Kejutan

453 136 25
                                    

Sudah hampir satu jam Byungra berada di kamar Jimin. Sementara Taehyung belum ada tanda-tanda akan meninggalkan tempat itu. Sejujurnya Byungra mulai bosan. Sejak tadi ia tidak melakukan apa pun. Hanya duduk di salah satu sudut ruangan, bersila di lantai dengan punggung menyandar ke dinding. Tidak berani melakukan atau menyentuh apa pun.

Sesekali ia memeriksa ponselnya. Melihat apakah ada balasan pesan untuknya. Saat di kantor kepolisian tadi, ia sudah mengirim pesan ke nomor milik Kang Woojin yang pihak kepolisian dapatkan dari dinas kebersihan distrik. Hingga saat itu, Kang Woojin belum juga membalasnya. Padahal Byungra memintanya untuk bertemu dan membicarakan masalah yang harus mereka selesaikan.

Meskipun sebenarnya Byungra sendiri masih belum tahu akan memulai pembicaraan mereka dari mana, tetapi setidaknya mereka memang harus bertemu. Ia ingin tahu kenapa kakek dan nenek membohonginya. Siapa tahu saja Kang Woojin itu tahu jawabannya.

Waktu terus bergulir, sementara Byungra sudah di ambang batas kesabarannya. Ia berdiri. Memutuskan untuk berkeliling kamar itu. Hanya melihat, ia tidak akan menyentuh apa pun.

Pemandangan pertama yang menarik atensinya adalah sebuah foto berbingkai yang ada di atas nakas tepi tempat tidur Jimin. Byungra mendekatinya dan menemukan empat wajah yang sedang tersenyum bahagia. Itu foto Jimin dan keluarganya. Keluarga yang bahagia, pikir Byungra. Sungguh beruntung mereka memiliki keluarga yang utuh.

Tiba-tiba hati Byungra dilanda kesedihan yang luar biasa ketika mengingat nasib hidupnya sendiri. Hidup sebatang kara. Dipungut oleh keluarga yang begitu baik, tetapi dibohongi entah atas tujuan apa. Semuanya masih terasa abu-abu baginya.

Atensinya kemudian teralihkan oleh secarik kertas yang ada di bawah bingkai foto. Bagian kertasnya terlihat separuh, sementara separuhnya lagi tertutup bingkai. Perlahan Byungra meraih kertas itu karena ia merasa begitu mengenali coretan di atasnya. Bukankah itu tanda tangannya? Dari mana Jimin mendapatkan tanda tangannya itu?

Belum lagi rasa keheranannya hilang, Byungra dikagetkan oleh bunyi pintu kamar yang terbuka. Jimin muncul di sana. Rupanya pembicaraannya dengan Taehyung sudah selesai tanpa Byungra sadari.

"Maaf menunggu lama. Banyak hal yang harus kami bahas," ujar Jimin seraya mendekat ke arah Byungra.

"Aku mengerti." Byungra menanggapi seadanya. Dengan gugup ia meletakkan kembali kertas yang sedang dipegangnya ke atas nakas, tetapi gerakannya itu terlihat oleh Jimin. Pria itu langsung menatap wajah Byungra dan kertas itu bergantian.

"Kau menemukannya?" tanya Jimin penasaran.

"Maaf, aku tidak bermaksud lancang dengan menyentuh barang yang ada di kamar ini." Byungra berkata dengan wajah penuh penyesalan. Ia takut Jimin memiliki kesan buruk kepada dirinya, seperti tukang mencuri misalnya.

Tanpa berkata apa pun, Jimin meraih kertas itu lalu menatapnya seraya tersenyum.

"Ini takdirku. Tidak boleh hilang," selorohnya dengan enteng.

Byungra jadi kebingungan sendiri dengan maksud perkataan pria itu. Takdir? Itu kan tanda tangannya.

"Tapi kan, itu tanda tanganku. Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Byungra keheranan.

"Kau sendiri yang memberikannya kepadaku dan untuk mendapatkan ini, aku harus membayar mahal."

Kernyitan di dahi Byungra semakin terlihat jelas setelahnya. Ia semakin bingung.

"Aku tidak mengerti."

"Kau tahu setelah memberikan tanda tangan ini, kau menyiramkan minuman dingin yang kau jual ke atas kepalaku. Kau marah karena aku ingin membayar semua daganganmu sebagai ganti kau memberikan tanda tangan ini." Jimin menjelaskan.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang