Bab 30 - File yang hilang

374 57 3
                                    

File yang Hilang


“KAMU apain Instagram aku?”
Yogi menatap tajam pada Rika yang duduk di teras kosnya. Cewek itu tengah menguteks kuku-kukunya.
“Aku hapus foto-foto cewek itu,” jawab Rika dengan santai. Dia menoleh. “Kamu baru sadar sekarang? Kupikir kamu udah tau sejak lama dan diam aja.”
“Kapan?”
“Huh? Dua atau tiga hari yang lalu.”
“Kenapa?” Yogi menunduk. Suaranya menjadi lirih, tampak menahan emosi.
“Ngapain pakai tanya sih? Aku nggak suka ada foto cewek itu di HP kamu. Jadi aku hapus semua.”
“Semua?” ulang Yogi.
“Iya, termasuk yang kesimpan di galeri kamu.”
“Kenapa kamu lancang sekali, Ka?” Yogi berteriak. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan kegeramannya. Tadi, setelah dia menyerahkan buku latihan pada Moka, dia ingin mengenang hari-harinya bersama Moka dulu. Apalagi saat Moka memberi respon dingin padanya, rasanya asing. Yogi mengingat bahwa dia punya banyak senyum Moka di ponselnya tapi ketika Yogi mendapati foto-foto itu telah hilang, dia merasakan ada yang kosong di rongga dadanya. Kekosongan itu membawanya pada sebuah amarah yang tidak dia kenali.
“Apa sih, Gi? Kamu bilang aku lancang?”
“Kamu lancang karena udah mengotak-atik HP aku sesuka kamu. Apa yang ada di dalam HP aku itu privasi aku, Ka.”
Rika berdecak. Dia meletakkan kutek di meja dengan keras. “Dulu kamu nggak pernah marah karena hal sepele gini. Sekarang kenapa kamu marah-marah gini hanya karena foto cewek itu sih?” Rika menyerangnya balik.
Yogi bungkam. Pertanyaan Rika membuatnya menyadari sesuatu. Tentang api yang saat ini berkobar di dadanya. Sebuah pemikiran berputaran di otaknya, menambah kecamuk di hatinya. Benar, kenapa dia jadi semarah ini saat Rika menghapus foto Moka? Seolah foto Moka adalah hal berharga yang dia punya dan Rika telah sengaja menghilangkan benda berharga itu.
Dulu Rika juga sering mengotak-atik ponselnya, tapi Yogi tidak pernah semarah ini karena sikap lancang Rika itu. Baru kali ini Yogi memiliki benda pribadi yang tidak ingin orang lain menyentuhnya.
Melihat Yogi yang diam saja, Rika merasa di atas awan. Dia semakin menyudutkan Yogi dan mencecar karena sudah memarahinya. “Coba pikir deh, mana ada seorang pacar yang rela pacarnya nyimpan foto cewek lain?” Rika balas berteriak.
Yogi mendongak. Dia menatap tepat di kedua bola mata Rika. Kedua alisnya bertaut.
“Pacar? Dan siapa yang bilang kalau kita pacaran?”
“Tapi, Gi?”
“Kamu benar, Ka. Aku yang dulu nggak akan marah-marah ketika kamu bertingkah seenaknya. Tapi aku yang sekarang berbeda, Ka.”
“Bentar, Gi. Aku nggak ngerti maksud kamu. Kita balikan… kan?” Nada suara Rika terdengar ragu di akhir kalimatnya.
“Kamu emang pernah bilang pengin balikan sama aku tapi apa aku pernah bilang kalau aku mau? Selama ini aku memang ngerasa ada yang salah.” Senyum tipis terulas di bibir Yogi mengiringi kalimat Yogi selanjutnya. “Terima kasih karena kamu udah menyadarkan aku tentang hal yang salah itu.”
“Gi… kamu ngomong apa sih? Nggak ada yang salah sama kita. Apa kamu lebih memilih cewek matre itu ketimbang aku?”
“Moka memang matre, tapi aku nggak peduli hal itu. Maaf, Ka. Aku nggak bisa menerima kamu lagi. Hatiku udah diisi cewek lain.”
“Gi….” Rika merajuk. Masih belum rela mendengar keputusan Yogi. “Aku udah serius sama kamu. Aku nggak main-main lagi sekarang. Setelah balikan sama kamu, aku benar-benar nggak menjalin hubungan sama cowok lain, Gi. Nggak dengan Baskara atau Fendi.”
Yogi memberi senyuman tipis. Kalau sejak dulu Rika tidak pernah mempermainkannya, pasti saat ini Yogi masih berbahagia ada di samping Rika. Namun sejak bertemu dengan Moka, berada di samping Rika justru membuat Yogi tidak nyaman.
“Aku senang mendengar kamu nggak main-main sama cowok lain lagi. Maaf, Ka. Aku harap kita masih bisa jadi teman.” Yogi menepuk kepala Rika dua kali. Cewek itu masih menunduk dan menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang mau jatuh.

**
Ilham masuk ke kamar Yogi lalu bersandar di daun pintu. Dia menatap Yogi yang sedang sibuk dengan ponselnya.
“Tadi rame kenapa?”
Yogi mengalihkan pandangan ke pintu kamarnya. “Ya gitulah.”
Ilham yang tidak puas dengan jawaban Yogi, masuk dan duduk bersila di samping temannya itu. “Lo ngapain sih?”
Ilham mencuri pandang ke layar ponsel Yogi.
“Gue balikin file yang dihapus Rika,” jawab Yogi.
“File apa?”
“Foto-foto gue sama Moka. Rika hapus semua foto yang ada Moka, di Instagram juga. Untungnya sempat ke-backup.”
“Foto Moka?” Ilham mengernyit. “Rika nggak ngamuk lo balikin foto Moka lagi?”
“Ngapain ngamuk? Tadi gue sama Rika udah selesai,” ucap Yogi dengan mata yang masih terpaku pada layar ponselnya.
Ilham mengambil gitar di kasur Yogi lalu memetiknya. “Oh, ya. Si cantik Moka lama nggak ke sini ya? Kalian berantem?”
Yogi menatap Ilham. “Bentar lagi gue bawa dia ke sini lagi.” Janji Yogi itu lebih diucapkan untuk dia sendiri. Seperti yang dikatakan Yogi pada Rika, hatinya sudah dipenuhi oleh Moka. Entah sejak kapan, dia sudah menyukai Moka dengan kematrean dan pemikiran uniknya. Dia menyukai Moka yang apa adanya.
Kali ini dia tidak mau jadi pecundang untuk kedua kalinya. Tidak akan semudah itu dia membiarkan Moka pergi. Sama seperti saat Rika memutuskannya secara sepihak.
“Done.” Yogi menaruh ponselnya di lantai saat kesibukannya dengan ponsel telah selesai.
“Apanya yang done?” Ilham memandang layar ponsel Yogi yang menampilkan halaman Instagram cowok itu. Seketika dia mengangkat kedua alisnya. “Lo kesambet apa, bro?”
Yogi menjawab dengan kekehan. “Kesambet cewek matre.”
“Good luck, bro!”

**

Maapkeun, saya ngilang lagi karena lagi banyak kerjaan dan butuh cuannnn 🙃😗
Terima kasih yang sudah mau menunggu update-an ~

Gold DiggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang