Salah Paham

867 191 39
                                    

Hari sudah semakin gelap saat Jimin tiba di sebuah kafe yang ada di daerah Mapo. Pria Yoon itu segera duduk di meja paling ujung dekat dengan jendela kaca besar yang memperlihatkan pemandangan area pedestrian.

Matanya melirik arloji di pergelangan tangan kiri. Ia datang lima menit lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Tidak masalah baginya menunggu ketimbang orang lain harus merasa kesal menunggunya. Untuk mengisi waktu selama menunggu, Jimin membuka ponselnya.

Tiba-tiba saja bayangan Byungra muncul dalam benak Jimin ketika ingat bahwa ponselnya pernah dipegang oleh gadis itu. Apa kabar gadis itu, ya? Sejak acara di panti tempo hari, Jimin belum pernah lagi melihat atau mendengar kabarnya. Belakangan perhatiannya memang sedikit teralihkan dengan urusan pekerjaan di Shin Corp.

Terlalu asyik bermain ponsel, Jimin tidak menyadari ada seorang gadis yang baru saja tiba dan duduk di meja yang berjarak satu meja darinya. Gadis itu sempat melirik sekilas ke arahnya tadi sebelum kembali memalingkan wajah kemudian duduk dengan posisi membelakangi Jimin

Namun, ketika gadis itu sudah duduk tenang di kursinya, Jimin menyadari presensi gadis itu. Ia mengenalinya.

"Bu-bukankah itu ...."

Kalimat Jimin terpotong ketika gadis lain yang sedang ditunggunya datang.

"Sudah lama menungguku? Jalanan agak macet tadi," ujar gadis yang baru saja tiba.

"Oh, Jihye. Kau sudah tiba." Jimin langsung mengalihkan atensinya. Ia lupakan sejenak presensi gadis di seberang sana yang membuatnya penasaran tadi.

"Lama tidak bertemu, kau semakin tampan saja," ujar gadis bernama Jihye itu lagi.

"Kau juga semakin cantik," timpal Jimin dengan senyum menawan andalannya.

"Kenapa tidak ingin kujemput atau kau menjemputku, sih?" tanya Jihye seraya mengambil buku menu makanan yang ada di atas meja mereka. "Sejak tadi kau belum pesan apa pun?"

"Menunggumu memilihkan menu," respons Jimin dengan santai.

"Baiklah, karena aku yang memilih menunya maka kali ini aku yang traktir."

"Eh, mana bisa begitu? Kau anggap aku ini pria apa?" protes Jimin.

Jihye menutup buku menunya dengan kuat hingga sebagian poninya terkibas ke atas lalu kembali ke tempatnya semula. Sebuah senyum simpul muncul di wajahnya yang anggun.

"Aku tahu, Pak Manajer Yoon yang terhormat. Shin Corp tempatmu bekerja itu perusahaan besar dan aku tahu kisaran gajimu sebagai manajer operasional di sana. Aku sangat tahu berapa banyak makanan yang bisa kau borong dengan gajimu itu. Tapi, kali ini aku yang meminta bantuanmu. Tidak adil rasanya jika aku membuatmu harus mengeluarkan uangmu lagi. Aku melakukan ini karena menghargaimu," tegas Jihye.

Jihye kembali berceloteh panjang lebar entah tentang apa karena atensi Jimin tidak sedang berfokus kepada gadis itu. Namun, matanya sibuk memperhatikan seorang pria yang baru saja datang dan duduk di meja bersama gadis yang dikenalnya tadi.

Dilihat dari penampilan, sepertinya bukan pria sembarangan. Jas dan kemejanya necis. Perawakannya pun berwibawa dan berkharisma. Siapa pria itu? Sungguh membuat Jimin penasaran. Namun, jentikan jemari Jihye di depan wajahnya sungguh membuyarkan konsentrasi.

"Kau mengenal dua orang di meja sana?" tanya Jihye keheranan setelah menyusuri ke mana arah pandangan Jimin barusan.

"Eoh? Aku tahu gadis itu," jawab Jimin yang langsung mengalihkan pandangannya.

"Sudah kuduga. Siapa gadis yang tidak kenal dengan manusia banyak pesona bernama Yoon Jimin," seloroh Jihye seraya memanggil seorang pegawai kafe untuk memesan makanan mereka.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Where stories live. Discover now