Fakta Masa Lalu

507 137 56
                                    

"Jadi, kedua orang tuaku sudah meninggal? Mereka bukannya menelantarkan aku di panti asuhan?" tanya Byungra dengan raut kesedihan juga penyesalan. Ia menyesal karena sempat berburuk sangka kepada mereka.

"Kalian menjadi korban tabrak lari. Pelakunya sedang mabuk ketika menabrak kalian dengan mobil angkutan barang yang dikendarainya. Satu-satunya identitas yang bisa kutemukan adalah foto yang ada bersamamu ini. Kami sudah menyiarkan ke seluruh pelosok Gangwon agar ada salah satu kerabat yang mengambilmu untuk dibawa pulang ketika kau sudah sembuh dari masa pemulihan. Tetapi, tidak ada satu pun yang datang baik itu ke kantor polisi yang melaporkan bahwa ada anggota keluarganya yang hilang atau pun ke rumah sakit untuk membawamu pulang. Kau pun tidak ingat apa pun. Jadi, kami memutuskan untuk membawamu ke panti asuhan." Nyonya Won melanjutkan penjelasannya.

Byungra terdiam. Ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Mungkin memang kedua orang tuanya tidak punya kerabat lagi atau jika pun punya, mereka malas berurusan dengan polisi dan tagihan rumah sakit. Siapa yang bisa menyalahkan  dalam posisi seperti itu? Jika mereka tidak punya uang untuk membayar biaya pengobatan Byungra, bahkan merawatnya sampai besar, ia tidak bisa menyalahkan siapa pun.

"Lalu bagaimana aku bisa keluar dari rumah sakit? Apa dinas sosial atau pemerintah yang membayarnya?" tanya Byungra lirih. Ia berpikir tidak mungkin pihak panti yang membayarnya.

"Untungnya ada orang baik hati yang mau membayar semua biaya pengobatanmu di rumah sakit." Nyonya Won berkata lagi.

"Siapa orang itu?" tanya Byungra penasaran. Tentu saja ia harus berterima kasih.

"Sepasang suami istri yang mengaku sebagai orang tua dari penabrak kau dan orang tuamu."

Byungra kembali terdiam. Kini hatinya bimbang antara ingin berterima kasih atau merasa marah. Meskipun mereka sudah menunjukkan niat baik, tetapi tetap saja perbuatan anak mereka sudah merenggut dunianya yang seharusnya dipenuhi oleh kebahagiaan.

Karena perbuatan ceroboh anak mereka yang mengendarai mobil dalam kondisi mabuk, Byungra harus kehilangan hampir separuh hidupnya. Nyaris kehilangan segalanya. Rasanya kebaikan apa pun yang mereka lakukan tidak akan bisa membayar semuanya. Tidak akan bisa mengembalikan kehidupan Byungra seperti sedia kala.

"Yang aku dengar dari kasus tabrak lari itu, pelakunya mendapat hukuman lima belas tahun penjara karena terbukti dengan sengaja mengemudi dalam kondisi mabuk hingga menghilangkan nyawa orang lain."

Penjelasan Nyonya Won selanjutnya terdengar bagai dengungan nyamuk di telinga Byungra. Gadis itu tidak lagi terlalu fokus memperhatikan. Isi hati dan pikirannya sudah dipenuhi oleh berbagai macam kemarahan. Kemarahan pada nasibnya yang begitu menyedihkan.

Sekuat dan sebaik apa pun hati Byungra, ia tetaplah manusia biasa yang ingin hidup normal dan bahagia seperti orang pada umumnya. Ia merasa semua yang terjadi kepada dirinya sangat tidak adil.

Selebihnya Jimin yang mengambil alih pembicaraan setelah melihat Byungra hanya terdiam. Pria itu mendengarkan dengan baik setiap perkataan Nyonya Won agar nanti ia bisa menceritakannya kembali kepada Byungra. Ia tahu gadis itu sedang terguncang.

Setelah lama mengobrol, mereka pamit undur diri. Tidak lupa menyerahkan hadiah yang sudah mereka persiapkan sebelumnya untuk Nyonya Won sebagai kenang-kenangan dan ucapan terima kasih dari Byungra karena dulu sudah mau menolongnya.

Matahari sudah semakin condong ke arah barat ketika mereka pergi meninggalkan pelataran panti jompo tempat Nyonya Won tinggal. Mereka pergi membawa perasaan yang campur aduk. Byungra masih terdiam sembari menempelkan kepalanya di kaca jendela mobil Jimin. Sementara Jimin sengaja membiarkan Byungra asyik dengan pikirannya sendiri.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon