Prolog

3K 326 78
                                    

Matahari puncak musim panas bersinar semakin terik. Sinarnya yang tak terhalang apa pun membuat Kang Byungra yang bersembunyi di balik kostum hewan membuka  bagian kepalanya. Barang dagangan yang sejak tadi ia jajakan diletakkan di sebuah kursi kayu.

Gadis itu menghela napas kemudian mengipas-ngipas wajahnya sendiri yang sudah banjir keringat dengan tangan. Wajahnya merah seperti terbakar lalu tanpa berpikir dua kali ia mengambil salah satu gelas minuman segar yang dijajakannya. Meneguknya hingga tandas setengah. Meskipun esnya sudah mencair sejak tadi, tetapi rasa sejuk itu masih tersisa.

Menjajakan minuman dingin di pantai saat puncak musim panas memang mendatangkan hasil yang menggiurkan, tetapi perjuangannya pun tidak mudah. Gadis Kang itu harus rela bermandikan keringat hingga seluruh tubuhnya terasa lengket.

Seharusnya kondisi gadis itu tidak akan semengenaskan seperti yang terlihat jika saja ia mengikuti kebiasaan orang kebanyakan. Memakai pakaian tipis atau yang sedikit terbuka. Namun, siapa yang akan tertarik membeli dagangannya jika ia hanya mengenakan celana jin dan kaos oblong? Sementara untuk memakai pakaian minim atau bikini adalah sesuatu yang tidak disukainya. Perlu digarisbawahi, ia menjual minuman segar, bukan menjual penampakan lekuk tubuhnya.

Jadi, ia berusaha menikmati saja kostum hewan itu penghasil keringat itu tanpa mengeluh.

Atensi gadis itu beralih kepada dua pemuda yang sedang berkasak-kusuk di dekat tempat ia duduk. Yang satu bertubuh jangkung dan kurus, wajahnya terlihat imut dan tampan dalam waktu bersamaan. Sementara yang satunya lagi bertubuh lebih pendek dan gempal. Ketika tersenyum  wajahnya terlihat sangat manis.

"Kau yakin akan menghampiri mereka? Kita cari yang sedang duduk sendirian saja," ujar pemuda bertubuh jangkung dengan wajah malas.

Secara tidak sengaja isi percakapan mereka hinggap di ruang dengar Byungra.

"Siapa? Gadis berkostum aneh itu? Apanya yang menarik? Kau saja sana. Aku akan menghampiri dua gadis seksi itu. Senior menyuruh kita meminta tanda tangan sekaligus nomor ponselnya. Lumayan kan dapat kenalan gadis cantik," jawab pemuda bertubuh gempal.

Byungra memicingkan matanya. Menatap sinis ke arah dua pemuda itu. Si pemuda jangkung sempat melirik ke arahnya lalu cepat-cepat mengalihkan tatapannya lagi ketika Byungra melebarkan mata dengan galak. Keinginan pemuda jangkung untuk mendekati Byungra sirna sudah. Dengan terpaksa pemuda itu menyeret langkah mengikuti rekannya tadi.

"Hai!" terdengar pemuda bertubuh gempal tadi menyapa. Memasang wajah dengan senyum menawan semanis mungkin. "Boleh kenalan?"

Dua gadis berpakaian minim itu pun langsung saling berbisik seraya melirik manja ke arah dua pemuda yang menghampiri mereka. Membuat perut Byungra seketika menjadi mulas. Ia pun memutuskan beranjak dari sana. Bermaksud melanjutkan lagi aktivitasnya menjajakan barang dagangan.

Hingga sebuah kalimat yang terasa menggelitik telinganya melayang-layang di udara.

"Hei, bocah tengik! Jangan ganggu gadisku!" teriak seorang pria yang baru saja tiba membawa minuman ringan yang habis dibelinya. Terlihat dari bungkus kertas yang ia bawa.

"Pria itu pacar mereka. Mampus kita!" keluh si pemuda jangkung.

"Ah, tidak, kok," kelit si pemuda bertubuh gempal.

"Tidak salah lagi? Jelas-jelas aku mendengar tadi kau mengajak pacar kami berkenalan," tukas pria yang satunya lagi.

Si pemuda bertubuh gempal tampak meneguk ludahnya asal. Kehabisan akal untuk mencari alasan. Sementara si pemuda jangkung langsung menarik tangan temannya itu untuk menjauh sambil berulang kali merunduk minta maaf kepada dua pria tadi.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Where stories live. Discover now