Kesalahan Besar

450 131 99
                                    

Sepanjang perjalanan dari rumah sakit ke arah gedung flat Byungra, mereka hanya saling diam. Jimin sibuk memikirkan obrolannya dengan Jihye tadi, sementara Byungra sibuk memikirkan kenapa Jimin jadi sedikit berubah sejak ia mengobrol hanya berdua dengan Jihye.

Ketika Jihye mengandaikan jika pria itu adalah dirinya, Jimin sempat syok dan tidak percaya. Bagaimana mungkin mereka melakukannya sementara ia tidak ingat apa-apa. Lalu bagaimana nasib hubungannya dengan Byungra jika semua itu benar terjadi? Otak Jimin sempat kosong selama beberapa saat.

Untungnya kalimat Jihye selanjutnya sanggup menyadarkan Jimin.

"Hanya seandainya. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Jihye.

Jimin terdiam. Ia tak mampu menjawab. Jika benar ia yang melakukannya, ia pun tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak mungkin meninggalkan Byungra untuk bertanggung jawab kepada Jihye. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan Jihye menanggungnya sendirian. Raut wajah Jimin berubah. Ia seperti seseorang yang sedang menanggung beban saat itu.

"Aku tidak tahu," seloroh Jimin tanpa sadar.

Jihye tersenyum masam. Sudah menduga jawaban Jimin akan seperti itu sejak awal. Mana mungkin Jimin meninggalkan Byungra demi dirinya walaupun alasannya segenting itu. Usai menghela napas Jihye menatap wajah Jimin yang terlihat kebingungan. Rasanya tidak sanggup melihat pria yang dicintainya itu bersedih. Maka Jihye sudah memutuskan untuk tidak melibatkan Jimin ke dalam masalahnya. Biarlah ia yang menanggungnya sendirian.

"Sudahlah, Jim. Ini urusanku. Kau tak perlu tahu siapa orangnya. Aku yang akan menyelesaikan urusanku sendiri."

Kalimat terakhir Jihye itu awalnya membuat Jimin sedikit lega. Pikiran-pikiran buruk yang sempat berseliweran di kepala jadi menghilang. Namun, ketika ia meninggalkan rumah sakit bersama Byungra, entah kenapa Jimin jadi merasa gelisah.

Ekspresi wajah Jihye juga kata-kata gadis itu yang sebelumnya kembali terngiang dalam kepala.

"Bagaimana jika orang itu adalah dirimu?"

Seketika ingatannya melayang pada kejadian hari itu. Hari ketika ia mabuk dan Jihye mengantarnya pulang. Jimin teringat kembali bagaimana kondisinya ketika terbangun di pagi hari. Kondisi tanpa baju atasan dengan celana melorot hingga lutut. Entah untuk alasan apa ia masih merasa janggal dengan kondisinya pagi itu walaupun Taehyung sudah pernah mengatakan jika Jihye meninggalkan apartemen Jimin bersamanya.

Mungkinkah mereka melakukannya? Namun, kapan dan bagaimana? Jantung Jimin berdegup sangat kencang setiap kali membayangkan apa yang ia lakukan. Pasalnya ia juga menemukan ada sisa-sisa cairan yang mengering di bagian celana dalam miliknya. Tadinya ia berpikir itu karena bawaan mimpi. Namun, kata-kata Jihye tadi sungguh mengusiknya.

"Apa yang kalian bicarakan tadi?" tanya Byungra membuka keheningan setelah mereka berhasil melewati lebih dari separuh perjalanan dalam diam.

"Sebuah hal penting," jawab Jimin seadanya. Pikirannya sedang kacau. Sepertinya ia harus menemui Taehyung setelah ini untuk bertanya lagi. Sahabatnya itulah saksi kunci dari semuanya.

"Oh." Byungra pun menanggapi seadanya. Gadis itu kembali terdiam dengan berbagai pikiran di dalam kepala.

Jimin sepertinya sudah tidak menaruh minat lagi kepadanya. Kini Jihye jauh lebih menyita perhatiannya. Byungra kesal dan cemburu. Ke mana Jimin yang dulu selalu mengejar-ngejar dan memperhatikannya?

"Kau marah, Sayang?" tanya Jimin seraya mengelus pipi Byungra dengan sayang. Ia sadar sudah membuat gadisnya itu khawatir. Maka Jimin pun berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran buruk di dalam kepalanya mengenai Jihye.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Where stories live. Discover now