Ketahuan

552 141 52
                                    

Byungra menghempaskan tangan Jimin dengan kuat hingga tubuh pria itu agak tersentak. Rasanya percuma jika terus meladeni pria yang kebal terhadap rasa malu itu. Byungra terus melangkah pergi meninggalkan Jimin yang masih terpaku di tempatnya.

Untuk kesekian kalinya Jimin menghela napas. Namun, kali ini ia tidak mengejar. Ia yakin gadis itu akan kembali. Benar saja dalam hitungan detik gadis itu kembali karena teringat kantor Im Daily belum ia kunci. Sudah menjadi kebiasaan di sana, siapa yang terakhir meninggalkan kantor, dialah yang harus menguncinya. Begitu juga sebaliknya, siapa yang lebih dulu datang, maka dialah yang membukanya. Masing-masing dari mereka sudah diberi kunci duplikat.

Melihat Jimin masih betah duduk di dalam, membuat Byungra mendengus kesal.

"Keluar!" perintah Byungra kepada Jimin.

"Tidak mau! Pembicaraan kita belum selesai," sungut Jimin seraya melipat tangannya di depan dada.

"Kuhitung sampai tiga. Satu ...."

"Kemarilah. Kita bicarakan semua baik-baik."

"Dua ...."

"Akan lebih nyaman dan santai jika kau mau duduk di pangkuanku."

"Tiga ...."

"Ayolah, hanya tinggal kita berdua di sini. Bukankah ini kesempatan ba---"

Belum sempat Jimin menyelesaikan kalimatnya, Byungra sudah menutup pintu depan Im Daily lalu menguncinya rapat-rapat. Usai melakukan semuanya, Byungra menatap Jimin seraya tersenyum simpul. Apa pria itu pikir Byungra tidak berani melakukannya?

"Hei, buka pintunya!" teriak Jimin dari dalam seraya memukul-mukul pintu kaca itu dengan tidak sabaran. Teriakan itu terdengar seperti gumaman tidak jelas yang samar di telinga Byungra.

"Kang Byungra! Kalau kau tidak mau buka pintunya aku bersumpah akan menjadikanmu istriku!" teriak Jimin lebih kuat dari sebelumnya. Kali ini teriakannya terdengar jelas di telinga Byungra.

"Berisik!" balas Byungra tanpa suara, tetapi ia menggerakkan bibirnya dengan sangat jelas sehingga Jimin bisa mengerti ucapan itu.

"Aku serius. Aku akan membuatmu mendesahkan namaku setiap malam. Aku tidak main-main dengan perkataanku!"

"Diam!" Byungra ikut berteriak kali ini.

"Buka dulu pintunya baru aku akan diam." Jimin berteriak lagi.

Byungra tidak benar-benar ingin mengunci Jimin sebenarnya. Hanya ingin mengancam pria itu agar tidak berbuat seenaknya. Namun, yang terjadi selanjutnya jauh dari ekspektasi Byungra. Pria itu telah berubah menjadi dirinya yang dulu bersama omongan kotor yang keluar dari mulutnya.

"Kau tega membiarkan belahan jiwamu ini terkurung di sana seorang diri? Nanti kalau aku digoda oleh hantu cantik bagaimana?" gerutu Jimin ketika ia berhasil keluar dan menatap punggung Byungra yang sedang menutup pintu.

"Justru bagus. Sekalian saja kau dibawa olehnya ke alam baka," tukas Byungra kesal.

"Astaga, kau menginginkan aku mati? Membiarkan dirimu menjadi janda bahkan sebelum kita menikah? Setega itu dirimu?" keluh Jimin dengan nada yang dibuat-buat.

"Bisa tidak sih kau berhenti mengoceh? Ocehanmu tidak ada manfaatnya sama sekali," protes Byungra seraya melemparkan tatapan sinisnya pada Jimin. Pria itu justru tersenyum semakin manis. Membuat Byungra merasa kebat-kebit sendiri. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Jimin.

"Rindu dengan tatapan sinismu itu." Jimin berkata ketika ia sudah berhasil menyejajari langkah Byungra.

"Aku sudah memutuskan. Aku akan tetap menjadi Jimin yang dulu. Aku tidak akan berubah karena itu daya tarikku."

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Where stories live. Discover now