Chapter 23

14 3 0
                                    

Seorang wanita berusia 24 tahun tengah berjalan dengan anggunnya memasuki sebuah perusahaan besar. Dia mengangguk lalu tersenyum terhadap beberapa karyawan yang menyapanya. Sampai kakinya tiba-tiba berhenti saat matanya bertatapan dengan pemilik mata coklat itu. Gavin Pratama Ardiardo.

" hai, Gladis. Apa kabar?" tanya Gavin.

Dia, Gladis hanya mengangguk lalu berjalan mendahului Gavin yang mengikutinya dari belakang. Mereka sampai di ruangan milik Gladis.

" mau apa kesini?" tanya Gladis.

Gavin tersenyum kecut mendengarnya. Dia membenarkan posisi duduknya, lalu mulai merubah wajahnya menjadi serius. Dia tahu jika sekarang dia kesini adalah sebuah hal yang sudah dia pikirkan matang-matang.

" gimana kalau kita kasih tau hubungan kita sekarang?" usul Gavin.

Mata Gladis sontak melebar saat mendengar ucapan Gavin. Dia menggebrak meja dengan wajah memerah murka. Emosi nya sudah siap dia keluarkan semuanya.

" maksudnya apa?! Kamu mau gagalin rencana Saya?!" tanya Gladis murka.

" bukan begitu, Saya pikir Indra dan Kalila perlu tau hubungan kita. Jason juga harus tau" bela Gavin.

Gladis memalingkan wajahnya lalu menghembuskan napasnya kasar. Dia melangkah mendekati meja kantornya lalu mengambil sebuah berkas yang cukup tebal.

Gladis tersenyum kecut saat tahu Indra membencinya. Tidak ada yang salah jika Indra membencinya. Dia memang salah, walaupun ini adalah awal dari Rencananya untuk menarik anak kembar itu keluar dari neraka.

" oke, gak sekarang. Next time aja kalau waktunya sudah memungkinkan" ucap Gavin pada akhirnya. Dia mendekati Gladis yang masih sibuk  dengan berkasnya yang entah apa itu.

Gavin tersenyum kecil melihat Gladis dari belakang. Digerakannya tangannya kearah puncak kepala Gladis, lalu mengacaknya gemas. Hingga membuat sang empunya kepala berbalik dan menatapnya tajam.

" kamu terlalu gemesin, jadinya Saya gak tahan. Gapapa kan ya?" tanya Gavin terkekeh.

" terserah kamu"

Gavin hanya mampu tersenyum melihatnya. Dia kemudian mengambil tas laptop yang tadi dia bawa, dan berniat langsung keluar dari ruangan Gladis. Karena keperluannya hanya sebatas informasi mengenai Kalila dan Indra. Namun, langkahnya dihentikan oleh ucapan Gladis.

" kalau kamu mau kesini, gak usah buat janji. Langsung dateng aja. Sama kayak Saya setiap ke tempat kamu" ucapnya.

Gavin mengangguk tanpa membalik badannya. Setelahnya, dia benar-benar pergi dari sana, meninggalkan Gladis sendiri dengan tatapan mengarah pada berkas yang tadi dia ambil.

Berkas tentang Kalila dan Indra.

***

Hari Sabtu sebenarnya merupakan hari yang disukai, namun tidak begitu disukai oleh Kalila. Pasalnya, setiap hari Sabtu dia memang terbebas dari kewajibannya untuk belajar. Tapi, dia malah gabut di rumah. Ingin pergi, tapi takutnya Vanya sibuk. Belum lagi besoknya masih ada hari Minggu. Nambah lagi bosannya.

" Indra..... Gabut" rengek Kalila pada Indra yang malah sibuk membaca sebuah novel terjemahan.

" terus mau gimana?" tanya Indra tanpa mengalihkan pandangannya.

Kalila juga bingung kalau ditanya seperti itu. Tapi dia benar-benar ingin pergi kemanapun itu untuk menghilangkan bosan nya.

" Kalila, Indra, dibawah ada temen kalian nih" teriak Kayla.

Kalila menoleh kearah pintu, lalu kembali menatap Indra yang tengah menutup novelnya. Kemudian, dua anak itu turun dari kamar mereka di lantai dua.

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang