan susah payah.

" bukan. Dia bukan Kak Gladis. Kak Gladis udah meninggal" ucap Indra yang terdengar menusuk.

" Indra!! Apa-apaan sih?!" sentak Kalila.

Seluruh pengunjung restoran pun memusatkan perhatian mereka pada Kalila yang tadi bersuara dengan cukup kencang. Mereka menatap dengan penasaran.

" apa? Kak Gladis udah gak ada. Yang ada cuman cewek yang ngaku-ngaku jadi Kakak lo, padahal dia sendiri mau hancurin lo" ucap Indra dengan tatapan menusuk kearah Gladis.

Kalila menggeleng pelan. Tidak. Tidak mungkin Kakaknya sejahat itu. Kak Gladis adalah Kakak yang baik. Dia akan melakukan segala cara agar Kalila bahagia. Ya. Dia tahu itu.

" Kak, apa bener kayak gitu?" tanya Kalila pada Gladis.

Gladis terdiam. Dia hanya menatap kedua Adiknya secara bergantian. Mengingat wajah mereka yang entah kapan bisa dia lihat lagi.

Kalila kembali menggeleng. Kemudian dia langsung berlari keluar, tidak peduli dengan panggilan dari Indra, Jason, bahkan Keenan. Yang dia perlukan hanyalah menenangkan diri.

***

Dunia tidak adil. Tidak pernah adil padanya. Semua hal membahagiakan baginya selalu direbut, dihancurkan, ditiadakan, dan dilempar jauh-jauh.

Kapan keadilan menghampirinya? Kapan kesedihan ini digantikan dengan sesuatu yang berharga?

Disini Kalila sekarang. Entah dimana dia sekarang, yang jelas dia bisa menenangkan diri di depan danau buatan di sebuah taman yang tidak dia ketahui daerahnya. Danau. Tempat itu selalu bisa membuatnya tenang.

Untuk kesekian kalinya dia menghapus air matanya yang mengalir ke pipinya. Seandainya. Seandainya saja dia punya kehidupan yang lebih baik daripada ini. Seandainya saja dia bisa bertukar posisi dengan Indra. Ya. Seandainya.

" kenapa harus gini sih? Hiks..... Gue..... Gue gak kuat...." isak Kalila. Untungnya tidak ada orang disini, jadi dia bebas menangis.

Ah, Kalila selalu berharap jika suatu saat akan ada seseorang yang dikirimkan untuknya. Seseorang yang akan membuatnya bahagia. Menjamin jika hidupnya akan bahagia. Menjamin jika masa depannya cerah.

Kalila sering berpikir jika Indra-lah orang yang diutus Allah untuk menjaga dan membahagiakan nya. Tapi nyatanya, Indra tetap saja egois. Indra tetap tidak bisa membuatnya bahagia.

Lalu, siapa?

" kapan? Kapan, ya Allah? Kapan gue bisa bahagia? " Kalila berharap. Sangat berharap jika Allah mengirimkan seseorang yang akan menghapus air mata nya. Siapapun itu.

KWhere stories live. Discover now