Chapter 11

27 3 0
                                    

Kalila menguap untuk kesekian kalinya. Dia sedang berada di sofa ruang tamu, menunggu kedua pangeran keluarga ini yang sedang sibuk merapikan barang-barangnya. Siapa lagi kalau bukan Indra dan Jason.

" gimana? Seneng gak?" tanya Gavin sembari merangkul bahu Kalila.

" senennngggg banget. Akhirnya Kalila bisa kemah bareng temen-temen yang lain. Kayak..... Apa ya? Pokoknya Kalila seneng deh " ucap Kalila sembari menyandarkan kepalanya di dada Gavin.

Gavin tersenyum tipis dengan tangan yang bergerak mengusap lembut puncak kepala Kalila. Matanya menatap sendu puncak kepala Kalila. Apapun. Apapun akan dia lakukan asalkan Kalila bahagia.

" Kal, ayo! Udah siap nih " ucap Jason.

Kalila mengangguk, lalu menarik tangan Gavin untuk ikut keluar. Rencananya, Gavin yang akan menyetir karena Jason terlalu malas untuk memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah.

Kalila duduk di kursi penumpang belakang, bersama dengan Indra yang sibuk memainkan ponselnya. Indra juga mendengarkan musik menggunakan earphone, yang membuat Kalila mau tidak mau tidak mengajaknya mengobrol.

" Bang Gavin jangan kangen Kalila ya! Kan dua hari gak ada Kalila " cengir Kalila.

" iya ya? Sepi dong rumah gak ada kamu. Yaudah deh, Abang mah nunggu aja kalau gitu " sahut Gavin.

" tapi lo seneng kan gak ada gue?" terka Jason yang langsung membuat Gavin menyengir kearahnya. Jason hanya mampu mendengus kesal melihat ekspresi Kakaknya.

Setelah itu, hanya ada suara dari penyiar radio yang menemani perjalanan mereka. Sebenarnya Kalila ingin mengobrol dengan ketiga cowok itu. Namun dia tidak memiliki topik obrolan.

Disaat-saat seperti ini, Kalila pasti akan mengamati sekeliling. Dan pilihannya jatuh untuk mengamati ketiga cowok yang berada dalam satu mobil yang sama dengannya. Ah, dia baru sadar jika dirinya di kelilingi cogan. Pantas saja banyak yang iri padanya.

Gavin. Walaupun umurnya sudah kepala tiga, tapi wajahnya masih muda seakan-akan dia baru berkepala dua. Bahkan banyak yang menyebutnya dokter muda. Tidak salah sih, Gavin cukup ganteng jika harus dibandingkan dokter lain di rumah sakit milik keluarganya. Belum lagi statusnya sebagai CEO di salah satu perusahaan milik keluarganya, menambah poin plus untuknya. Sifatnya yang kalem dan murah senyum itu juga menjadi idaman semua wanita.

Jason. Yah, mantan ketua OSIS itu kini akan benar-benar melepas jabatannya setelah menjalani kemah ini. Yang Kalila dengar, saat menjadi ketua OSIS Jason sangat tegas. Dia bahkan tidak segan-segan kepada anggotanya sendiri. Bukan hanya itu. Dia juga anggota KomDis sekolah. Walaupun sekarang sudah selesai karena dirinya sudah kelas tiga. Jason juga ganteng, ditambah otaknya yang pintar. Wajahnya yang tegas dan tatapan matanya yang tajam. Ugh, siapa yang kuat dengan semua ini?

Terakhir, Indra. Jujur saja, jika Kalila bukan kembarannya mungkin dia juga akan mengejar-ngejar Indra. Bayangkan saja, baru hari pertama masuk sekolah, satu sekolah sudah mengenalnya. Indra itu kelewat batas. Gantengnya lewat batas, pintarnya lewat batas, dinginnya lewat batas, ah pokoknya semuanya lewat batas. Sayangnya ada satu kekurangan menggelikan yang Indra punya.

Dia sister complex.

Kalila terkadang geli sendiri saat banyak orang yang membicarakan ini. Memang Indra kelewatan jika itu tentangnya. Padahal Indra bisa saja bersikap selayaknya Kakak yang normal. Tapi Indra tampaknya tidak bisa mengatasi kekurangan yang dia punya.

Kalila melirik Indra yang berada di sebelahnya. Bahkan hanya dengan menggunakan hoodie hitam yang dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam dan earphone di telinganya saja mampu membuat Indra terlihat tampan.

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang