Restu

465 143 40
                                    

"Maaf, Tuan. Apa yang kau lakukan di rumahku?"

Pria yang bagian bawah wajahnya tertutup masker dan bagian atasnya tertutup topi itu sedikit berjengit kaget saat mendengar kalimat Byungra. Gelagatnya benar-benar mencurigakan. Seperti terciduk berbuat sesuatu yang tidak benar.

"Aku hanya ingin memastikan apakah ada orang di rumah karena pintu pagarnya terbuka," jawab pria itu dengan gugup sembari menundukkan wajahnya. Presensi wajahnya semakin tidak terlihat.

Byungra masih mengamati pria itu. Berusaha mencari tahu apakah pria itu berbohong atau tidak.

"Kau pegawai baru?" tanya Byungra setelah mengamati perawakan pria itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Ya. Aku baru diterima bekerja kemarin."

Byungra mulai paham sekarang. Karyawan baru rupanya. Setahunya karyawan yang lama tidak pernah sepeduli itu apakah rumah berpenghuni atau tidak jika pintu gerbangnya terbuka. Satu hal yang ia pedulikan hanya menjalankan tugasnya sesegera mungkin agar bisa kembali ke rumah lebih awal.

"Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku agak terganggu jika ada orang asing yang berkeliaran di rumahku tanpa maksud yang jelas." Byungra berkata tegas. Ketakutannya itu bukan tanpa alasan. Pasalnya ia tinggal seorang diri di lingkungan rumah yang penghuninya tersekat pagar dan pekarangan. Lain halnya jika ia tinggal di apartemen atau perumahan elit yang sistem keamanannya sangat bagus.

"Maaf kalau begitu. Permisi," pamit pria itu yang langsung pergi begitu saja. Membuat Byungra semakin curiga.

Usai mobil pengangkut sampah itu pergi, ia segera memunguti barang-barangnya yang sempat tertinggal di luar pagar. Kemudian secepat mungkin masuk ke rumah. Mencari gembok cadangan untuk mengganti gembok pintu gerbangnya yang sudah rusak. Sepertinya besok ia harus mengganti gembok dengan yang lebih canggih. Gembok berkode angka kalau perlu.

Sesampainya di dalam rumah dan mengunci pintu juga memastikan semua jendela terkunci rapat, Byungra segera menghubungi layanan kebersihan distrik untuk menanyakan perihal karyawan baru tadi. Jika perlu meminta mereka menegur si karyawan baru yang cukup meresahkan. Siapa yang bisa menjamin kalau pria itu bukan penguntit atau maniak yang sedang mencari mangsa.

"Iya, aku tahu dia sedang melaksanakan tugasnya. Tetapi, ketika aku menemukannya dia sedang berusaha membuka pintu rumahku. Kurasa itu perbuatan yang kurang sopan," tegas Byungra ketika ia sedang menghubunhi pihak layanan kebersihan distrik.

"Baiklah, akan segera kami proses aduan Anda. Terima kasih sudah mengirimkan keluhan Anda kepada kami."

Usai sambungan telepon itu terputus, Byungra menghempaskan dirinya ke tempat tidur. Sepanjang ia tinggal seorang diri sejak kakek dan nenek meninggal, Byungra belum pernah merasa segelisah ini. Selama ini pun ia belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Lingkungan rumahnya aman-aman saja.

Apa ia harus menghubungi Yeonha dan meminta gadis itu untuk tinggal bersamanya? Ah, tidak. Byungra tidak sepenakut itu. Lagipula, jika memang ada orang jahat yang sedang mengintai rumahnya, bukankah akan sangat berbahaya jika Yeonha ikut menjadi korban?

Byungra menghela napasnya dengan berat. Jika saja bukan karena wasiat kakek dan nenek yang memintanya untuk menjaga rumah peninggalan mereka ini, sudah sejak lama Byungra pindah ke sebuah flat yang lebih kecil, yang tetangga kanan kirinya begitu dekat sehingga jika terjadi sesuatu ia tinggal berteriak minta tolong.

Di tengah rasa cemas yang sedang menyelimuti jiwanya, ponsel Byungra bergetar. Gadis itu tentunya berjengit kaget. Sebuah pesan masuk. Matanya terbeliak ketika tahu siapa pengirimnya. Suasana hatinya semakin buruk saja ketika membuka dan membaca isi pesannya.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang