Pupus

407 128 76
                                    

Jimin menekan bel pintu itu berkali-kali tanpa jeda. Hatinya sudah diliputi oleh kemarahan, sedangkan isi otaknya sudah berantakan. Tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Begitu mendapat penolakan sedemikian rupa dari Byungra, Jimin langsung menghubungi Jihye untuk menanyakan di mana keberadaannya. Ia ingin menuntut penjelasan kepada gadis itu.

Kenapa video itu bisa sampai ada dan tanpa berbicara dulu dengannya memberitahu Byungra soal video itu. Bagi Jimin perbuatan Jihye itu sangat lancang. Di sanalah ia malam itu. Berdiri di depan rumah sederhana keluarga Park karena Jihye bilang untuk sementara waktu akan tinggal bersama ibunya.

Jimin tidak peduli lagi hari sudah semakin gelap. Tidak peduli lagi pada keberadaan Nyonya Park. Tidak peduli lagi ia akan dianggap sebagai orang yang tidak punya sopan santun. Ia sudah terlalu marah hingga rasanya darah sudah mendidih sampai ubun-ubun.

"Jimin?" sapa Nyonya Park ketika membuka pintu.

"Di mana Jihye?" tanya Jimin tanpa berbasa-basi lagi.

"Sedang beristirahat di kamarnya. Kebetulan kau datang. Kita perlu bicara soal pesan yang kukirimkan tempo hari." Nyonya Park mempersilakan Jimin untuk masuk kemudian menutup pintu.

"Maafkan aku, Bi. Tanpa mengurangi rasa hormatku padamu, bisakah aku berbicara dengan Jihye dulu sebelum kita bicara? Aku ingin meluruskan sesuatu dengannya," pinta Jimin yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Jihye.

"Kalau begitu ke kamarnya saja. Ada di sebelah tangga. Untuk sementara ia menempati kamar tamu karena tidak mungkin naik ke lantai dua. Kata dokter kandungannya masih lemah."

"Bisakah Bibi memintanya untuk keluar? Aku ingin bicara dengannya di tempat terbuka agar tidak muncul lagi fitnah," usul Jimin.

"Kau masih bisa berbicara soal fitnah setelah semua hal yang kau lakukan kepadanya?" tanya Nyonya Park dengan wajah kecewa. Tadinya ia berpikir Jimin adalah pria baik yang bertanggung jawab. Nyatanya setelah mendapat apa yang diinginkan semua pria akan berubah seperti itu. Seolah menyalahkan pihak wanita.

"Tolong, Bi. Aku ingin bicara dengan Jihye untuk meluruskan masalah ini. Bibi juga bisa mendengarkan obrolan kami tanpa ikut campur agar semua anggapan yang selama ini Bibi rasakan terhadapku bisa diluruskan." Jimin berkata tegas.

Nyonya Park pun beranjak untuk memanggil putrinya. Beberapa saat kemudian ia keluar bersama Jihye. Setelah putrinya sudah duduk di hadapan Jimin, barulah ia pamit untuk membuatkan minuman. Namun, Jimin segera mencegahnya. Ia meminta wanita itu untuk duduk di sana bersama mereka.

Setelah kedua ibu dan anak itu duduk bersebelahan di sofa, Jimin mengeluarkan ponselnya dan memutar video yang tempo hari Nyonya Park kirimkan kepadanya.

"Bisa kau jelaskan apa maksud video ini, Ji?" tanya Jimin seraya memperlihatkan layar ponselnya ke arah Jihye. Seketika mata gadis itu melebar. Ia terlihat syok seperti tidak mengira jika Jimin memiliki video itu.

"Darimana kau ...."

"Tidak perlu tahu dari mana aku dapat video ini. Yang aku ingin tahu, kenapa kau melakukannya? Kenapa kau merekam semuanya? Apa maksud dan tujuanmu melakukannya? Kenapa, Ji? Kau tahu kan malam itu aku sedang mabuk. Kenapa kau kembali lagi ke kamarku ketika Taehyung sudah pergi dan melakukan semuanya. Kau ingin berusaha menjebakku?" tuduh Jimin bertubi-tubi dengan tatapan nanar.

Tanpa seorang pun tahu, Nyonya Park terlihat gelisah dalam duduknya. Beberapa kali wanita itu membenahi posisi duduknya sambil sesekali meremat tangannya sendiri. Ia tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Ia pikir tadinya mereka melakukan itu dengan kondisi suka sama suka. Namun, apa yang baru saja Jimin katakan tadi begitu mengejutkannya.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang