Chapter 37

11 4 0
                                    

Kalila tidak henti-hentinya menangis ketika kedua orang tuanya dimasukkan kedalam liang lahat. Dia memeluk Indra erat, tanpa mengurangi tangisannya yang justru tambah kencang.

" Mama!!! Papa!!!" Kalila memeluk batu nisan sang Mama dengan erat.

Indra yang melihatnya, hanya mampu mengusap bahu Kalila lembut. Dia kembali membawa Kalila dalam pelukannya.

Beberapa jam kemudian, keduanya akhirnya pulang. Namun, saat sampai di rumah, saudara dari kedua orang tuanya sudah ada disana. Ada dua koper yang tergeletak di sebelah mereka.

" kenapa ini?" tanya Indra. Walaupun masih berumur 7 tahun, dia paham ada yang tidak beres.

" kalian akan pindah ke panti asuhan. Rumah ini akan dijual" ucap Yanto, Kakak dari Papanya.

" Gak!! Kenapa rumah ini dijual?! Ini kan punya Kalila!!" Kalila tidak terima, dia hendak masuk namun ditahan oleh sepupu Papanya.

" kenapa dijual?" tanya Indra tenang.

" karena kita butuh duit. Kalian udah kami daftarkan ke panti asuhan Citra Kasih " ucap Ryan, Adik dari Papanya.

Indra menatap Kalila yang masih merengek ingin masuk dan tidak ingin pindah. Rumah ini, mau bagaimanapun haknya sudah pindah ke keluarga Papanya. Jadi mereka tidak punya hak.

" Kal, udah ayo. Percuma kamu masuk. Rumah itu udah bukan punya kita" ucap Indra.

Dan pada akhirnya, di hari itu mereka pindah ke panti asuhan. Kalila awalnya merengek tidak mau, namun saat Ibu pantinya bersikap baik padanya, dia luluh.

" kalau kamu belom terbiasa, kamu bisa satu kamar bareng Indra dulu. Anak panti baik semua kok" ucap Ibu Rina, pemilik panti asuhan.

Kalila mengangguk paham. Walaupun sebenarnya, dia kadang takut berkenalan dengan orang-orang. Bukan karena apa, hanya saja orang-orang terkadang ingin berkenalan dengannya jika ada maunya saja.

Dan biasanya karena Indra.

***

5 tahun berlalu dan Kalila akhirnya mendapatkan teman di panti asuhan. Namanya Rasti. Dia anak perempuan cantik yang masih bersamanya, bukan karena Indra. Di panti asuhan, anak-anak lainnya lebih sering mengajak Indra. Karena Indra keren, pintar, jago musik, jago olahraga, dan lainnya.

Tapi Rasti beda. Saat Indra sedang bermain dengan yang lain, dia akan menghampiri Kalila dan mengajaknya bermain juga.

" Kal, kamu tau gak sih? Kadang aku mikir Indra terlalu sayang sama kamu" ucap Rasti.

" masa sih? Indra biasa aja. Dia emang sayang aku kan?" sahut Kalila.

" iya, cuman berlebihan. Kadang dia bisa jadi bawel banget kalau nyangkut kamu, hahaha..... Aku kadang suka ketawa ngeliatnya" tawa Rasti.

" iya, hahaha..... Dia bawel banget"

Obrolan mereka terhenti, saat ada sebuah mobil memasuki panti asuhan. Kalau dilihat-lihat, mereka pasti donatur. Pemandangan ini sudah biasa dilihat Kalila.

" donatur baru ya?" tanya Kalila.

" iya. Soalnya gak pernah liat" sahut Rasti.

Donatur tersebut adalah sepasang suami istri dengan anak laki-lakinya yang umurnya berbeda 2 tahun dari Kalila.

Namanya Pedro. Kalila berkenalan dengannya dan mereka langsung bermain bersama. Mereka bermain dengan Rasti dan Indra juga.

Suatu hari, saat mereka hanya berdua. Tepatnya saat usia Kalila sudah beranjak ke umur 12 tahun, Pedro menyatakan perasaannya. Karena Kalila merasa umurnya masih terbilang muda untuk berpacaran, dia menolak.

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang