Pembuktian

538 149 26
                                    

Perdebatan itu sebenarnya masih berlangsung sengit di dalam kepala Byungra. Namun, ia mencoba untuk berdamai kali ini saja. Ingin tahu sejauh apa Jimin penasaran dengannya. Ingin tahu apakah jika keangkuhannya hilang, Jimin akan menjauhinya? Seharusnya begitu jika dugaan Byungra benar jika Jimin mendekatinya hanya karena penasaran.

Untuk pertama kalinya, Byungra menjadi penurut. Ia tidak membantah ketika Jimin berkata akan mengantarnya pulang. Hingga di sanalah mereka saat itu. Duduk bersebelahan di mobil Jimin dalam diam.

"Kenapa tidak ada rencana mencari pendamping hidup?" tanya Jimin memecah keheningan.

Byungra menoleh dan menatap Jimin keheranan. "Maksudmu?"

"Aku sudah baca target-target hidupmu lima tahun mendatang. Semuanya tentang pekerjaan. Apa kau tidak ada keinginan untuk menikah dalam lima tahun ke depan?"

Byungra mengeratkan pegangannya di buku catatan yang sudah Jimin kembalikan. Seolah merasa tidak rela jika hal privasi mengenai dirinya diketahui oleh orang lain.

"Bukan urusanmu!" tukas Byungra tidak suka dengan pembahasan itu. Namun, lain halnya dengan Jimin. Pria itu sudah terlanjur penasaran.

"Jika kau tidak ingin terikat, kita bisa memulainya dengan menjadi teman dekat. Sekaligus membuktikan bahwa dugaanmu tadi benar atau tidak."

"Dugaanku yang mana?" tanya Byungra ragu.

"Dugaan jika rasa penasaranku terjawab, maka dirimu tidak menarik lagi di mataku. Aku sungguh ingin membuktikannya," ujar Jimin sungguh-sungguh.

Byungra sudah memikirkannya selama mereka menikmati makan malam tadi. Meskipun masih ada penyangkalan-penyangkalan dari akal sehatnya, tetapi Byungra lebih memilih untuk mengalah. Ia sudah lelah. Ingin segera lepas dari jerat rasa penasaran pria Yoon di sebelahnya itu.

"Buktikanlah. Aku tidak sabar menanti kau bosan padaku dan meninggalkanku," ujar Byungra dengan tak acuh.

Jimin sempat terkejut, tetapi ia bisa memaklumi karena untuk sampai ke titik ini pun usahanya tidaklah mudah. Jadi, Jimin akan memulainya dengan rasa bersyukur terlebih dahulu karena bisa sedekat dengan Byungra seperti sekarang.

"Untuk membuktikannya, aku perlu beberapa kesepakatan agar semuanya terasa lebih mudah."

"Tidak perlu kesepakatan. Kau hanya tinggal bertanya apa yang ingin kau ketahui dariku, maka aku akan menjawabnya. Kita akan selesaikan malam ini juga," jawab Byungra dengan tegas.

Susah sekali dinding gadis ini ditembus, pikir Jimin. Sangat berkebalikan dengan sahabatnya yang gampang sekali dikerjai dan diintimidasi. Sehingga Jimin harus kembali memutar otak. Dengan apa ia bisa mengikat Byungra? Jelas ia tak akan melepaskan gadis itu yang sudah menyerahkan diri malam ini.

Baiklah, Jimin akan memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Ia akan berusaha mengikuti permainan gadis itu lalu mencari celah untuk mengikatnya. Yang terpenting Jimin bisa bersama dengannya lebih lama.

"Kenapa kau begitu membenciku? Apa aku pernah punya kesalahan padamu di masa lalu?" Jimin memulai pertanyaannya. Ia ingin tahu apakah Byungra masih ingat kalau mereka pernah bertemu sebelum ini. Apakah hal itu yang membuatnya gadis itu membencinya?

"Aku sudah pernah mengatakannya padamu, Tuan Yoon. Kau menyebalkan sejak awal. Otakmu mesum dan bicaramu terlalu vulgar. Itu kesan pertama yang buruk bagiku."

"Apa benar-benar tidak termaafkan? Aku serius ingin kau bisa melupakan apa yang aku katakan," pinta Jimin.

"Baiklah, asal kau tidak mengulanginya lagi," jawab Byungra seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Membiarkan buku catatannya tergeletak begitu saja di atas pangkuan.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang