Chapter 8

31 4 0
                                    

Kalila melangkahkan kakinya menyusuri jalanan komplek perumahan keluarga Jason. Tadi dia izin sebentar untuk membeli beberapa cemilan untuk dirinya. Awalnya tidak diizinkan, tapi ketika dia meminta izin pada Papinya, barulah para Kakaknya itu mengizinkan.

Jaraknya juga dekat kok!

Sesampainya di minimarket, Kalila langsung mengambil keranjang belanjaan lalu dengan terburu-buru mencari makanannya. Dia tidak mau kehabisan cemilan kesukaannya.

Setelah menemukan beberapa cemilan nya, dia segera mencari roti untuk Indra dan beberapa makan untuk Jason dan Gavin. Jangan lupakan untuk Mami dan Papinya. Kalila tersenyum singkat kala mengingat segala kebaikan keluarga itu.

Setelah selesai memilih, dia pun menuju kasir. Cukup lama dia menunggu sampai gilirannya. Setelah selesai, dia memutuskan untuk mampir sebentar ke Kafe favoritnya.

Dia duduk di tempat biasanya, di pojok. Dia mengamati beberapa orang yang berlalu lalang di luar Kafe. Mereka tampak bahagia dan bebas. Apa Kalila bisa seperti itu?

" Maaf, Mbak. Mau pesan sesuatu?"

Kalila memutar kepalanya untuk menghadap pada pelayan yang Kalila tebak laki-laki itu. Biasanya dia tersenyum pada setiap pelayan yang dia temui. Namun, kini hanya ada raut terkejut dari diri Kalila. Dia tidak menyangka jika pelayan itu adalah orang ini.

" maaf, mau pesan apa?" tanyanya sekali lagi.

" Gama?! Ini beneran lo?!" tanya Kalila pada akhirnya.

Yap. Pelayan itu adalah Gama.

Gama menghela napas, seraya mengangguk yang berhasil membuat Kalila mendapat jawaban pasti. Gama menatap raut wajah terkejut Kalila. Dia berusaha untuk menahan senyumnya kala menatap ekspresi Kalila.

" jadi, mau pesan apa?" tanya Gama sekali lagi.

" eh? Umm,..... Apa aja deh yang enak, hehehe....." cengir Kalila.

Gama mengangguk. Dia segera berlalu dari sana, lalu kembali dengan membawa pesanan Kalila dan satu cangkir kopi hangat. Kali ini dia tidak kembali melayani pelanggan lain. Dia memilih duduk di depan Kalila.

" lho? Lo gak lanjut kerja? Nanti bos lo marah" tanya Kalila.

Gama hanya menggeleng saja, menyahuti perkataan Kalila seraya menyeruput kopinya dengan santai.

" dih, kayak Bapak-Bapak minumnya kopi" celetuk Kalila sebelum menyeruput minumannya.

" biarin. Suka-suka gue" balas Gama.

Kalila terkekeh melihat Gama. Dia pikir akan canggung jika bersama Gama. Nyatanya, kecanggungan itu tidak terjadi walaupun dirinya tidak dekat dengan Gama. Gama tetap menyenangkan walaupun sedikit datar.

" lo ngapain disini? Ini udah malem " tanya Gama.

" tuh", Kalila menunjuk makanan yang dia beli dengan dagunya.

Gama mengangguk paham. Namun, kerutan di dahinya masih terpampang jelas. Masih ada pertanyaan yang ingin dia tanyakan. Baru saja dia ingin menanyakannya, Kalila mengatakannya seakan mengetahui apa pertanyaan Gama.

" Indra tau kok gue disini. Palingan juga di telpon bentar lagi" ucap Kalila.

Baru beberapa detik setelah Kalila berkata demikian, ponselnya bergetar karena ada panggilan masuk. Kalila membulatkan matanya kala matanya menangkap nama Indra tertera di ponselnya.

" halo? "

" dimana? Ini udah jam berapa?"

KOnde as histórias ganham vida. Descobre agora