Bab 11 - Sang Mantan

377 54 0
                                    

Sang Mantan




"NYARI siapa, Gi?"


Salah satu penghuni kelas X MIA 3 yang duduk di dekat pintu, menyapanya. Yogi hanya melambaikan tangan padanya lalu kepalanya celingukan. Dia mencari Moka di antara puluhan siswa yang sedang bersiap pulang. Ketika matanya sampai ke arah jendela, akhirnya Yogi menemukan cewek itu sedang berdiri dengan sebelah bahu menggendong tas ranselnya. Cewek itu juga tengah memandangnya. Yogi memberi kode dengan tangan supaya Moka menghampirinya. Dia bisa merasakan gerakan beberapa penghuni kelas terhenti saat melihat interaksi antara Yogi dan Moka.


Namun keduanya memilih acuh tak acuh.


Yogi melihat kelopak mata teman semeja Moka melebar. Tatapan cewek berkacamata itu tidak lepas dari punggung Moka yang perlahan menjauh. Begitu juga dengan cewek-cewek lain. Yogi menebak, pasti Moka punya semacam magnet yang membuat setiap gerakannya menarik perhatian orang lain. Tidak hanya cowok, tapi juga cewek. Padahal Moka bukan artis, bukan juga siswi teladan.


Cewek itu cantik. Memang. Pantas saja jika banyak yang berebut ingin dekat dengannya. Yogi setuju dengan dua temannya dan merasa maklum kalau mereka memuja Moka. Jika dibandingkan dengan Rika, pembedanya adalah segala barang yang dipakai Rika merupakan barang mahal dan bermerek. Sementara Moka, tampak tidak peduli merek.


"Apa?"


Sibuk menilai Moka, tiba-tiba saja cewek itu sudah berdiri di depan Yogi. Berjarak hanya satu langkah. Yogi mundur beberapa langkah, menjauh dari pintu kelas Moka supaya pembicaraan mereka tidak jadi tontonan teman-teman sekelas Moka. Dia tidak nyaman.


Moka ikut berjalan mendekat seolah paham.


"Sepulang sekolah lo nggak ada acara kan?"


Moka menggeleng.


"Ikut gue. Kita ke tempat Rika."


Mata Moka mengerjab. "Ngapain?"


"Lo sendiri yang pengin tahu Rika."


"Maksud gue, lewat cerita lo aja cukup, Gi. Bukan berarti lo bawa gue ke Rika. Trus lo mau sekalian kenalin gue ke Rika gitu?"


"Nggak gitu. Gue hapal jadwal Rika. Hari ini dia ke mal, perawatan rambut. Kita bisa nunggu di tea bar depan salonnya, sambil nunggu Rika datang."


"Kalau ternyata dia nggak ke sana?"


"Dia ke sana. Percaya sama gue. Rika udah bikin update kalau dia mau ke salon langganannya."


Moka memutar matanya. Oke, Rika ternyata tipe-tipe cewek eksis yang mengganggap orang lain perlu tahu kegiatannya.


"Sekarang?" tanya Moka.


"Iya. Lo nggak ada acara kan? Lo bawa motor nggak?"


Moka menjawab dengan gelengan lagi. Rumahnya dekat dengan sekolah jadi dia jarang bawa motor. Moka lebih memilih jalan kaki atau biasanya ada cowok yang menawarkan diri mengantarnya pulang. "Tapi gue nggak bawa helm."


"Gue udah siapin helm dobel. Buruan."


Yogi berbalik dan bersiap melangkah duluan. Namun langsung terhenti ketika mendengar sebaris kalimat yang keluar dari bibir Moka.


"Bilang aja lo mau ketemu sama Rika."


Tiba-tiba Moka sudah berjalan mendahului Yogi. "Ayo buruan. Udah nggak sabar mau ketemu Rika, kan?"


Yogi berdiri mematung. Dia memandang tas ransel warna merah bata milik Moka yang menjauh. Moka dengan mudahnya menebak isi hati Yogi.



**

Gold DiggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang