Menenangkan Diri

520 147 54
                                    

"Dia bersamaku sekarang. Izinkan dia tidak bekerja sampai kondisinya jauh lebih baik."

"Bukan masalah serius. Hanya ada beberapa lelaki jahat yang coba mencelakainya. Dia sudah baik-baik saja. Hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri."

"Tidak bisa cerita sekarang detilnya. Nanti saja kalau kita bertemu akan kuceritakan semua."

"Astaga, aku tidak akan berbuat macam-macam padanya."

Itulah penggalan percakapan antara Jimin dengan Hyemi ketika pria itu memintakan izin Byungra tidak bekerja untuk sementara waktu. Gadis itu harus menenangkan dirinya dulu.

Usai menutup panggilan teleponnya, Jimin bergegas masuk ke kamar. Meninggalkan Byungra duduk sendirian di sofa ruang bersantainya. Beberapa saat kemudian pria itu datang bersama lipatan kaos dan celana training miliknya.

"Bersihkan dirimu dan pakai bajuku ini untuk sementara waktu."

Byungra mendongak lalu menatap Jimin. Sorot matanya sudah jauh lebih tenang dari beberapa saat yang lalu. "Tidak bisakah aku pulang saja ke rumah?" pintanya kemudian.

"Tidak! Kau tidak boleh kembali ke tempat itu dulu sebelum masalahmu dengan para pria berengsek itu selesai. Kita tidak akan pernah tahu hal mengerikan apa lagi yang bisa mereka lakukan kepadamu dan aku tidak ingin kejadian seperti tadi menimpamu lagi. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri." Jimin berkata tegas.

Perlahan Byungra menerima pakaian yang diberikan Jimin, tetapi masih belum juga beranjak. Usai menghela napasnya sejenak, Jimin pun berlutut di hadapan gadis itu lalu meraih kedua tangannya.

"Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu." Jimin menatap Byungra khawatir.

"Aku tahu." Byungra menimpali seraya tersenyum. Ia kini tahu betapa seriusnya perasaan pria itu kepadanya. Terutama setelah Jimin menceritakan semua yang ia lakukan bersama Paman John di tempat itu sebelum dirinya datang.

Tadinya Byungra sempat berburuk sangka karena tidak menemukan Jimin bersama Myung Sunho. Namun, rupanya pria itu punya rencana lain yang tidak terpikirkan sama sekali olehnya. Setelah mendengar semua itu, Byungralah yang merasa dirinya sangat bodoh.

Seharusnya ia bisa sedikit lebih bersabar menanti kabar dari Jimin. Seharusnya ia tidak nekat datang ke tempat itu untuk menyusulnya. Seharusnya kejadian mengerikan tadi tidak terjadi.

Untuk membayar semua penyesalannya, kini Byungra ingin menurut saja kepada Jimin. Ia percaya pria itu akan melindunginya.

"Kau beristirahat saja dulu di sini. Masih ada beberapa hal yang harus aku urus di Shin Corp. Kita akan membicarakan lagi masalah tempat tinggalmu setelah aku pulang nanti." Jimin berdiri kemudian hendak beranjak. Namun, Byungra segera meraih tangan pria itu.

"Ada yang ingin kukatakan," ujar Byungra ragu.

"Ada apa?" tanya Jimin yang langsung kembali berlutut.

"Terima kasih. Bersemangatlah untuk melakukan apa pun yang akan kau lakukan di sisa hari ini."

Jimin tersenyum lebar. Belum pernah hatinya merasa sebahagia dan seringan ini. Kenapa Byungra semakin manis saja di matanya. Ingin sekali rasanya mencurahkan semua kasih sayang yang ia punya, tetapi Jimin tahu Byungra masih syok dengan kejadian tadi. Jadi ia berusaha sebisa mungkin mengurangi interaksi fisik dengan gadis itu. Ia hanya ingin membuat gadisnya merasa nyaman.

"Ada yang kau inginkan sebelum aku pergi?" tanya Jimin lagi.

"Boleh aku pinjam laptopmu?"

"Laptop?" tanya Jimin keheranan.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Where stories live. Discover now