Keliling Chuncheon

503 139 60
                                    

Sepanjang perjalanan Jimin terus saja mengomel. Ia tidak menyangka jika tujuan Byungra adalah ke Gangwon. Ia pikir hanya ke sekitar Kota Seoul atau paling jauh ke Gyeonggi. Lalu tempo hari Byungra bersikeras untuk pergi sendiri. Bahkan sebelum berangkat tadi Byungra sempat menolak untuk diantar olehnya hanya karena sejak semalam ia melihat Jimin membawa banyak pekerjaannya pulang.

Ia bilang ia bisa pergi sendiri naik bus, tetapi Jimin bersikeras akan mengantar dan bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya di sela-sela perjalanan mereka nanti. Jimin jadi kesal sendiri dengan sifat keras kepala Byungra yang satu itu.

Sementara Byungra hanya terdiam sejak tadi. Jimin jika marah cukup menyeramkan juga. Ia jadi lebih banyak bicara membuat kepala Byungra pusing. Untuk mengalihkan pikirannya Byungra sibuk mengecek daftar panti jompo yang akan mereka datangi.

"Dan kau tidak bilang kita akan berkeliling Chuncheon untuk mencari belasan tempat. Kupikir kau sudah mengantongi alamatnya dengan pasti. Untung aku sudah meminta laporan dari semua divisi sehingga hari ini aku hanya tinggal membuat laporan." Jimin masih menggerutu kesal ketika melihat daftar tempat yang sedang diperhatikan Byungra.

"Kubilang kan aku bisa pergi sendiri. Kau tidak perlu mengantar karena aku sudah memperhitungkan semuanya," gerutu Byungra dengan suara lirih, tetapi masih bisa didengar oleh telinga Jimin.

"Pergi sejauh ini ingin sendiri?" pekik Jimin lagi. "Membiarkan aku tidak bisa berkonsentrasi melakukan apa pun? Wah, sungguh terlalu kau ini pada kekasihmu sendiri."

Byungra pusing, jadi diraihnya kedua sisi wajah Jimin dengan kedua tangan. Secepat kilat gadis itu mendaratkan sebuah kecupan manis. Hampir saja mobil yang Jimin kendarai menjadi oleng. Untungnya pria itu masih bisa mengendalikan dirinya.

"Kau berisik sekali," gumam Byungra yang langsung mengembalikan atensinya ke daftar tempat yang sebelumnya sedang ia lihat. Menyiapkan ponsel untuk menyalakan GPS.

"Manis sekali sih," ujar Jimin seraya mengulum senyum senang. Tangan kirinya yang bebas ia gunakan untuk mengusap kepala Byungra dengan gemas.

Nyatanya perbuatan Byungra berhasil membungkam mulut Jimin untuk sementara waktu. Pria itu tidak lagi mengomel. Ia menyalakan GPS mobil dan meraih ponsel Byungra agar atensi gadis itu kembali padanya.

"Kenapa diambil?" tanya Byungra keheranan.

"Sudah ada GPS mobil, Sayang. Berhentilah memperhatikan ponsel. Kau hanya perlu memperhatikan aku."

Byungra menghela napasnya. Mode manja Jimin sedang kumat. Masih agak risi, tetapi Byungra berusaha untuk beradaptasi karena bagaimana pun juga, seperti itulah Jimin. Bukankah ia harus menerima pria itu apa adanya seperti Jimin menerima dirinya apa adanya.

Dengan sedikit malu, Byungra meraih tangan Jimin yang tidak memegang kemudi. Digenggamnya tangan itu lalu ia letakkan di atas pangkuannya. Beberapa kali ia membolak-balik genggaman tangan mereka.

"Kenapa? Tanganku lebih besar daripada milikmu, ya?" tanya Jimin seraya tersenyum bangga.

"Memangnya kenapa?" tanya Byungra keheranan. Ia berpikir itu hal biasa. Bukankah pria memang diciptakan untuk melindungi wanita? Tentu fisik mereka dibuat sedemikian rupa oleh Sang Pencipta untuk memenuhi fungsinya.

"Taehyung sering mengejekku. Katanya tanganku terlalu imut. Setidaknya aku bisa bangga sekarang karena tanganku lebih besar dari tangan kekasihku. Jadi, aku bisa membuatnya merasa terlindungi." Jimin menjawab seraya menggenggam balik tangan Byungra dan meraih kedua tangan mereka ke atas pangkuannya.

"Hanya soal tangan, kenapa bisa sebangga itu?" Byungra masih tidak mengerti.

"Sudahlah. Kau tidak perlu mengerti. Kau hanya perlu menikmati kenyamanan dari tanganku ini." Jimin menoleh kepada Byungra lalu tersenyum. "Sekarang, coba masukkan alamat yang akan kita tuju untuk pertama kali."

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Where stories live. Discover now