Tragedi Ruang VIP

555 146 93
                                    

Suara hingar bingar musik yang ada di dalam bar itu sungguh memekakkan telinga. Sesekali Byungra mengusap tengkuknya gelisah. Jujur saja kondisi tempat itu yang remang-remang dengan gemerlap lampu sungguh membuatnya tidak nyaman. Seumur hidup ia belum pernah menginjakkan kaki di tempat seperti itu.

Banyak berpasang mata lelaki yang sejak tadi terasa menguliti tubuhnya. Padahal saat itu Byungra mengenakan mantel panjang. Dengan refleks ia pun merapatkan mantelnya itu ketika netranya bertemu tatap dengan seorang pria dengan senyum mesum di ujung ruangan sana.

Beruntung karyawan bar yang tadi menyuruhnya untuk duduk di sofa itu datang kembali. Ia mengajak Byungra ke sebuah ruangan VIP yang ada di sudut utara tempat itu. Suasananya tidak kalah remang, tetapi setidaknya bunyi dentuman musik dari luar agak teredam di ruangan itu.

Seorang pria sedang duduk di soda sembari menghisap cerutunya. Persis seperti yang Byungra lihat tadi malam. Ekspresi wajahnya, terutama tatapan matanya sungguh membuat Byungra kesal.

Byungra celingukan ke seluruh sudut ruangan ketika karyawan yang mengantarnya sudah pergi. Bukankah seharusnya Jimin berada di sana? Namun, kenapa hanya ada dirinya dan pria cabul itu di ruangan ini? Byungra keheranan sendiri dan seketika rasa takut itu mulai menyergap dirinya.

"Sudah siap bersenang-senang denganku, Sayang?" ujar pria itu dengan senyum menyeringai.

Mendengar kata sayang keluar dari mulut kotor pria itu, membuat isi perut Byungra terasa bergejolak. Rasanya bahkan berkali lipat membuat mual ketimbang saat mendengar Jimin mengeluarkan gombalannya.

"Bersenang-senang kepalamu! Katakan di mana temanku?" tukas Byungra dengan tatapan sengit. Berusaha keras menepikan semua rasa takutnya. Di saat seperti itu tidak ada yang boleh tahu bahwa Byungra sedang takut atau nyalinya akan semakin menciut.

"Temanmu?" tanya pria itu langsung tertawa terbahak-bahak. "Teman priamu yang semalam itu? Dia sudah merelakanmu untukku, ya? Buktinya dia membiarkanmu datang menemuiku seorang diri."

"Cepat katakan di mana dia? Tadi dia bilang akan menemuimu?" tanya Byungra mulai agak panik. Bagaimana bisa Jimin tidak berada di sana sementara dirinya seperti sudah mengumpankan diri begitu? Bagaimana jika Jimin tidak benar-benar datang? Berbagai macam pikiran buruk itu mulai berdatangan dalam kepala Byungra.

"Menemuiku?" tanya pria itu seraya meletakkan cerutunya di asbak kemudian bangkit dan berjalan menghampiri Byungra dengan mata penuh kilatan mesum. Sudah sejak semalam ia membayangkan betapa nikmatnya bersenang-senang dengan gadis Kang itu. Membayangkan bibir mungilnya ia sesapi sampai membengkak lalu membuat gadis itu mengerang penuh kenikmatan di bawah kungkungannya.

"Hanya kau yang menemuiku sekarang ini. Bagaimana? Kau sudah siap kubawa terbang ke langit kenikmatan, hm?" Jarak mereka semakin dekat hingga Byungra mulai terdesak ke dinding.

Hati Byungra kalut. Ke mana sebenarnya Jimin pergi? Kenapa pria itu tidak ada di sini? Lalu sekarang ini bagaimana nasibnya? Bagaimana caranya Byungra melepaskan diri dari pria mesum di hadapannya ini.

"Aku sudah bawa uangnya," ujar Byungra gugup. Sebenarnya ia hanya punya separuhnya. Jimin bilang akan menyelesaikannya sehingga ia belum sempat mencari sisanya lagi. Namun, yang terjadi justru Jimin pergi entah ke mana. Byungra tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya pergi dari tempat itu.

"Bagaimana kalau aku berubah pikiran, Nona?" Pria itu tersenyum menyeringai.

"Maksudmu?" tanya Byungra dengan tatap waspada.

"Setiap pinjaman harus ada bunga. Utang Kang Woojin sepuluh juta, lalu bagaimana dengan bunganya?" Pria itu berkata lembut seraya mengurung tubuh Byungra dengan satu tangannya yang ia sandarkan ke dinding.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang