Chapter 20

19 3 0
                                    

Semuanya berubah.

Kalila yang tadinya bawel, mendadak menjadi diam.
Keenan yang sukanya menggoda Kalila dan selalu bercanda, kini hanya diam dan duduk menyendiri.
Indra yang pendiam, kini malah tampak seperti orang depresi yang selalu bungkam saat ditanya.
Vanya sendiri kini hanya duduk sendiri di belakang, karena dia sadar diri tidak ada yang bisa dia lakukan.

Semuanya berubah. Tidak ada yang tampak sama sekarang. Seakan-akan mereka tidak pernah bersama. Seakan-akan mereka tidak mempunyai kenangan satu sama lain.

Kalila sendiri bingung ingin apa. Dia jadi duduk berdua dengan Indra saat Keenan memilih duduk sendiri dan Vanya pun sama. Keduanya tampak masih saling menjauh entah karena apa.

Hal yang dilakukan Vanya berdampak juga pada Yudha. Yudha menjauhi Keenan dan hanya kemana-mana dengan Gama. Kalau Gama tidak mau, Yudha akan bersama dengan temannya yang lain. Mereka saling menjauh.

Drrt drrt.

Kalila menyalakan ponselnya dan mendapati chat dari Gama. Gama memintanya bertemu sekarang di taman belakang sekolah. Tapi..... Apa alasan yang tepat yang bisa Kalila katakan pada Indra?

" umm..... Indra, gue ke toilet dulu ya? Sakit perut nih" ucap Kalila seraya berekspresi seakan-akan dirinya benar-benar mules.

" hah? Oh, iya"

Kalila mengernyit bingung. Biasanya Indra akan tampak possesif atau setidaknya bertanya tentang sakit perutnya. Ada apa dengan Indra hari ini? Apa masalah itu berpengaruh padanya?

Ah, itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah misinya dengan Gama.

Kalila berlari cepat kearah taman belakang. Sesampainya disana, dia mendapati Gama yang tengah duduk seraya memainkan ponselnya.

" Gama!"

" ah, lo udah dateng? Ayo kita bahas soal misi kita" ucap Gama, mengajak Kalila untuk duduk.

Kalila duduk tepat di sebelah Gama. Dia melihat jam di tangannya. Masih ada 20 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Itu artinya, dia hanya ada waktu 15 menit untuk mengobrol dengan Gama.

" jadi, rencana lo gimana?" tanya Kalila.

" gue sih hari ini Rencananya mau ke tempat kemah kita waktu itu. Di rumah kosong tempat Lala diculik, gue mau nyari barang bukti. Lo cukup awasin tiga orang di kelas lo itu. Gue ngawasin Yudha. Itu dulu hari ini" jelas Gama.

Kalila mengangguk paham. Sebenarnya Gama cukup pintar dalam menganalisis sesuatu. Mencari jalan keluar, tampaknya sudah biasa Gama lakukan. Sekarang yang perlu dia lakukan adalah mengikuti rencana Gama. Dia tahu jika Gama tidak mungkin mau melibatkannya ke hal sesulit itu. Bisa saja Indra curiga jika Kalila ikut, walaupun dia mau.

" Gam, Lala beneran masih 5 hari lagi kan?" tanya Kalila.

" hmm..... Emangnya kenapa?"

" takutnya ini gak sesuai prediksi kita. Bisa aja kan Lala pengen cepet-cepet keluar? Gimana kalau kayak gitu?" tanya Kalila khawatir.

" lo tenang. Semua udah sesuai dugaan gue. Kalau lo mau, kita bisa percepat rencana kita. Hari ini gue kesana, malemnya gue kirim gambar barang buktinya " ucap Gama.

Untuk sejenak Kalila kagum pada Gama. Dia tampak dewasa dan memiliki banyak pemikiran yang sulit dia gapai. Dia bahkan tidak berpikiran kesana. Tapi ada untungnya juga dia bekerja sama dengan Gama. Dia tidak mau Persahabatannya hancur hanya karena kesalahpahaman.

" yaudah, gue masuk kelas dulu deh. Takutnya Indra curiga gue lama" ucap Kalila seraya beranjak dari duduknya.

Sebelum Kalila sempat melangkah, tangannya sudah dicekal oleh Gama. Kalila menoleh seraya menatap Gama bingung. Apalagi yang mau dibicarakan?

" kenapa?"

" kalau seandainya, ini seandainya aja ya. Kalau seandainya yang ngelakuin ini lo kenal, gimana?" tanya Gama serius.

Kalila terdiam mendengarnya. Dia sebenarnya tidak pernah berpikir sampai kesana. Tapi bisa jadi. Bisa saja ini benar-benar Vanya lakukan. Atau bisa saja Lala sengaja agar Vanya dituduh. Atau mungkin ada orang yang membenci keduanya, sehingga mereka musuhan.

" gue bakalan tetep marah sama siapapun yang berani bikin mereka marahan. Siapapun itu" ucap Kalila.

Gama mengangguk, lalu membiarkan Kalila kembali ke kelas. Menyisakan Gama yang kini sibuk menelepon seseorang.

" halo?"

" selesaikan sekarang juga. Dia harus tahu "

" baiklah"

Tut.

Gama berdiri dari duduknya dan meninggalkan taman belakang.

***

Kalila melirik ketiganya yang masih saja diam di kelas saat bel istirahat sudah berbunyi. Duh, bagaimana Kalila akan mengajak ketiganya? Jika dia bertemu Gama, otomatis dia bertemu Yudha. Jika dia membawa Keenan dan Vanya, yang ada nanti mereka bertengkar. Kalila tidak mau hal itu terjadi. Sebisa mungkin, dia akan menghindari perkelahian antara mereka sebelum kasus ini selesai.

" umm..... Indra, mau ke kantin gak?" tanya Kalila hati-hati.

" hah? Maaf, kenapa?" tanya balik Indra.

Kalila semakin lama semakin khawatir dengan keadaan Indra. Indra tidak pernah seperti ini sebelumnya.

" lo gapapa? Mau ke UKS gak? Takutnya lo sakit. Atau mau pulang?" tanya Kalila khawatir.

" gak. Gak usah. Tadi lo nanya apa?"

" itu..... Mau ke kantin gak? Gue laper" tanya Kalila untuk kedua kalinya.

" ayo"

Kalila bisa melihat jika Indra sedikit ragu saat melangkah keluar dari kelas. Dia bisa melihat tatapan mata Indra mengarah pada Keenan dan Vanya. Terlebih saat matanya menatap Vanya. Ada penyesalan di matanya. Mungkin dia menyesal sudah mengatakan hal yang menyakitkan pada Vanya.

Mereka ke kantin berdua. Indra lebih banyak diam semenjak hari itu. Bahkan dia langsung memesan roti saja dan memakannya. Sementara Kalila, dia memilih memesan mie saja. Dia tidak mungkin makan bakso yang membuang banyak waktunya.

" umm..... Ndra, gue mau nanya sama lo. Soal hubungan lo sama Keenan dan Vanya. Masih baik gak?" tanya Kalila.

" Kal, bisa gak jangan bahas itu?" pinta Indra dengan nada dingin.

Kalila tahu. Itu artinya, Indra tidak mau diganggu. Berarti dia hanya mampu diam dan membahas hal lain di depan Indra. Dia tidak boleh menyinggung sedikitpun tentang ini.

" Ndra, pulang sekolah anterin gue ke toko buku ya?" pinta Kalila.

" gue capek, Kal. Lo kesana sendiri aja ya?"

Kalila melongo mendengarnya. Ini benar-benar sudah parah. Indra biasanya akan melarangnya dan akan mengikutinya ke toko buku. Tapi kali ini dia dibiarkan kesana sendiri. Catat. Sendiri.

" o-oke deh"

Kalila merasa ini sudah benar-benar berantakan. Dia tidak boleh diam saja. Dia harus meminta Gama agar mempercepat penyelesaian kasus ini. Dia tidak mau keadaan teman-temannya tambah parah. Terutama keadaan Indra.

Tbc.

Oh no! Ada apa dengan Indra nih?!

Sebenarnya siapa sih pelaku ini semua? Kenapa dia niat banget bikin persahabatan mereka berantakan? Kepo ya? Jawabannya ada di next chapter.

See you in chapter 21!!!!!

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang